PEMBUNUHAN WNI

Mujiasih Sering Adakan Yasinan di Hong Kong

CNN Indonesia
Selasa, 04 Nov 2014 15:25 WIB
Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena ditemukan tewas di kamar apartemen Rurik Jutting pada Sabtu pekan lalu, bersama dengan WNI lainnya, Sumarti Ningsih.
Seneng Mujiasih dan rekannya (Dok. Pribadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena, korban pembunuhan sadis di Hong Kong dikenal baik dan sering bersedekah kepada kawan-kawannya maupun keluarga di Sulawesi Tenggara.

Seorang kawannya yang berinisial IL, kepada CNN Indonesia (4/11) mengaku mengenal Mujiasih saat dia bekerja di Hong Kong tahun 2011 hingga awal 2014 lalu.

Wanita ini membenarkan bahwa Mujiasih adalah pekerja seks di Hong Kong.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari pekerjaannya, Mujiasih bisa menghidupi orang tuanya di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, dan berbagi rezeki dengan kawan-kawan dan keluarganya di tanah air.

"Dia sangat baik dan suka menolong. Hasil pekerjaannya disimpan sendiri dan dibagikan ke orang yang membutuhkan, termasuk yatim piatu di kampungnya," kata IL yang saat ini sudah pulang ke tanah air dan bekerja di Bali.

Mujiasih, kata IL juga suka mengadakan Tahlilan dan Yasinan untuk mendoakan orang tuanya dan kerabatnya yang sudah meninggal di kampung halaman.

"Waktu bareng Tahlilan, dia selalu memaksa saya untuk datang. Dia juga tidak pernah absen menghadiri shalat Idul Fitri dan Idul Adha di Victoria Park," ujar IL.

Menurut IL, Mujiasih terpaksa bekerja sebagai PSK demi membantu orang tuanya membangun rumah di kampung.

IL sendiri telah pulang ke tanah air awal tahun ini dengan bantuan petugas imigrasi Hong Kong karena KTP dan paspornya ditahan agen penyalur tenaga kerja.

"Bulan lima lalu, dia bilang mau ke Bali. Saya tanya 'kapan kamu pulang?' kata dia 'nantilah, dapur ibuku belum jadi'. Dia sudah membangunkan rumah untuk orang tuanya, tinggal dapurnya saja yang belum rampung," kata IL.

Jika datang ke Bali, kata IL, Mujiasih minta dicarikan pekerjaan. IL mengatakan siap membantu sahabatnya itu untuk membalas budi saat di Hong Kong.

"Setiap hari kami ketemu. Kalau malam saya berantem dengan pacar saya, saya menginap di kos Mujiasih. Kosnya cukup besar," ujar IL.

Mujiasih dan IL adalah salah satu warga negara overstay yang sudah kedaluwarsa visa kerjanya. Mereka terpaksa kerja serabutan untuk menyambung hidup.

Mujiasih pilih menjadi PSK, sementara IL bekerja paruh waktu sebagai pembantu rumah tangga. Pekerjaan ini, kata IL, lebih baik ketimbang bekerja di bawah agensi yang memotong gaji mereka sangat besar.

"Agensi terlalu menekan kita untuk membayar potongan gaji dalam jumlah besar. Kita bahkan harus bayar uang untuk ganti majikan," ujar IL.

Mujiasih dan korban lainnya, Sumarti Ningsih, 25, yang ditemukan di kamar apartemen pelaku Rurik Jutting menurut IL saling mengenal.

"Saya berteman dengan Ningsih di Facebook. Orangnya baik, tidak sombong," kata IL.

Dalam dakwaan pengadilan Senin lalu, disebutkan bahwa Ningsih dibunuh pada 27 Oktober, sementara Mujiasih dibunuh pada 1 November.

Rurik Jutting telah mengakui segala perbuatannya dan pengadilan berikutnya akan digelar 10 November mendatang.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER