Beijing, CNN Indonesia -- Presiden Jokowi bertemu dengan sejumlah pemimpin negara-negara besar di sela-sela pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pacific Economic Conference (APEC) di Beijing, Senin (10/11), salah satunya adalah Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama.
Presiden Jokowi merupakan pemimpin negara pertama yang Obama temui ketika baru tiba di Beijing pada Senin pagi.
Menurut pengamat CSIS, Philips Vermonte, pertemuan bilateral tersebut secara jelas menunjukkan posisi Indonesia yang sudah dianggap penting oleh para pemimpin negara lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan hanya Presiden Barrack Obama, Presiden Tiongkok Xi Jinping juga menganggap Indonesia sebagai negara yang penting," ujar Philips kepada CNN Indonesia, Selasa (11/11).
Gestur yang diperlihatkan Presiden Obama dalam pertemuan KTT APEC ini sama dengan yang dilakukan oleh Tiongkok.
Philips berpendapat, alasan Tiongkok menganggap Indonesia penting tidak lain adalah karena visi Presiden Jokowi yang ingin mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim juga dianggap sejalan dengan visi Presiden Xi Jinping.
"Tahun lalu Tiongkok juga sudah membahas mengenai jalur sutra maritim. Oleh karena itu, Tiongkok ingin mengadakan kerja sama dengan negara-negara yang dilalui oleh jalur perairan tersebut," ujar Philips.
Indonesia juga dianggap penting karena merupakan anggota G20, yang memiliki kektuatan ekonomi yang potensial.
Lalu apakah politik luar negeri Indonesia akan lebih condong ke Tiongkok?
Philips menilai bahwa politik luar negeri yang dianut oleh Indonesia tidak akan pernah berubah, yaitu politik luar negeri bebas aktif.
"Ibu Retno (Menlu RI) juga sudah mengatakan bebas aktif," ujar Philips menegaskan.
Menurut Philips, Indonesia akan terus membangun kerja sama dengan negara manapun dengan mengutamakan kepentingan nasional.
"Negara yang menguntungkan kepentingan nasional, Indonesia akan bekerja sama," ujar Philips.
Pertemuan bilateral IndonesiaDalam pertemuan bilateral tersebut, baik dengan AS dan Rusia, Presiden Jokowi menuturkan misi Indonesia dalam pembangunan infrastruktur serta pengembangan maritim.
"AS tetap berkomitmen mendukung Indonesia dalam upaya pembangunan infrastruktur dan pengembangan maritim," bunyi pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri RI, Senin (10/11).
Dalam pertemuan tersebut, AS mengemukakan harapannya terhadap Indonesia agar mampu memainkan peran penting di kawasan juga di dunia, termasuk peran Indonesia di ASEAN dalam menjaga kestabilan wilayah terutama kelautan.
Begitu juga dengan Rusia, negara ini rencananya akan mengkhususkan upaya peningkatan kerja sama terutama dalam bidang investasi.
"Di antara investasi yang sedang dikembangkan Rusia di Indonesia adalah rencana investasi pada bidang smelter aluminium senilai tidak kurang dari US$1 miliar," bunyi pernyataan tertulis yang juga diterima dari pihak Kemlu RI.
AS dan Rusia merupakan mitra dagang besar bagi Indonesia.
Kerja sama yang dilakukan oleh kedua negara secara umum mengalami peningkatan.
Kerja sama AS-Indonesia pada tahun lalu misalnya, mencapai hingga US$24,76 miliar. Sementara kerja sama Rusia-Indonesia pada tahun lalu mencapai hingga US$3,52 miliar.
Selain dengan AS dan Rusia, Jokowi juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Vietnam Truong Tan Sang.
Jika dalam pidato di depan pemimpin dunia Jokowi menggunakan bahasa Inggris tanpa teks, dalam pertemuan bilateral, Jokowi menggunakan bahasa Indonesia dengan penerjemah.