MINORITAS SYIAH

Arab Saudi Menekan Minoritas Syiah

CNN Indonesia
Jumat, 24 Okt 2014 16:32 WIB
Pemerintah Arab Saudi menjatuhkan hukuman mati kepada ulama Syiah terkenal sebagai upaya meredam aksi pembangkangan oleh warga Syiah dan Sunni. 
Kelompok Syiah di Arab Saudi terpinggirkan oleh dinasti penguasa al-Saudi yang menganut Islam Sunni. (Reuters/Khaled Abdullah)
Riyadh, CNN Indonesia -- Kelompok minoritas Syiah di Arab Saudi telah lama dipinggirkan oleh dinasti Sunni yang berkuasa dan aksi protes menuntut hak lebih besar membuat kelompok ini semakin ditekan.

Aksi protes itu merupakan bagian dari revolusi Musim Semi Arab tahun 2011.

Kini tampaknya tekanan terhadap warga Syiah di Propinsi Timur Arab Saudi semakin besar setelah tiga Muslim Syiah, termasuk Sheikh al-Nimr seorang ulama pembangkang terkenal, dijatuhi hukuman mati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berita hukuman mati ini tidak menyebabkan bentrokan dengan kekerasan seperti ketika ulama itu ditangkap pada 2012 yang menyebabkan tiga orang tewas.

Pendukung ulama ini sekarang hanya melakukan serangkaian aksi protes selama beberapa malam berturut-turut.

Keputusan ini juga membuat Iran, negara besar Syiah di kawasan, mengeluarkan peringatan.

Arab Saudi sebelumnya menuduh Iran mendorong warga Syiah di negaranya melakukan aksi, dan bahwa negara itu berlomba merebut pengaruh penguasa Sunni Arab Saudi pada saat negara-negara Timur Tengah seperti Lebanon, Yaman, Irak, Bahrain dan Suriah, bergejolak.

"Memang tidak resmi, tetapi ketika mereka marah dengan Iran, kecurigaan Arab Saudi terhadap komunitas Syiah bertambah dan sentimen sektarian juga meningkat. Situasi ini memang berdampak pada pengambilan dan perilaku kebijakan," ujar Tawfik al-Seif, pemimpin komunitas Syiah di Qatif, salah satu pusat Syiah di Arab Saudi.

Warga Syiah Arab Saudi sejak lama dianggap sebagai ajaran sesat oleh penganut Sunni Wahhabi kerajaan tersebut, dan selama beberapa dekade dianggap lebih setia pada sesama penganut Syiah di Teluk daripada dinasti penguasa Arab Saudi.
Nimr al-Nimrs didakwa melakukan kejahatan politik seperti mendorong umat Syiah memberontak. (Reuters/Khaled Abdullah)
Aksi protes di Qatif pada 2011 dan 2011 dianggap oleh pemerintah Arab Saudi sebagai aksi yang didorong oleh "kekuatan asing", satu kode untuk merujuk pada Iran, dan Sheikh Nimr al-Nimr dituduh membantu kepentingan Iran.

Para pengunjuk rasa Syiah dan Iran sama-sama membantah tuduhan itu.

Tetapi dorongan untuk melakukan aksi protes semacam itu oleh media Iran, dan juga pernyataan oleh seorang jenderal milisi Basij Iran bahwa eksekusi Nimr akan membuat kehidupan dinasti penguasa Arab Saudi seperti di "neraka", tidak membantu menghilangkan kekhawatiran Arab Saudi bahwa Iran memang mendorong kaum Syiah di Arab Saudi, dan juga di Yaman dan Bahrain, untuk memberontak.

Penggerebekan Islamis

Patut dicatat bahwa pada period 1993-2006, ketika warga Syiah Arab Saudi merasa pemerintahan di Riyadh berupaya mengatasi diskriminasi tak terbuka yang terjadi, Iran tampaknya tidak begitu tertarik untuk menyerang dinasti Al Saud.

Pemerintah Arab Saudi sendiri menyatakan tidak mendiskriminasi kelompok Syiah dan bahwa keamanan dan perlakuan di depan hukum mereka sama dengan kelompok Sunni.

Memang benar penggerebekan terhadap para pembangkang sejak revolusi Musim Semi Arab juga dilakukan pada kelompok Sunni yang berniat memperjuangkan negara Islam.

Tetapi hal ini juga membuat kelompok Syiah khawatir.

Sebagian mengatakan Al Saud mengambil posisi lebih keras terhadap para pegiat Syiah sebagai pesan bagi kelompok mayoritas Sunni bahwa tindakan penggerebekan terhadap kaum Islamis tidak hanya ditujukan pada kelompol Sunni.

"Pemerintah tampaknya berlaku keras terhadap kaum Islamis Sunni. Banyak kelompok masyarakat Arab Saudi memandang hal itu membingungkan dan tidak bisa diterima," kata Madawi al-Rahseed, pengajar tamu pada London School of Economics, London, dan pengkritik dinasti penguasa Arab Saudi.

Dinasti Al Saud selalu tergantung pada kelompok Sunni konservatif sebagai dasar dukungan di negara dimana perpecahan kesukuan dan wilayah terus membayangi, dan tidak ada pemilu sebagai legitimasi satu demokrasi.

Tetapi sementara Riyadh mendukung kelompok pemberontak Sunni yang relatif moderat untuk memerangi pemerintah Irak dan Suriah yang didukung pemerintah Iran, negara ini juga bergabung dalam koalisi internasional untuk memberantas kelompok ISIS, Negara Islam Irak dan Suriah.

Arab Saudi juga membantu militer Mesir dalam upaya menghancurkan kelompok Ikhwanul Muslim.

Tidak seperti empat umat Syiah yang dijatuhi huuman mati karena melempar bom molotov ke arah polisi ketika melakukan protes pada 2011, Nimr tidak dikenai tuduhan melakukan kekerasan, kecuali dakwaan memerintahkan sopirnya menabrak satu mobil polisi ketika mencoba melarikan diri.
Hukuman mati untuk Nimr al-Nimr diprotes oleh kelompok Sunni di kawasan termasuk di Sanaa. (Reuters/Khaled Abdullah)
Nimr dinyatakan bersalah dalam serangkaian kejahatan politik seperti mendorong warga membangkang terhadap pemerintah, menjatuhkan pemerintah, mendorong kerusuhan di Bahrain dan menghina badan yudikasi.

Pelanggaran lain terkait dengan kepercayaan Syiah seperti pemisahan sektarian dengan menghina tokoh-tokoh Islam yang disucikan oleh kaum Sunni tetapi ditolak oleh Syiah.

"Hukuman mati untuk Nimr saat ini sangat penting karena memperlihatkan bahwa Arab Saudi tidak akan membiarkan kelompok Syiah melakukan protes tanpa konsekuensi," kata Rasheed.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER