Seorang rekan akrab Seneng Mujiasih, WNI yang tewas dibunuh oleh bankir Hong Kong itu, mengatakan Mujiasih adalah figur yang periang dan berhati baik. “Dia bekerja di bar di Wan Chai itu karena tak punya banyak pilihan,” ujar IL, rekan Mujiasih kepada CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
IL pernah bergaul akrab bersama Mujiasih yang juga kerap dipanggil Jesse Lorena, sewaktu tinggal di Hong Kong dari 2011 sampai awal 2014. Ia mengatakan Mujiasih sebetulnya sudah ingin pulang ke kampungnya, di Muna, Sulawesi Tenggara. Tapi karena ia harus mengumpulkan uang untuk pembangunan rumah di kampungnya, Mujiasih memilih bertahan di Hong Kong.
IL yang menyatakan kedukaannya lewat akun facebook miliknya itu dihubungi CNN Indonesia Selasa (4/10). “Saya mengetahui kabar duka itu pada hari Minggu. Saya tak percaya kalau dia meninggal dengan jalan seperti itu,” ujar IL.
Menurut IL, dia tahu Mujiasih bekerja di kawasan Wan Chai, di salah satu bar di kawasan itu. Pekerjaan itu dilakukan karena tak ada peluang lain akibat visa bekerjanya habis. “Saya juga pernah overstayed seperti dia. Kami terpaksa bekerja diam-diam,” ujar IL.
Dia juga mengatakan Mujiasih sangat gigih mengumpulkan uang untuk kebutuhan keluarganya di kampung. Mujiasih juga pernah mengaku tak begitu senang melakoni pekerjaannya di bar itu. “Dia pernah bilang ke saya, kalau duitnya sudah cukup untuk bangun rumah, dia akan meninggalkan pekerjaan itu. Pekerjaan itu, kata dia, tak baik untuk dilanjutkan,” kata IL.
Pekerjaan yang dilakoni Mujiasih, kata IL, cukup menarik dari sisi penghasilan. “Kita bisa dapat Rp 3-4 juta semalam,” kata IL menambahkan. Kawasan Wan Chai memang terkenal sebagai distrik hiburan di Hong Kong. Beragam klub malam tersebar di sana.
Dalam kontaknya sepekan sebelum terbunuh, Mujiasih tak menyampaikan hal-hal aneh. IL ingat rekannya itu mengatakan rumahnya sudah setengah jadi. “Dia akan pulang begitu rumahnya jadi,” ujar IL. Rumah itu, kata Mujiasih seperti ditirukan IL, tinggal bagian dapur yang belum kelar.
IL tak tahu bagaimana Mujiasih bisa mengenal Rurik Jutting, bankir yang doyan pesta dengan perempuan di apartemennya itu. Jutting ditangkap oleh polisi Hong Kong setelah membantai perempuan WNI, salah satunya Mujiasih.
“Sangat mungkin mereka bertemu di bar itu. Tempat itu terkenal tempat nongkrong lelaki yang ingin cari hiburan malam,” ujar IL, yang kini bekerja di perusahaan asing pengelola villa dan apartemen di Kuta, Bali.
Betapapun, kata IL, Mujiasih tak layak diakhiri hidupnya secara brutal seperti itu. Pelakunya harus dihukum berat. Dia juga ingat cita-cita lain Mujiasih sewaktu mengobrol dengannya di Hong Kong. “Kalau rumahnya nanti jadi, dan ada duit lebih, dia ingin sumbang ke anak yatim piatu,” ujar IL.