Yerusalem, CNN Indonesia -- Ribuan jemaah ortodok Yahudi memadati pemakaman rabi Moshe Twersky, pemuka agama Yahudi keturunan Israel dan Amerika Serikat yang menjadi korban penikaman di sinogaga di Yerusalem bersama tiga rabi lainnya dalam serangan pada Selasa (18/11) kemarin.
Dalam pemakaman yang diiringi lantunan doa tersebut, keluarga, teman dan jemaah Twersky menyatakan keidakpercayaan mereka atas insiden nahas yang menimpa pemuka agama Yahudi yang sangat mereka segani ini.
"Kami sangat terkejut. Dia adalah salah satu dari manusia yang paling menakjubkan di dunia," kata Esther Greenwald, Selasa (18/11) teman dari istri Twersky, Miriam, turut larut dalam lantunan doa bersama ribuan orang lainnya dalam pemakaman tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pemakaman tersebut, terlihat dua cucu Twersky menyeka air mata, menundukkan kepala mereka di samping Miriam. Twersky meninggalkan lima anak.
Anak sulung Twersky, Meshulam Twersky, mengenang ayahnya sebagai seseorang yang selalu mendengarkan keluh kisahnya. (Reuters/Finbarr O'Reilly) |
Twersky, 59 tahun, merupakan pemuka agama Yahudi asal Boston, Amerika Serikat, yang berimigrasi ke Israel pada tahun 1990. Twersky adalah anak dari Isadore, pendiri pusat studi Yahudi di Harvard University yang terkenal.
Twersky juga merupakan cucu dari Joseph Soloveitchik, seorang rabi terkenal asal Boston yang tutup usia pada tahun 1993.
Para jemaat mengenang Twersky sebagai satu-satunya rabi yang berhasil menjembatani dua kelompok Yahudi, yaitu pengikut dinasti Hasid keturunan Ukraina sejak abad ke-18 dan pengikut Yahudi Ortodoks modern di Amerika Serikat. Twersky sendiri merupakan keturunan langsung dua kelompok Yahudi yang berbeda itu.
Anak sulung Twersky, Meshulam Twersky, mengenang ayahnya sebagai seseorang yang selalu mendengarkan keluh kisahnya. Meshulam menyatakan dia ikhlas bahwa ayahnya meninggal ketika sedang beribadah.
Twerksy tewas dalam serangan di sebuah sinagoga di Yerusalem ketika dia sedang beribadah. Serangan yang diduga dilakukan oleh dua warga Palestina, ditujukan kepada 25 jemaat sinogoga dan menewaskan empat orang serta melukai delapan lainnya.
Di tempat terpisah, sebuah upacara pemakaman juga digelar untuk para korban lainnya, yaitu Avraham Goldberg, 68 tahun, seorang jemaah keturunan Inggris-Israel yang berimigrasi dari London pada tahun 1993.
Seperti diberitakan
Reuters, korban lainnya, Kalman Levine, 55 tahun dan Aryeh Kupinsky, 43 tahun juga dimakamkan pada hari itu. Kedua korban lahir di Amerika Serikat.
 Serangan tersebut menambah daftar panjang serangan yang terjadi antara warga Palestina dan Israel di Yerusalem yang semakin meningkat beberapa waktu terakhir. (Reuters/Finbarr O'Reilly) |
Presiden AS Barack Obama telah memberikan pernyataan dan mengutuk serangan di sinagoga itu.
Obama mendesak semua warga Israel dan Palestina untuk bekerja sama agar ketegangan di Yerusalem tidak semakin meningkat.
Biro Investigasi Federal AS juga menyatakan akan membantu pemerintah Israel menyelidiki serangan yang telah menewaskan tiga warga AS tersebut.
Serangan tersebut menambah daftar panjang serangan yang terjadi antara warga Palestina dan Israel di Yerusalem yang semakin meningkat beberapa waktu terakhir.
Sehari sebelum penyerangan di sinogoga, seorang sopir bus Palestina ditemukan tewas tergantung di dalam kendarannya di Yerusalem pada Senin (17/11).
Menurut warga, rangkaian kekerasan di Yerusalem ini dimulai pada Juli lalu saat remaja Palestina diculik kelompok radikal Israel dan ditemukan tewas terbakar.
Lima warga Israel dan seorang warga asing ditabrak dan dibunuh atau ditikam hingga tewas oleh warga Palestina dalam sebulan terakhir.
Puluhan warga Palestina juga tewas dibunuh tentara Israel, termasuk mereka yang melakukan penyerangan.