ANCAMAN ISIS

Mimpi Siswi AS Bergabung dengan ISIS Pupus

CNN Indonesia
Kamis, 23 Okt 2014 15:10 WIB
Tiga siswi usia belasan dari Amerika Serikat berhasil dicegat di bandara Jerman dalam perjalanan mereka menuju Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Tiga siswi di Denver, Amerika Serikat, berhasil dicegat di Jerman saat hendak menuju Suriah untuk bergabung dengan ISIS. (REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jumat pekan lalu Assad Ibrahim menerima telepon dari sekolah anaknya di Denver, Amerika Serikat,  yang memberitahu bahwa putrinya tidak sampai ke kelas.

Ini pertanda ada sesuatu yang salah akan terjadi.

Ibrahim kemudian langsung menelepon ke ponsel putrinya tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wanita keturunan Sudan itu mengangkatnya dan mengatakan dia terlambat datang ke sekolah, bukan untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.

Menurut laporan orang hilang di Kantor Sherrif Arapahoe, alasan itu cukup membuat ayahnya percaya.

Namun yang tidak diketahuinya adalah, sang anak bersama dua siswa lainnya terbang ke Turki melalui Jerman untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.

Ayah dua gadis lainnya, Ali Farah, mengatakan kedua putrinya itu hanya mengaku pergi ke perpustakaan, bukan ke Timur Tengah.

Ibrahim menyambangi Farah dan memintanya memeriksa apakah paspor kedua putrinya yang juga keturunan Somalia masih ada di kamar mereka.

Benar saja, paspor keduanya tidak ada. Mereka kabur, setelah menggondol uang tunai US$2.000 dari rumahnya.

Kedua keluarga menelepon FBI yang langsung melakukan pemeriksaan catatan paspor.

Berdasarkan informasi dari aparat di Jerman, ketiga perempuan berusia 15, 16 dan 17 tahun itu ditangkap di bandara Frankfurt dan langsung diterbangkan kembali ke Amerika Serikat, disambut agen FBI di bandara.

Ketiga gadis itu ditanyai sebelum akhirnya dilepaskan.

Menurut dua pejabat keamanan AS, ketiganya hendak bergabung dengan militan ISIS.

Tanpa Pertanda

Orang tua ketiga remaja ini sama sekali tidak mengira putri mereka merencanakan perjalanan jauh karena ketiganya sama sekali tidak pernah kabur dari rumah.

Para remaja ini tiba-tiba saja memutuskan berangkat ke Suriah, sebuah kasus terkait ISIS yang sering mengagetkan dunia Barat.

Di saat yang sama, dua kasus terkait ISIS muncul.

Senin lalu, seorang pria berpaham radikal di Kanada menabrak dua tentara dengan mobilnya, seorang di antara mereka tewas.

Pelaku, Martin Rouleau Couture, 25, lalu terlibat kejar-kejaran dengan polisi sebelum mobilnya terbalik karena masuk ke selokan di kota Saint-Jean-sur-Richelieu, Montreal tenggara.

Saat dia keluar dari mobil, polisi menembaknya hingga tewas.

Juli lalu, Couture, juga berusaha untuk bergabung dengan kelompok militan di Timur Tengah, namun polisi Kanada berhasil menghentikannya saat menuju Turki. Dia dibebaskan tidak lama kemudian.

Kasus lainnya pekan ini, sebuah video remaja 17 tahun asal Australia muncul di internet, diapit oleh para tentara ISIS, mengancam akan memenggal pemimpin Barat, termasuk Presiden Barack Obama dan mengibarkan bendera hitam ISIS di Gedung Putih.

ISIS Menarik

Organisasi-organisasi Barat keheranan, mengapa ISIS yang merupakan kelompok bersenjata yang haus darah sangat menarik bagi kaum muda, termasuk para gadis.

Menurut laporan intelijen, lebih dari 100 tentara asing ISIS datang dari Amerika Serikat, ratusan lainnya dari negara-negara Eropa, wilayah yang lebih dekat dengan medan pertempuran Suriah.

Komisaris polisi Inggris Sir Bernard Hogan-Howe mengatakan, setiap pekan lima orang Inggris bergabung dengan ISIS.
Diduga ada lebih dari 500 warga Inggris sudah ada di Suriah, ikut perang.

"Lima orang sepekan terdengar tidak banyak, tapi harus disadari bahwa ada 50 pekan dalam setahun," kata Howe.

Sementara dari Timur Tengah dan Afrika ada ribuan yang bergabung dengan ISIS, Tunisia menyumbang 3.000 orang.

Rasa Memiliki

Menurut Aki Peritz, mantan agen CIA, para pemuda tidak hanya tertarik pada interpretasi radikal ISIS tentang Islam.

"Mereka adalah orang-orang yang mencari identitas diri, karena para jihadis memainkan narasi yang spesifik: Kalian (Muslim) dizalimi di Suriah, pemerintahmu tidak melakukan apa-apa, hanya kami yang bisa membantumu. Bergabunglah bersama kami," kata Peritz.

Richard Barrett dari lembaga intelijen Soufan Group mengatakan penyebab lain adalah kekurangan rasa memiliki terhadap tempat mereka tinggal, dan keyakinan ISIS bisa memberikan perasaan itu.

"Gambaran umum yang diberikan ISIS soal kehidupan di Suriah adalah tempat berkumpulnya orang senegara, hidup yang tenang, dan aktivitas-aktivitas yang berguna, semua itu disokong oleh kisah-kisah heroik, bertujuan untuk menarik hati kawan-kawan mereka sekaligus meningkatkan rasa percaya diri," kata Barrett.

Dan ISIS pandai memanfaatkan mesin humas mereka, sangat ahli dalam menggunakan video dan media sosial.

Ancaman Nyata

Kepiawaian ISIS di dunia digital membuat para ahli teroris khawatir akan keamanan dalam negeri Amerika Serikat.

Menurut Matt Olsen, ahli terorisme AS, propaganda ISIS soal menghancurkan Amerika Serikat memunculkan ancaman-ancaman baru dengan pelaku tunggal.

"Saya pikir serangan sangat mungkin dilakukan oleh pelaku tunggal yang berubah radikal di Amerika Serikat, dan dengan kebangkitan ISIS serta banyaknya orang yang ke Suriah, kemungkinan ini bertambah besar," kata Olsen.

Salah satu contohnya adalah pengeboman di ajang Boston Marathon, 15 April 2013, menewaskan lima orang dan melukai 280 lainnya. Pelakunya adalah dua orang kakak beradik keturunan Kazakhstan.

Penggunaan internet membuat teroris mudah terlacak, namun kini menjadi sulit sejak Edward Snowden membongkat rahasia program mata-mata AS.

Aktivitas Online

Untuk kasus di Denver, gadis yang berusia 17 tahun diperkirakan sebagai pencetus ide bergabung dengan Suriah dan merencanakan perjalanannya selama berbulan-bulan, seperti disampaikan oleh pejabat keamanan AS.

Namun ketiganya punya peran yang sama dalam mencari informasi untuk rencana perjalanan di internet, termasuk mengunjungi situs-situs ekstremis untuk berdiskusi soal bagaimana mencapai Suriah.

Aktivitas mereka, sayangnya, tidak terdeteksi oleh FBI.

Agen FBI menyisir semua komunikasi mereka untuk mencari tahu siapa orang yang membantu keberangkatan ketiganya ke Suriah.
Menurut orang tua mereka, ISIS berada di balik kasus ini.

Ketiganya tidak dikenakan pasal pidana karena masih di bawah umur.

Senin lalu, Wakil Sherrif Evan Driscoll mendatangi dua gadis keturunan Somalia itu untuk berbicara dengan mereka.

"Mereka mengaku telah mencuri uang US$2.000 dan paspor dari ibu mereka," kata Driscoll.

Soal alasan terbang melalui Jerman, mereka tidak memberitahu alasannya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER