Bhopal, CNN Indonesia -- Ratusan pengunjuk rasa berkumpul pada Rabu (3/12) di luar pabrik kosong yang menyebabkan bencana industri paling mematikan di dunia di kota Bhopal, India. Mereka membakar patung dan menuntut keadilan bagi korban yang menderita 30 tahun setelah bencana itu terjadi.
Wanita tua dan laki-laki, beberapa di antaranya terluka akibat kebocoran gas beracun sianida, bersama dengan aktivis dan anak-anak— beberapa yang lahir dengan cacat fisik dan mental— mengangkat spanduk dan berteriak “Kami ingin keadilan!"
Pada dini hari 3 Desember 1984, sekitar 40 ton gas methyl isocyanate tanpa sengaja bocor dari sebuah pabrik pestisida yang dimiliki oleh perisahaan multinasional Amerika Serikat Union Carbide Corp dan terbawa angin ke daerah kumuh yang berada di sekitar pabrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah mencatat 5295 kematian, namun aktivis memperkirakan 25 ribu kematian akibat penyakit sejak kebocoran terjadi.
Menurut aktivis, banyak orang masih menderita kanker, kebutaan, gangguan pernafasan dan gangguan kekebalan tubuh dan neurologis menerima dukungan yang sangat sedikit.
“Saya sedang hamil dan tinggal dekat dengan pabrik pada malam itu. Kami bangun dengan mata terbakar dan bisa mendengar orang-orang di luar berteriak," kata Rambhai Kailash, 50, yang putrinya lahir dengan distrofi otot dan suaminya meninggal karena kanker lima tahun setelah bencana.
 Aktivis mengatakan pemerintah tidak melakukan cukup banyak bagi para korban tragedi Bhopal. (Reuters/Abhishek N. Chinnappa) |
"Kompensasi yang saya terima pada saat itu sangat sedikit dan uang itu segera digunakan pada pengobatan bagi suami dan putri saya," kata Kailash saat pengunjuk rasa menyalakan patung berbentuk berlian besar dengan tengkorak dan "Dow Chemical" dicat di atasnya.
Aktivis menuduh pemerintah India dan AS dan Dow Chemical Company , yang kini memiliki Union Carbide, tidak berbuat cukup untuk mendukung korban bencana.
Mereka menginginkan kompensasi finansial lebih untuk para korban dan penghapusan ribuan ton limbah beracun di sekitar pabrik, yang telah merembes ke dalam tanah dan menurut aktivis telah meracuni air dari 50 ribu orang.
Tragedi lainDi lain pihak, Dow Chemical membantah dengan mengatakan mereka membeli Union Carbide satu dekade setelah perusahaan menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada pemerintah India pada 1989 dengan membayar US$ 470 juta.
Namun para aktivis mengatakan itu adalah jumlah yang sedikit dibandingkan penderitaan korban dan telah mengeluarkan berbagai petisi untuk menuntut pertanggungjawaban Dow agar memberikan kompensasi lebih dan membersihkan limbah.
"Waktunya telah tiba untuk membawa Dow dan Carbide ke pengadilan. Tidak ada lagi persembunyian di balik kepemilikan saham dan celah hukum," kata Salil Shetty, Sekretaris Jenderal Amnesty International.
Seorang juru bicara untuk Dow menolak berkomentar, serta mengarahkan tuntutan kepada anak perusahaan Union Carbide Corp (UCC).
Sebuah surel dari Tomm Sprick dari Uni Information Centre Carbide mengatakan perusahaan itu tidak melayani wawancara dan menyebut informasi di situsnya menampilkan fakta "yang telah dilupakan atau diabaikan dalam 30 tahun terakhir".
Di dalam surel, Sprick mengatakan UCC menyampaikan "hormat dan simpati bagi para korban" tapi masalah "telah diselesaikan dan tanggung jawab telah dipenuhi”.
 Warga yang tinggal di sekitar pabrik yang mengalami kebocoran menanggung dampak akibat gas beracun itu hingga berpuluh tahun kemudian. (Reuters/Danish Siddiqui) |
Pemerintah negara bagian Madhya Pradesh, di mana Bhopal terletak, menyelenggarakan doa pada Rabu (3/12) untuk menandai peringatan ke-30 kebocoran di Bhopal, sementara parlemen India di New Delhi mengheningkan cipta selama dua menit untuk korban bencana.
Pejabat pemerintah menyangkal mengabaikan korban dan gagal membantu mereka yang selamat. Mereka mengatakan Mahkamah Agung telah memutuskan siapa yang berhak untuk kompensasi dan kesehatan gratis setelah menerima daftar orang-orang yang terkena dampak.
“Mahkamah Agung telah memutuskan, setelah pemeriksaan ekstensif terhadap kasus mereka, apa yang harus dibayar dan kepada siapa," kata Pravir Krishn, sekretaris departemen yang bertanggung jawab atas rehabilitasi bagi korban Bhopal.
Krishn mengatakan beberapa keluarga mencari kompensasi atau bantuan medis tidak berasal dari lokasi yang terkontaminasi, hanya mengaku sebagai korban.
Menurut Krishn, negara telah memberikan 40 miliar rupee (US$650 juta) untuk 575 ribu orang yang diidentifikasi oleh Mahkamah Agung sebagai korban bencana.
Sementara banyak hal seputar peringatan bencana ini telah difokuskan pada isu-isu seperti kurangnya perawatan kesehatan, kompensasi dan kesempatan kerja bagi korban dan keluarga mereka, beberapa yang lain menanyakan apakah peristiwa Bhopal lain bisa terjadi.
Sebuah lembaga think-tank Pusat Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan Hidup (CSE) yang berbasis di India pada Senin (1/12) merilis buka yang mengungkapkan bahwa sementara India memiliki hukum yang mencakup pengelolaan limbah berbahaya dan bencana industri, tidak ada yang mematuhi aturan itu.
“Sementara kami bersyukur tidak menyaksikan tragedi seperti Bhopal dalam 30 terakhir, kami memiliki data beberapa tragedi ‘mini Bhopal’, kebocoran kecil dari industri yang terjadi di seluruh negeri,” kata Sunita Narain, direktur CSE.