London, CNN Indonesia -- Sebanyak 13 ribu orang di Inggris menjadi korban perbudakan, empat kali lebih banyak dari jumlah yang diperkirakan sebelumnya, menurut analisis pemerintah.
Angka yang dikeluarkan pada 2013 lalu adalah pertama kalinya pemerintah Inggris membuat perkiraan resmi dari skala perbudakan modern di Inggris, termasuk perempuan yang dipaksa menjadi pelacur, staf rumah tangga, pekerja perkebunan, pabrik dan sektor perikanan.
Pusat perdagangan manusia Badan Kejahatan Nasional (NCA) sebelumnya telah merilis angka pada 2744 orang yang terjebak dalam perbudakan di Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May pada acara peluncuran strategi pemerintah untuk mengurangi perbudakan modern mengatakan angka itu mengejutkan.
"Langkah pertama untuk memberantas momok perbudakan modern adalah mengakui dan menghadapi keberadaannya," katanya. "Angka itu mengejutkan dan diperlukan aksi mendesak."
Dikutip dari The Guardian, Profesor Bernard Silverman, penasihat ilmiah Kementerian Dalam Negeri, mengatakan analisis statistik yang baru bertujuan untuk menghitung jumlah "tersembunyi" korban yang tidak dilaporkan kepada pihak berwenang.
"Perbudakan modern sering sangat tersembunyi dan sehingga merupakan tantangan besar untuk membuat skalanya," katanya. "Data yang dikumpulkan pasti tidak lengkap dan di samping itu, harus ditangani dengan sangat hati-hati karena kepekaannya."
Menurut May, sinergi dengan berbagai pihak diperlukan untuk mengakhiri perbudakan modern di seluruh dunia.
"Bekerja dengan berbagai mitra, kita harus meningkatkan perang melawan perbudakan modern di negara ini dan internasional, untuk mengakhiri penderitaan yang diderita oleh orang yang tidak bersalah di seluruh dunia," ujarnya, seperti ditulis The Guardian.
Mayoritas korban perbudakan adalah warga negara asing dari negara-negara seperti Rumania, Polandia, Albania dan Nigeria, tetapi orang dewasa Inggris dan anak-anak juga rentan menjadi korban perbudakan oleh pelaku perdagangan manusia.
Pada November tahun lalu tiga wanita diselamatkan dari sebuah rumah di London selatan di mana mereka telah disekap selama tiga dekade, kata Scotland Yard. Salah satu korban menghubungi Aneeta Prem, pendiri Freedom Charity, setelah melihat dia di TV.
Prem mengatakan, kasus itu telah meningkatkan kesadaran akan persoalan perudakan dan sejak itu lembaganya menerima lebih banyak pengaduan.