Kabul, CNN Indonesia -- Ahmadullah Anwari, Kapolsek di Afghanistan, hanya bisa membagikan tiga granat per pos penjagaan di propinsi Helmand yang setiap hari selalu diwarnai dengan serangan-serangan pejuang Taliban.
"Kadang-kadang hingga 200 serangan Taliban ke pos-pos penjagaan kami dan jika tidak ada tambahan tentara, kami akan kalah," ujar Anwari, yang bertanggungjawab atas wilayah Sangin yang merupakan wilayah paling sering diserang di Afghanistan.
"Saya malu mengatakan bahwa kami tidak punya senjata dan amunisi yang cukup. Tetapi itu adalah kenyataan pahit."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disaat sebagian besar tentara asing bersiap meninggalkan Afghanistan pada akhir tahun 2014, setelah 13 tahun berperang di negara itu, pengalaman Anwari dan kepala polisi lain serta komandan militer di sana merupakan kekhawatiran terbesar bagi NATO.
Amerika Serikat, yang mengerahkan sebagian besar tentara NATO di Afghanistan, telah mengucurkan dana sebesari US$61 miliar untuk melatih 350 ribu anggota pasukan keamanan.
Program pelatihan ini merupakan inti dari rencana AS keluar dari perang terpanjangnya.
Para komandan AS dan Afghanistan memuji keberanian dan efektivitas tentara, polisi dan unsur keamanan lain negara itu dalam menghadapi serangan Taliban yang pada tahun ini saja telah menewaskan 4.600 tentara Afghanistan.
Dan, meski ada peningkatan serangan bom bunuh diri dan serangan terhadap militer serta warga sipil sebagian besar wilayan Afghanistan berada di bawah kendali pemerintah.
"Pasukan keamanan nasional Afghanistan mulai memetik kemenangan dan ini adalah pasukan tempur taktis yang berhasil mempertahankan wilayah dari serangan musuh," ujar Letnan Jenderal Joseph Anderson, wakil komando pasukan koalisi, dalam jumpa pers baru-baru ini.
Akan tetapi kekhawatiran Washington terhadap ancaman Taliban, sementara peralatan dan senjata mutakhir akan segera ditarik, tetap saja membayangi.
Presiden Barack Obama baru-baru ini memutuskan untuk tetap mengerahkan beberapa ribu tentara AS di Afghanistan setelah 2014 untuk bisa melawan Taliban jika diperlukan.
Dukungan Serangan UdaraInsiden-insiden yang terjadi dalam beberapa hari belakangan menggambarkan bahwa meskipun pasukan Afghanistan telah semakin terlatih, mereka akan kesulitan jika dukungan Barat berkurang, terutama dukungan serangan udara.
 Militer Afghanistan sangat tergantung pada Angkatan Udara Pasukan Koalisi asing pimpinan AS. (Reuters/Omar Sobhani) |
Situasi ini juga menggarisbawahi betapa rentannya stabilitas di Afghanistan sementara Barat berupaya keras mencegah Taliban yang merupakan kelompok Islamis garis keras kembali berkuasa setelah 13 tahun disingkirkan karena melindungi al Qaidah.
Ketika para pejuang Taliba menyerang satu rumah tinggal orang asing di Kabul Kamis (26/11), pasukan komando Afghanistan berhasil menewaskan para penyerang namun helikopter dan pasukan khusus negara sing membantu oeprasi pembersihan yang berlangsung berjam-jam itu.
Para pejuang Taliban juga berhasil memasuki Kamp Bastion, markas militer di provinsi Helmand yang diserahkan ke tangan pasukan Afghanistan setelah tentara Inggris dan AS ditarik mundur.
Pasukan Afghanistan memerlukan waktu tiga hari untuk merebut kembali kamp itu.
Jenderal John Campbell, komandan pasukan internasional di Afghanistan, mengatakan bahwa AS akan memberi bantuan serangan udara terbatas dan juga jet tempur baru tahun depan, agar Angkatan Bersenjata AFghanistan bisa menyerang musuh dan mengevakuasi korban luka.
Tetapi hal itu memerlukan waktu.
Setidaknya diperlukan waktu dua atau tiga tahun hingga angkatan udara Afghanistan bisa menggantikan jet dan helikopter tempur AS.
Prospek berkurangnya intervensi jet tempur dan helikopter asing di negara itu sangat berat.
"Jika kami memiliki angkatan udara, kami akan dengan mudah mengalahkan Taliban dan tidak akan ada korban dalam jumlah besar," ujar Mohebullah, kepala polisi daerah Baraki Barak di provinsi Logar.
Pada Agustus, ratusan pejuang Taliban melakukan serangan terbesarnya dalam beberapa tahun belakangan ke Logar.
Mohebullah mengatakan tentaranya berjuang mati-matian tetapi mengeluhkan masalah kalah dalam persenjataan.
Perwira dipersenjatai dengan AK-47 dan beberapa peluncur granat, tetapi kelompok Taliban memiliki lebih banyak mortir dan senjata mesin.
Korban SipilSelain dukungan serangan udara dan senjata, pengumpulan data intelijen masih tergantung pada sistem AS yang menjadi masalah dalam perputaran pasok senjata mulai dari amunisi hingga onderdil kendaraan militer.
 Para pejuang Talibat terus melakukan serangan bom bunuh diri dengan korban sipil dan militer di Afghanistan. (Reuters/Omar Sobhani) |
Sementara itu, korban sipil terus meningkat dengan lebih dari 1.500 orang tewas dalam enam bulan pertama 2014, 17 persen lebih tinggi dari periode yang sama pada 2013.
PBB menyebutkan tahun 2014 akan menjadi tahun dengan korban tertinggi di Afghanistan.
Hampir 3.500 tentara asing tewas sejak 2001, 2.200 diantaranya adalah tentara Amerika Serikat.
Koalisi pimpinan AS mengatakan jumlah serangan Taliban tahun ini berkurang, meski angka sebanyak 18 ribu yang diutarakan Anderson berarti lebih dari 50 serangan per hari.
Dan sementara koalisi mengatakan pasuan Afghanistan berhasil menguasai sebagian besar wilayah negara itu, situasi di lapangan bisa berbeda jauh.
Graeme Smith, analis senior International Crisis Group di Kabul, mengatakan di ban yak wilayah terpencil pemerintah menguasai sejumlah gedung pemerintah "tetapi pengasuh pasukan Afghanstan tidak akan melebih fakta itu."