KONFLIK TIMUR TENGAH

Yordania: Antara Palestina dan Israel

CNN Indonesia
Kamis, 23 Okt 2014 17:50 WIB
Perhatian Yordania tengah terbelah. Di satu sisi,Yordania mendukung kedaulatan Palestina. Di sisi lain, Yordania juga butuh bantuan keuangan dan militer Israel.
Sejak tahun 1994, Israel dan Yordania telah menandatangi kesepakatan damai, yang menjadi dasar hubungan kedua negara ini. (Reuters/Gali Tibbon)
Amman, CNN Indonesia -- Dalam beberapa tahun belakangan, berbagai negara di bagian utara dan selatan Timur Tengah selalu dipenuhi konflik dan tindak kekerasan. Serangkaian aksi kekerasan terjadi, mulai dari serangan Hizbollah dari Lebanon, ancaman Front Al-Nusra dan ISIS di Irak dan Suriah, sampai kerusuhan di Sinai, Mesir.

Namun, bagian timur kawasan Timur Tengah terbilang tenang dan tak bergejolak, khususnya di Yordania.

Meskipun minim konflik, Yordania yang berbatasan dengan Arab Saudi, Irak, Suriah, Israel dan Tepi Barat diduga menjadi penyumbang terbesar pejuang militan di Suriah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekitar 2.000 warga Yordania diperkirakan telah bergabung dengan kelompok ISIS. Bahkan, Abu Musab Al-Zarqawi, tokoh militan di Irak yang disebut-sebut sebagai pelopor ide pembentukan Negara Islam di Irak dan Suriah, berasal dari Zarqa, Yordania Utara.

Yordania juga menjadi rumah bagi tiga hingga empat juta pengungsi Palestina yang terpaksa meninggalkan tanah kelahiran mereka.

Yordania dikenal juga sebagai markas Muslim Brotherhood atau dikenal juga dengan Ikhwanul Muslimin yang mempunyai visi sama dengan kelompok Hamas di Gaza dan Tepi Barat.

Setelah ISIS mengakibatkan perang pecah di Iran dan Suriah, sekitar satu juta orang dari kedua negara tersebut mengungsi ke Yordania.

Tak ada satupun yang memprediksi konflik akan terjadi di Jordan, karena negara ini mempunyai tentara militer yang terlatih, dukungan finansial dari Amerika Serikat dan kerajaan Muslim Sunni yang kuat dan mampu menyeimbangkan antara keamanan internal dan kebebasan berpolitik.

Suka atau tidak suka, Israel memerlukan Yordania, dan begitu juga sebaliknya.Daniel Nevo, Duta Besar Israel untuk Yordania.
Amos Yadlin, Direktur Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv dan mantan kepala intelijen militer Israel menyatakan khawatir jika Yordania juga ikut bergejolak.

Meskipun memperkirakan kemungkinan Yordania akan bergejolak hanya 10 hingga 15 persen, namun Yadlin tak memungkiri Yordania bisa menjadi ancaman bagi keamanan negaranya.

"Kami tak ingin ada konflik di negara yang memiliki perbatasan terpanjang dengan Israel. Saya rasa Yordania akan tetap stabil dan tak akan berkonflik seperti di Irak, Suriah dan Lebanon," kata Yadlin.

Hingga saat ini, Yadlin melihat ancaman paling berbahaya bagi Israel adalah ancaman nuklir Iran.

Israel Dekati Yordania

Sejak tahun 1994, Israel dan Yordania telah menandatangi kesepakatan damai, yang menjadi dasar hubungan kedua negara ini.

Di sisi ekonomi, Israel memiliki kesepakatan gas alam dengan Yordania senilai US$15 miliar atau sekitar Rp180 triliun.

Namun, para pengusaha Yordania menyatakan kesepakatan tersebut saat ini mandek akibat hubungan Israel dengan Palestina yang kian memburuk.

"Yordania ingin berbisnis dengan Israel, namun tak ingin membicarakannya," ujar seorang diplomat Israel.

Seperti diberitakan Reuters, hingga saat ini para pejabat Yordania tidak bersedia memberi komentar mengenai kesepakatan gas kedua negara yang jalan di tempat.

Israel khawatir Yordania akan mendukung pengakuan kedaulatan Palestina dan membantu memperjuangkan kemerdekaan Tepi Barat dan Jalur Gaza dari cengkraman Israel. (Reuters/Abed Omar Qusini)


Pejabat Yordania juga kerap mengkritik serangan Israel ke Palestina tahun ini dan menyesalkan banyaknya korban yang berjatuhan di kubu Palestina.

"Kami berkoalisi dengan semua negara Arab dan berusaha memerangi aksi kekerasan dari para militan, sementara Israel terus membunuh rakyat Palestina di Gaza setiap lima menit," ujar Raja Abdullah, Senin (20/10).

Dalam upaya memperat hubungan kedua negara, Israel menyatakan negara tersebut memiliki bekerja sama intelijen dengan Yordania terhadap para ekstremis Islam di Suriah, Jordan maupun Tepi Barat.

"Kerja sama intelijen dengan Yordania sangat penting bagi Israel untuk menjaga perbatasan di sebelah timur," kata Nathan Thrall, analis Timur Tengah dari International Crisis Group.

Menjelang perayaan perjanjian perdamaian antar kedua negara, Duta Besar Israel untuk Yordania, Daniel Nevo, menekankan bahwa pentingnya hubungan Yordania dan Israel.

"Suka atau tidak suka, Israel memerlukan Yordania, dan begitu juga sebaliknya," ujar Nevo.

Yadlin melanjutkan, kemungkinan kedua negara merenggang bukan karena ancaman invasi militer atau serangan ISIS, melainkan ketidakstabilan internal yang disebabkan oleh banyaknya pengungsi Palestina di Yordania yang kian diperparah oleh situasi ekonomi yang buruk.

Israel juga khawatir Yordania akan mendukung pengakuan kedaulatan Palestina dan membantu memperjuangkan kemerdekaan Tepi Barat dan Gaza dari cengkraman Israel.

Selain keamanan, kunci akurnya hubungan kedua negara terletak pada situasi ekonomi Yordan yang buruk.

Anggaran keuangan Jordan saat ini berada di bawah tekanan dan harus mengimpor hampir semua kebutuhan energi.

"Israel dapat membantu Yordania untuk melobi AS terkait masalah keuangan, dan AS dapat melobi negara-negara Arab untuk membantu keuangan Yordania," kata Thrall.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER