Yerusalem, CNN Indonesia -- Warga Israel diam-diam menduduki dua bangunan tempat tinggal warga distrik Palestina di Yerusalem Timur pada Senin (20/10), padahal aksi memperluas pemukiman Yahudi tersebut telah mendapat kritik dari Amerika Serikat.
Untuk menghindari pengawasan dan perlawanan, para warga Israel menyelinap pada Senin malam dan bersembunyi di dua bangunan yang berisi 10 apartemen yang terletak di daerah Silwan.
Warga Palestina di wilayah itu mengatakan bahwa bangunan tersebut telah kosong selama berbulan-bulan setelah dijual melalui perantara lokal yang kini melarikan diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka banyak yang terkejut setelah melihat pemilik baru bangunan tersebut adalah orang Yahudi.
"Saya kadang-kadang naik ke balkon tanpa mengenakan jilbab, tapi bagaimana saya bisa melakukan itu sekarang? Mereka akan melihat saya!" seru Umm Adel Qaraq, seorang ibu berusia 70-an, dari balkonnya yang berbatasan dengan salah satu kamar di bangunan yang baru dikuasai Israel.
Warga Israel mulai menduduki distrik Palestina pada akhir September setelah membeli bangunan di kawasan Silwan, area yang dikuasai Israel saat perang tahun 1967.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang berkunjung ke Amerika Serikat lalu dikecam oleh Gedung Putih mengenai masalah tersebut.
Beberapa sayap kanan Yahudi telah membeli properti di Silwan dengan harga yang mahal, berharap nanti Israel akan menguasai seluruh kawasan Yerusalem.
Mereka membelinya dari warga-warga Arab, untuk menghindari penolakan warga Palestina yang merasa tabu untuk menjual properti ke tangan Israel.
Di antara 50 ribu penduduk Palestina, diperkirakan sudah ada 500 pemukim yang bersenjata dan dilindungi oleh polisi paramiliter tinggal di Silwan.
Avi Segal, seorang pengacara Israel perwakilan perusahaan real estate yang membeli bangunan, mengatakan delapan keluarga Yahudi akan segera pindah. Tapi Segal tidak segera memberikan rincian lebih lanjut mengenai perusahaan bernama Kudram Ltd. itu.
Partai Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Senin menyerukan bahwa penjualan bangunan kepada pemukim Israel merupakan "pengkhianatan tertinggi" dan ia pun telah mengeluarkan aturan yang membuat para penjual dihukum penjara dan kerja paksa seumur hidup.
Meskipun begitu, warga Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur tidak diatur oleh Abbas, yang dianggap hanya menguasai bagian Tepi Barat.
Mereka akhirnya ada di bawah yurisdiksi Israel.
Kritik Amerika SerikatNetanyahu tidak mengindahkan kritik AS mengenai para pemukim Israel di Silwan dan konstruksi lainnya di tanah yang diduduki pada tahun 1967, dengan mengatakan bahwa membatasi hak orang untuk tinggal di rumah yang mereka beli secara legal sangat berseberangan dengan nilai-nilai yang dianut Amerika.
Palestina mencemooh argumen Israel dan mengatakan itu hanyalah taktik untuk mendapat dukungan internasional mendirikan sebuah negara merdeka di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza, dengan Jerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Pembicaraan damai dengan Israel pun mogok pada bulan April.
"Pembicaraan tersebut tidak berguna karena sekarang pemerintah dan mereka bermukim menginjak-injak kami," kata Salem Shiyuchi, 71, yang berbagi dua kamar di Silwan untuk tinggal dengan dua anaknya.
Menunjuk ke arah lembah Kota Tua Yerusalem, ia berkata, "saya datang dari sana, tapi diusir oleh Israel selama perang. Sekarang saya tinggal di sini dan tidak akan menjual properti saya kepada mereka."
Adik ipar Shiyuchi, Asma, menyuarakan kekhawatiran bahwa kekerasan akan datang seiring kehadiran warga Yahudi di Silwan.
Sampah dan puing konstruksi bertebaran di sisi jalan dianggap Asma juga sebagai bukti kelalaian pemerintah Israel.
"Akan ada masalah, terutama dengan anak-anak," kata Asma Shiyuchi, 50.
Asma menambahkan bahwa tiga dari anak-anaknya telah menghabiskan waktu dalam tahanan Israel.
"Silwan adalah kawasan untuk Arab dan Muslim, hanya Arab dan Muslim."
Wanita Silwan lain pemilik toko di gang dari salah satu bangunan Israel yang baru dikuasai mengatakan bahwa untuk sementara ia tidak akan menjual properti untuk orang-orang Yahudi.
Ia hanya akan menerima mereka sebagai pelanggan toko.
"Saya sudah menjual barang-barang saya ke tentara Israel, jadi mengapa tidak ke pemukim?" kata pemilik toko yang enggan disebutkan namanya.