Yerusalem, CNN Indonesia -- Kelompok militan Hamas mengatakan serangan ke sinagoga di Yerusalem adalah bentuk balas dendam terhadap kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina, salah satunya adalah supir bus yang ditemukan tewas kemarin, Senin (17/11).
"Operasi penyerangan di Yerusalem adalah respon dari terbunuhnya Yousuf al-Ramouni dan kejahatan lainnya yang dilakukan penjajah Israel di Yerusalem," kata juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri di Yerusalem, menyusul penyerangan Selasa pagi.
Penyerangan terjadi di Sinagoga di Yerusalem Barat pada Selasa. Dua pelaku yang bersenjatakan pisau dan kapak menewaskan empat orang jemaah Yahudi dan melukai enam lainnya. Dua pelaku ditembak mati polisi Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati Hamas mengaku tidak terlibat dalam penyerangan itu, namun mereka mengancam akan adanya penyerangan yang lebih banyak di Yerusalem, bahkan revolusi.
"Akan ada lebih banyak revolusi di Yerusalem dan lebih banyak pemberontakan," kata pejabat senior Hamas Ghazi Hamad, kepada Al Jazeera.
"Hamas mendukung setiap tindakan militer melawan penjajahan dimanapun bisa dilakukan," kata Hamad melalui sambungan telepon dari Gaza.
Serangan ke sinagoga di Yerusalem tidak jauh dari lokasi al-Ramouni ditemukan tergantung Minggu lalu.
Menurut polisi Israel, al-Ramouni mati bunuh diri. Namun adiknya mengaku melihat memar-memar dan bekas darah di punggung kakaknya, menimbulkan dugaan adanya penyiksaan oleh tentara Israel.
Situasi ini menambah ketegangan setelah sebelumnya terjadi serangkaian serangan dan pembunuhan yang memakan korban warga Israel dan Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyalahkan Presiden Palestina Mahmoud Abbas atas kekerasan yang kian marak di Yerusalem.
"Ini adalah bukti langsung dari provokasi yang dilakukan oleh Hamas dan Abu Mazen (panggilan Mahmoud Abbas), provokasi yang tidak dihiraukan oleh komunitas internasional," kata Netanyahu.
Sebaliknya Abbas mengatakan bahwa penyebab meningkatnya kekerasan di Yerusalem adalah akibat pendudukan Israel.
"Waktunya sudah tiba bagi Israel untuk menghentikan pendudukan dan menghentikan penyebab ketegangan serta kekerasan dan kami berkomitmen untuk mencari jalan keluar yang adil berdasarkan solusi dua negara sesuai dengan hukum internasional," kata Abbas melalui kantor kepresidenannya.