ANCAMAN EBOLA

Bocah Dua Tahun Jadi Pemicu Epidemi Ebola

CNN Indonesia
Rabu, 29 Okt 2014 10:24 WIB
Hampir 5.000 orang tewas akibat Ebola di negara Afrika dan mulai mengancam negara-negara Barat. Siapa kira, pemicunya adalah seorang bocah dua tahun di Guyana.
Seorang bocah berusia dua tahun di Guyana menjadi pemicu virus Ebola yang telah menewaskan hampir 5.000 orang. (Reuters/Luc Gnago)
Conakry, CNN Indonesia -- Korban Ebola hampir mencapai 5.000 orang di negara-negara Afrika Barat, memicu ketakutan jutaan orang di seluruh dunia dan memaksa negara-negara memperketat keamanan mereka dari penyebaran virus yang belum ada obatnya ini.

Namun tidak banyak yang tahu, yang pertama kali mengidap virus ini adalah seorang balita berusia dua tahun bernama Emile Ouamouno, warga desa dekat hutan hujan di Guinea Selatan.

Para peneliti dari New england Journal of Medicine percaya bahwa Emile adalah orang pertama yang mengidap Ebola setahun yang lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Desember lalu, Emile mengidap demam tinggi, tinjanya berwarna hitam dan muntah-muntah. Empat hari kemudian, pada 6 Desember, dia meninggal dunia.

Kurang dari sebulan, kakaknya yang juga masih balita, ibunya dan neneknya yang tertular ikut meregang nyawa.

Ibunya mengalami pendaraan dan meninggal pada 13 Desember, disusul kakak Emile yang berusia tiga tahun pada 29 desember, yang sebelumnya mengalami gejala yang sama. Neneknya meninggal pada 1 Januari.

Ayah Emile Etienne Ouamouno masih hidup dan menyisakan kenangan indah sebelum Ebola merusak hidupnya.

"Sebelum anak-anak saya, Emile dan Philomene meninggal, mereka senang bermain bola dan istri saya membawa bayi di punggungnya," ujar Etienne Ouamouno, kepada UNICEF, badan PBB yang mengurusi anak-anak.

Ebola sendiri diduga menyebar dari hewan ke manusia melalui cairan atau jaringan yang terinfeksi.

Menurut WHO, penyebaran Ebola terjadi akibat konsumsi daging simpanse, gorila, kelelawar buah, monyet, antelop hutan dan landak yang terinfeksi virus ini.

Meliandou adalah desa kecil yang terletak di perbatasan antara Guinea dengan Sierra Leone dan Liberia, sebuah tempat dimana ayam dan kambing bebas berkeliaran di dalam rumah-rumah atap rumbia.

Tidak butuh waktu lama penyakit ini menyebar. Dalam waktu empat bulan, 14 orang meninggal di desa ini.

Mereka yang tertular kebanyakan adalah warga yang menghadiri pemakaman nenek Emile, lantas efek domino terjadi dengan cepat ke desa-desa lain.

Seorang bidan yang hadir dalam pemakaman tersebut menularkannya pada keluarganya dari desa lain, lalu berantai menularkan ke petugas kesehatan yang merawatnya, seperti dijabatkan oleh New England Journal of Medicine.

Pekerja kesehatan itu kemudian dirawat di rumah sakit di Macenta, sekitar 80 kilometer bagian timur Guinea. Dokter yang merawatnya juga tertular Ebola.

Lantas dokter itu menularkan virus mematikan itu ke saudara-saudaranya di Kissidougou, 133 kilometer jauhnya dari Macenta.

Sekarang, korban tewas mencapai sedikitnya 4.900 orang di seluruh dunia, termasuk satu orang yang tewas di Amerika Serikat.

Negara yang paling parah terkena Ebola adalah Guinea, Sierra Leone dan Liberia.

Dampak sosial

Desa Meliandou sekarang telah bebas dari Ebola, namun dampaknya akan berlangsung dalam waktu lama, bahkan hingga bertahun-tahun, efek dari berubahnya tatanan sosial di masyarakat.

"Kami melihat bahwa krisis ini termasuk bencana kemanusiaan, orang-orang meninggalkan desa mereka, dan meninggalkan keluarga serta anak-anak mereka, karena takut terinfeksi," ujar Fassou Isidor Lama, seorang petugas perlindungan anak UNICEF.

Penyakit ini juga mengancam mata pencaharian warga Meliandou yang kebanyakan adalah pedagang beras, jagung dan pisang ke kota-kota terdekat.

"Kini tak satupun orang membeli produk kami," ujar Amadou Kamano, seorang kepala desa, kepada UNICEF.

Baca juga:

Perang Melawan Pembunuh Paling Membinasakan

Warga Afrika Barat Dilarang Masuk Australia

'Preppers' Siapkan Diri Hadapi Ebola
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER