Yangon, CNN Indonesia -- Pemenang hadiah Nobel dan pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, akan melakukan kunjungan resmi ke Tiongkok bulan depan, menurut seorang petinggi partai Suu Kyi.
Kunjungan akan berlangsung sekitar seminggu, kata Win Htein, anggota senior Partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi, atau NLD, kepada Reuters. Namun tidak ada informasi lebih lanjut yang ia ungkapkan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying mengatakan kepada sebuah media di Beijing bahwa ia tidak memiliki informasi 'pasti' tentang kunjungan Suu Kyi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memiliki kontak dan komunikasi dengan semua pihak di Myanmar, termasuk Liga Nasional untuk Demokrasi. Tujuan dari ini adalah untuk mempromosikan hubungan bilateral," tambahnya.
Sejak berkuasa pada Maret 2011, pemerintah reformis Myanmar telah berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok.
Myanmar dikenakan sanksi oleh negara Barat selama bertahun-tahun karena pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pemerintah junta militer.
Harapan besar ditujukan kepada NLD pada pemilu Myanmar tahun depan, meskipun Suu Kyi dikecualikan dari kursi kepresidenan.
Draf konstitusi militer Myanmar melarang posisi presiden bagi warga negara dengan suami atau anak yang memiliki paspor asing. Mediang suami Suu Kyi adalah warga negara Inggris, bergitu pula dua putranya.
Suu Kyi memimpin NLD meraih kemenangan besar dalam pemilihan umum pada 1990, tetapi pemerintah militer menolak mengakui hasilnya.
Dia menjadi ikon internasional setelah memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 atas upayanya dalam demokrasi Myanmar.
Suu Kyi menghabiskan dua dekade berikutnya sebagai tahanan rumah sambil terus melakukan perlawanan kepada militer Myanmar.
Dia dibebaskan lima bulan sebelum pemerintah semi-sipil saat ini mengambil alih kekuasaan setelah 49 tahun berkuasa.
Pembebasan Suu Kyi diikuti oleh pembebasan ratusan tahanan politik digembar-gemborkan sebagai era baru reformasi oleh Thein Sein, pemimpin Myanmar.