Iguala, CNN Indonesia -- Sebanyak 43 mahasiswa di Meksiko yang hilang di Iguala, selatan Meksiko, pada September lalu diyakini diculik oleh polisi atas perintah walikota dan diserahkan pada sebuah geng kriminal untuk dibunuh, karena memrotes kurangnya anggaran kampus, seperti disampaikan dalam kronologis berdasarkan hasil penyelidikan aparat.
Para korban yang kebanyakan berusia 20 tahunan adalah mahasiswa ilmu pendidikan di sebuah universitas di wilayah Ayotzinapa. Pada 26 September, mereka berkendara dengan bus dan van menuju Iguala untuk memprotes anggaran untuk kampus yang dinilai kecil.
Sejak itu, mereka tidak terdengar lagi kabarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaksa Agung Meksiko Jesus Murillo, mengatakan tiga tersangka yang berhasil ditangkap mengaku telah membunuh puluhan mahasiswa tersebut, membakarnya dan membuang abu mereka ke sungai.
Murillo mengatakan kemungkinan otak dibalik penculikan ini adalah Walikota Iguala, Jose Luis Abarca dan istrinya, Maria de los Angeles Pineda, karena tidak ingin acara mereka diganggu oleh demo mahasiswa. Keduanya tertangkap di persembunyian mereka di Mexico City.
Polisi terlibatMenurut Murillo, Abarca memerintahkan polisi untuk menangkap para mahasiswa. Dalam penangkapan yang berujung bentrok, tiga mahasiswa tewas, dan sisanya ditahan di kantor polisi.
Lantas polisi suruhan ini membawa para mahasiswa ke sebuah lokasi untuk diserahkan kepada tiga tersangka yang merupakan anggota geng Guerreros Unidos.
Ketiga anggota geng bernama Patricio Reyes Landa, Jhonatan Osorio Gomez dan Agustin Garcia Reyes ini lalu membawa para mahasiswa dengan beberapa truk, termasuk dengan truk sampah, beberapa di antaranya diyakini telah tewas di fase ini.
Beberapa mahasiswa yang masih hidup ditanya soal keanggotaan mereka di kelompok kriminal. Murrilo mengatakan, sampai saat ini tidak ada bukti keterlibatan mahasiswa yang hilang dalam geng kriminal Meksiko.
Kepada polisi, lanjut Murrilo, ketiganya mengaku tidak tahu persis berapa orang yang telah mereka bunuh, namun mereka menduga ada lebih dari 40 orang.
Para mahasiswa yang tewas kemudian dibakar di sebuah penampungan sampah sementara para tersangka menjaga api tetap menyala dengan menambah solar, ban bekas dan puing selama 14 jam.
Keesokan harinya, ketiganya diperintahkan menghancurkan bukti dengan memasukkan jasad-jasad ke kantung plastik hitam dan dibuang ke Sungai San Juan, kata Murillo.
Penyelam menemukan kantung-kantung ini, beberapa di antaranya masih berisikan anggota tubuh yang luput dari jilatan api.
"Saya tahu informasi ini akan menimbulkan rasa sakit dari keluarga korban, rasa sakit yang kita sama-sama rasakan," kata Murillo.
Sejauh ini, sudah 74 orang yang ditahan terkait kasus yang memicu protes di seluruh Meksiko, sebagian berakhir rusuh di Guerrero.
Kepala Polisi Iguala saat itu Felipe Flores Velasquez yang diperintahkan Abarca untuk menangkap para mahasiswa sekarang masih buron.
Identifikasi DNASaat ini, penyidik tengah mengidentifikasi jasad-jasad dengan meneliti DNA tiap mahasiswa. Kesulitan terbesarnya adalah, banyak jasad itu kini tidak utuh karena hancur terbakar.
Keluarga para korban saat ini terus menuntut pemerintah menyelidiki kasus ini hingga tuntas dan menangkap semua pelakunya.
Kasus penculikan dan mahasiswa hilang telah terjadi sejak lebih dari 80 tahun lalu di Meksiko.
Sesaat setelah pengumuman kronologis pembunuhan para mahasiswa, Presiden Meksiko Pena Nieto mengeluarkan pernyataan dengan mengatakan bahwa pembunuhan itu "sangat keji dan melukai seluruh rakyat Meksiko."
"Dengan niat yang kuat, pemerintah akan terus mencari para pelakunya. Menangkap dalang kasus ini tidak cukup, kami akan menangkap semua orang yang terlibat dalam kejahatan yang mengerikan ini," kata Nieto.