PEMBUNUHAN WARTAWAN

Tentara Myanmar Dituduh Bunuh Wartawan

CNN Indonesia
Kamis, 30 Okt 2014 16:46 WIB
Istri korban tidak percaya dengan klaim militer yang mengatakan suaminya melawan saat ditangkap. Menurut dia, banyak hal yang disembunyikan oleh militer.
Militer mengatakan Par Gyi ditembak karena mencoba merebut pistol tentara, namun istrinya Than Dar tidak percaya. (Reuters/Soe Zeya Tun)
Yangon, CNN Indonesia -- Seorang wartawan Myanmar yang pernah menjadi aktivis demokrasi dan pengawal pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi tewas di tangan tentara, diduga setelah disiksa terlebih dulu.

Diberitakan Reuters yang mengutip Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Polisik, AAPP, Rabu (29/10), Par Gyi ditahan pada 30 September lalu setelah selesai melakukan tugas pemotretan bentrokan antara militer dengan pemberontak Tentara Demokrasi Kebajikan Karen, DKBA dan terbunuh pada 4 Oktober.

Dalam pernyataannya, militer Myanmar mengatakan bahwa Par Gyi ditembak saat mencoba mencuri senjata dari seorang tentara setelah ditahan karena dituduh menjadi anggota pemberontak Karen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AAPP dan istri Par Gyi, Than Dar, menduga pria itu tewas karena disiksa dan dikubur diam-diam. Than Dar kembali mendesak polisi untuk menggali kuburannya dan melakukan otopsi untuk memastikan penyebab kematian.

Setelah kematian Par Gyi diketahui pekan lalu, Than Dar mengatakan sudah melapor ke kantor polisi setempat untuk meminta penyelidikan, namun polisi enggan karena takut pada militer.

Than Dar juga tidak yakin polisi mampu melakukan penyelidikan yang adil.

"Semua orang tahu polisi tidak bisa menyelidiki secara independen. Militer mengendalikan semuanya, jadi harapan kami kecil," kata Than Dar.

Than Dar, mantan aktivis yang pernah ditahan lima tahun atas vonis penjara seumur hidup karena mencemarkan pemerintahan junta, mengatakan bahwa dia telah menyambangi berbagai pangkalan militer untuk mencari suaminya yang hilang pada 29 September, tapi hasilnya nihil.

Dia baru tahu suaminya tewas pada 23 Oktober saat wartawan Myanmar di Facebook mengatakan Par Gyi terbunuh 19 hari sebelumnya oleh militer.

Hari berikutnya, militer mengeluarkan pernyataan mengonfirmasi kematian Par Gyi namun tidak menjelaskan mengapa menguburnya diam-diam dan tidak memberitahu pihak keluarga.

Kampanye nasional

Than Dar mengaku akan menggelar kampanye nasional untuk mencari tahu apa yang terjadi pada suaminya.

Dia berhasil mengumpulkan dukungan dari 59 organisasi sosial dan politik dari seantero Myanmar untuk menekan pemerintah agar menyelidiki kasus ini.

"Kami akan membentuk komite yang terdiri dari masyarakat biasa, pengacara dan dokter untuk melihat bagaimana polisi menangani kasus ini. Kami akan menekan polisi dan pemerintah," kata Than Dar.

Dukungan juga datang dari 46 organisasi wartawan di Myanmar yang membentuk komite penyidik sendiri.

"Militer menunggu 20 hari untuk merilis laporan kematian Par Gy. Mereka punya banyak waktu untuk memberitahu keluarga, tapi tidak dilakukan," kata Ko Ko Gyi, salah satu anggota komite pada Reuters.

Pemerintah Myanmar sejauh ini belum berkomentar.

Peristiwa ini terjadi menjelang kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang akan mengunjungi Myanmar bulan depan untuk KTT Asia Timur.

Myanmar menuai pujian karena berakhirnya pemerintah junta dan dimulainya proses reformasi, namun di sisi lain dikritik karena masih buruknya penanganan HAM di sana.
Pihak Gedung Putih mengatakan bahwa AS sangat prihatin dan sedih mendengar berita kematian par Gyi.

"Kami menyerukan pemerintah melakukan penyelidikan yang transparan dan kredibel soal penyebab kematiannya, dan untuk mencari tahu pelakunya," kata juru bicara pemerintah AS.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER