POHON NATAL

Korea Selatan Bangun Kembali Pohon Natal Propaganda

CNN Indonesia
Rabu, 03 Des 2014 18:28 WIB
Korea Selatan memperbolehkan umat Kristen membangun kembali pohon natal propaganda yang sebelumnya telah dibongkar akibat kecaman dari Korea Utara.
Korea Selatan memperbolehkan umat Kristen membangun kembali pohon natal propaganda yang sebelumnya telah dibongkar akibat kecaman dari Korea Utara. (Ilustrasi/Pexels/BreakingPic)
Gimpo, CNN Indonesia -- Korea Selatan akan mengijinkan umat Kristen di negaranya membangun menara baru berbentuk pohon natal di dekat perbatasan dengan Korea Utara untuk memanasi negara tetangganya itu.

Pembangunan menara baru ini dilakukan karena menara yang lama dibongkar oleh militer Korea Selatan pada Agustus lalu.

Pembongkaran tersebut sempat memicu protes dari kelompok-kelompok gereja dan pegiat anti-Pyongyang yang menuduh pemerintah mengalah pada tekanan dari Korea Utara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun untuk menghindari protes, menteri pertahanan mengatakan pada Selasa (2/12) pihaknya telah mengabulkan permintaan dari Dewan Kristen Korea, CCK, untuk mendirikan menara pohon natal baru.

"Kami menerima permintaan tersebut untuk menjamin kebebasan kegiatan beragama," ujar juru bicara menteri, Kim Min-seok.

CCK mengatakan menara baru ini akan berukuran lebih kecil dibanding menara sebelumnya.

"Menara baru akan terlihat seperti versi besar pohon natal dan ini akan setinggi sekitar sembilan meter," ujar juru bicara CCK.

Tidak seperti menara sebelumnya, menara setinggi sembilan meter yang akan dibangun di Puncak Aegibong di Gimpo, Provinsi Gyeonggi ini hanya akan dipasang dari 23 Desember hingga 6 Januari, sesuai ijin dari kementerian pertahanan.

Sebelumnya, kelompok gereja di Korea Selatan membangun menara setinggi 20 meter yang dihiasi oleh lampu-lampu menyala untuk merayakan hari raya Natal dan meletakkan salib besar di puncaknya.

Korea Utara yang ateis memandang pertunjukan lampu di menara tersebut sebagai bentuk provokasi untuk perang psikologi dan mengancam akan menembaki menara tersebut dengan meriam, kecuali Korea Selatan membongkarnya.

Militer Korea Selatan akhirnya membongkar menara tersebut pada Agustus lalu dengan alasan struktur bangunan berusia 43 tahun ini sudah tidak stabil dan berbahaya.

Korea Utara sudah pasti akan mengutuk keputusan baru Korea Selatan karena sudah memperingatkan pada bulan lalu tentang dampak bencana dari upaya membangun kembali menara itu.

"Menara bukan satu alat acara keagamaan, tetapi simbol atas upaya gila untuk meningkatkan ketegangan di perbatasan dan memprovokasi konflik militer," tulis kantor berita Korea Utara, KCNA.

Penerangan lampu-lampu cahaya di menara ini ditentukan oleh perubahan dalam hubungan lintas perbatasan yang mudah berkurang.

Korea Selatan memadamkan lampu menara di bawah kesepakatan 2004 yang bertujuan menahan segala bentuk propaganda di perbatasan.

Namun pada 2010, lampu menara ini dinyalakan kembali setelah kapal perang Korea Selatan tenggelam dan negara ini menyalahkan Korea Utara atas insiden tersebut.

Menara ini sempat dimatikan pada 2001 saat Presiden Korea Utara Kim Jong-il meninggal dunia dan pada 2013 saat ketegangan militer sempat meninggi.

Meskipun kebebasan beragama dijamin oleh UUD Korea Utara, pada praktiknya tidak ada dan kegiatan beragama terbatas hanya untuk kelompok yang diakui secara resmi oleh pemerintah.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER