Yangon, CNN Indonesia -- Pemerintah Myanmar pada Rabu (5/11) telah menggali kembali kuburan seorang wartawan yang tewas dalam tahanan militer. Seorang aktivis hak asasi manusia yang menyaksikan penggalian tersebut mengatakan bahwa terlihat tanda-tanda penyiksaan pada mayat wartawan tersebut.
Wartawan lepas Par Gyi ditahan oleh tentara pada 30 September setelah memotret bentrokan yang terjadi antara militer dan pemberontak Tentara Demokrat dan Kebajikan Karen (DKBA). Asosiasi Myanmar berbasis Bantuan bagi Tahanan Politik (AAPP) mengatakan ia kemudian dibunuh pada 4 Oktober.
AAPP membantah pernyataan militer yang mengatakan kalau Par Gyi ditembak karena mencoba mencuri senjata dari tentara dan melarikan diri dari tahanan setelah dituduh sebagai anggota DKBA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Thein Sein pada pekan lalu menanggapi seruan dari kelompok-kelompok hak asasi serta pemerintah Amerika Serikat kemudian memerintahkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Myanmar untuk melakukan penyelidikan atas kematian Par Gyi ini.
Aktivis hak asasi manusia Nay Myo Zin mengatakan kalau sekitar 100 orang, termasuk perwira militer dan polisi, menyaksikan penggalian kuburan Par Gyi di kota Kyaikmayaw, di timur negara bagian Mon dekat dengan perbatasan Thailand.
"Kami tidak melihat luka tembak pada bagian bawah tubuh, tetapi pada kepala ditemukan keretakan dan luka, serta gigi dan rahang yang patah," kata Myo Zin yang menggambarkan luka tampak seperti seseorang yang disiksa saat hendak melarikan diri, seperti yang militer katakan.
Sebuah tim dokter telah ditugaskan untuk melaksanakan pembedahan mayat dan komisi akan mulai mewawancarai orang-orang sebagai bagian dari penyelidikan, kata Nyan Zaw, anggota komisi yang menyaksikan penggalian. Hasil pembedahan mayat belum dapat diketahui dengan segera.
"Kami akan meminta semua orang yang dianggap perlu sehubungan dengan kasus ini," katanya melalui telepon.
Insiden ini menjadi isu yang sensitif bagi Myanmar karena pemerintah sedang mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah kunjungan Presiden AS Barack Obama dalam forum internasional pekan depan.
Departemen Luar Negeri AS telah menyerukan penyelidikan yang transparan mengenai kematian Par Gyi, seorang mantan aktivis demokrasi yang pernah bekerja sebagai pengawal untuk pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi.
Berbicara kepada wartawan pada Rabu di kota terbesar Myanmar, Yangon, Suu Kyi mengatakan banyak orang yang menunggu untuk melihat apakah penyelidikan tersebut dilakukan sesuai dengan hukum. "Tidak hanya di negara kita, orang di luar negeri juga akan menonton untuk melihat bagaimana mereka menangani kasus ini," katanya.
Militer mengklaim Par Gyi adalah seorang perwira bagian informasi untuk sebuah kelompok pemberontak yang disebut Organisasi Karen Klohtoobaw.
Istri Par Gyi, Than Dar, seorang aktivis perempuan yang terkenal, membantah suaminya adalah anggota dari organisasi militer. Dia menduga suaminya meninggal saat disiksa kemudian tubuhnya dikubur secara rahasia atas suruhan pimpinan militer. Dia mengatakan DKBA juga telah mengeluarkan pernyataan yang menyangkal suaminya terhubung dalam organisasi militer pemberontak.
Berbagai kelompok bersenjata tumbuh subur di Myanmar sejak negara itu merdeka dari Inggris pada tahun 1948.
Sementara pihak sipil yang dipimpin reformis telah menggugurkan gencatan senjata dengan berbagai cara, bentrokan sering terjadi sehingga mengganggu proses penandatanganan perjanjian gencatan senjata pemerintah yang berakhir sebelum pemilu tahun depan.