Ankara, CNN Indonesia -- Pesawat tempur Turki menyerang kelompok pemberontak Partai Pekerja Kurdistan, PKK, di Turki bagian tenggara, Minggu (12/10), menyebabkan kerusakan parah.
Serangan militer terhadap pasukan Kurdi ini merupakan kali pertama semenjak perjanjian damai antara pemerintah Turki dan pasukan Kurdi yang telah berlangsung selama dua tahun.
"Pesawat tempur F-16 dan F-4 yang lepas landas dari Provinsi Diyarbakir dan Malatya meluncurkan serangan bom kepada pasukan Kurdi setelah sebelumnya menggempur pos militer di daerah Danglica," tulis media lokal Turki, Hurriyet, pada Selasa (14/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai saat ini, pemerintah Turki belum memberikan pernyataan resmi terkait serangan udara ini, meskipun Perdana Menteri Ahmet Davutoglu mengetahui serangan tersebut.
Kantor berita Kurdi yang dekat dengan PKK, Firat, melaporkan militer Turki telah melakukan serangan udara ke lima markas PKK selama tiga hari terakhir.
Serangan udara diluncurkan tiga hari setelah PKK mengebom dan menembaki pos militer di Provinsi Hakkari, dekat perbatasan Irak, sebagai protes terhadap pemerintah Turki yang dinilai tak mau membantu pasukan Kurdi mempertahankan kota Kobani yang dikepung tentara ISIS.
Seperti diberitakan kantor berita Anadolu, dua komandan pasukan PKK yang terluka saat melawan ISIS di Kobane ditangkap pemerintah Turki ketika dirawat di rumah sakit di Turki bagian tenggara.
Pada saat yang sama, koalisi militer Amerika Serikat telah menggempur pasukan ISIS di Kobani melalui 21 serangan udara untuk membantu pasukan Kurdi menguasai sebuah bukit di Kobani yang sebelumnya dikuasai ISIS.
"Situasi di Kobani masih rawan karena pasukan ISIS terus melakukan serangan sementara pasukan Kurdi memilih untuk bertahan," seperti ditulis dalam pernyataan resmi Komando Pusat AS, Selasa (14/9).
PKK merupakan kelompok pemberontak Kurdi yang memimpin serangkaian aksi pemberontakan di Turki selama hampir 30 tahun dan mengakibatkan setidaknya 40 ribu orang tewas.
Perjanjian damai antara pemerintah Turki dan pasukan Kurdi terjalin setelah pemimpin PKK, Abdullah Ocalan, ditangkap pada 2012.