Hong Kong, CNN Indonesia -- Tiga wartawan dikeroyok setelah dikonfrontasi oleh para pengunjuk rasa pro-pemerintah yang melakukan aksi menentang gerakan “Pendudukan” di pusat keuangan di Hong Kong.
Lebih dari 1.000 pendukung gerakan “Anti Pendudukan” berkumpul untuk mengecam aksi pegiat pro-demokrasi di dekat dermaga Star Ferry.
Sebagian dari mereka meneriakkan slogan-slogan seperti “Kembalikan Hong Kong saya!’” dan “Segera bersihkan jalan-jalan!” dalam aksi yang dilakukan Sabtu (25/10) malam itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tidak ada bentrokan langsung antara kedua kubu saat itu, sekelompok kecil pengunjuk rasa yang mengenakan pita biru, sebagai lambang penentang mahasiswa yang mengenakan pita kuning, mengalihkan kemarahan mereka kepada wartawan yang ada di lokasi.
Dalam perdebatan sengit, seorang juru kamera dan wartawan dari stasiun televisi terbesar Hong Kong, TVB, dikerumuni dan dilecehkan oleh para pengunjuk rasa itu.
Kedua wartawan ini didorong-dorong dan dasinya dicopot hingga jatuh sementara para pengunjuk rasa mencaci maki mereka.
Kedua wartawan ini akhirnya diselamatkan oleh petugas kepolisian.
Seorang wartawan televisi wanita RTHK, Wong Wing-yin, juga ditendang di bagian kaki dan badan oleh para pengunjuk rasa berpita biru setelah didorong jatuh. Dia segera dibawa ke rumah sakit.
RTHK dan persatuan pekerjanya mengecam serangan itu dan juru bicara stasiun televisi ini menyatakan akan membawa masalah ini ke depan hukum.
 Kelompok pro-Beijing memprotes aksi pendudukan oleh mahasiswa karena mengganggu bisnis dan lalu lintas. (Reuters/Damil Sagolj) |
Aksi “Pendudukan Pusat” ini memang menyebabkan bentrokan dengan polisi dan terkadang diserang oleh kelompok-kelompok masyarakat yang menentangnya karena dianggap mengganggu bisnis dan lalu lintas.
Dalam sebulan terakhir, para pemimpin gerakan pita biru secara terbuka mengancam para pegiat pro-demokrasi dengan kekerasan, yang menyebabkan pembongkaran paksa barikade oleh para pengunjuk rasa pita biru yang marah dan juga perkelahian di daerah Mong Kok.
Polisi mengatakan sejumlah serangan dari kelompok anti-Pendudukan telah dikoordinir dan melibatkan kelompok-kelompok kejahatan setempat atau
triad.
Gerakan pendudukan pro-demokrasi ini, yang berlanjut melebihi perkiraan banyak pihak meski mendapat tekanan keras dari pemerintah, polisi dan masyarakat, didorong oleh keputusan Beijing pada akhir Agustus untuk tidak menyelenggarakan pemilu bebas dalam pemilihan pemimpin pemerintahan Hong Kong pada 2017.
Beijing berkeras bahwa kandidat yang akan mencalonkan diri harus disaring oleh satu komite yang dipenuhi oleh loyalis Tiongkok daratan.
Kekacauan ini menjadi tantangan politik terbesar bagi para pemimpin Tiongkok setelah keputusan memberangus protes pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen pada 1989.
Sementara itu, Pemimpin Pemerintah Hong Kong Leung Chung-ying, menegaskan kembali bahwa dia tidak akan mengundurkan diri setelah seorang politisi dan pebisnis wilayah itu James Tien mengatakan dia harus mempertimbangkan untuk mundur.
 Aksi protes mahasiswa berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan banyak pihak sebelumnya. (Getty Images/Borja Sanchez-Trillo) |
Tiongkok memerintah Hong Kong dibawah formula “satu negara, dua sistem, yang mengatur bahwa bekas daerah jajahan Inggris ini mendapatkan satu tingkat otonomi dan kebebasan yang tidak ada di daratan.
Gerakan yang dikenal juga dengan nama gerakan payung rakyat meningkat pada akhirbulan lalu setelah polisi mempergunakan gas air mata, tongkat pemukul dan semprotan merica untuk melawan para pengunjuk rasa yang tidak ebrsenjata itu, dan sebagian mempergunakan payung untuk melindungi diri.
Ribuan pengunjuk rasa masih menginap di dalam tenda-tenda yang didirikan di jalan tol utama dekat dengan kantor pemerintah dan sejumlah kecil menginap di daerah pertokoan dan pemukiman padat di Causeway Bay dan Mong Kok.