LAPORAN INTELIJEN AS

Laporan soal Interogasi Brutal CIA Dirilis

CNN Indonesia
Rabu, 10 Des 2014 09:56 WIB
Komite Intelijen Senat akhirnya merilis laporan mereka terkait program CIA, termasuk soal mekanisme interogasi brutal yang menyalahi aturan dan tak manusiawi.
Dianne Feinstein, ketua Komite Intelijen Senat merilis laporan program CIA. (Reuters/Senate TV/Handout)
Washington, CNN Indonesia -- Komite Intelijen Senat akhirnya merilis laporan soal program CIA yang mencakup ’Eksekusi, Penahanan dan Interogasi’ pada Selasa (9/12). Dikutip dari Reuters, interogasi yang dilakukan oleh CIA terhadap tersangka terorisme al-Qaeda di penjara-penjara rahasia ternyata lebih brutal dari aturan yang telah ditetapkan.

Dalam beberapa kasus, penyiksaan yang dilakukan CIA tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh.

Berikut ini adalah beberapa poin penting dari laporan yang dirilis oleh Senat AS:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, metode interogasi yang lebih lama dan lebih keras tidak efektif dan tidak pernah memberikan hasil yang diharapkan terkait penggagalan ancaman. Dalam banya kasus, metode interogasi itu tidak memberi masukan apapun terhadap keberhasilan kontra terorisme. Bahkan, tidak sedikit tahanan yang secara rutin berbohong dan memberikan informasi palsu kepada CIA.

Kedua, CIA jauh lebih brutal dari apa yang seharusnya mereka lakukan, seperti ditetapkan oleh pembuat kebijakan. Tahanan pertama CIA , Abu Zubaydah dan banyak lainnya menjadi sasaran interogasi koersif dalam jangka waktu panjang hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Interogasi terhadap Zubaydah lebih didahulukan dari perawatan medis yang seharusnya ia dapatkan, menyebabkan infeksi akibat peluru yang bersarang di tubuhnya. Pada satu titik ketika mekanisme ‘waterboarding’ (simulasi tenggelam yang kerap digunakan dalam interogasi) dijalankan, Zubaydah sempat menjadi tidak responsif sama sekali, dengan gelembung keluar dari mulutnya yang terbuka.

Waterboarding, yang awalnya dilakukan pada Khalid Sheikh Mohammed, tersangka yang mendalangi serangan 11 September, telah berkembang menjadi serangkaian metode yang hampir menenggelamkan tersangka CIA.
Senator John McCain yang pernah ditawan saat Perang Vietnam, adalah salah satu senator yang menentang metode interogasi dengan 'waterboarding'. (Reuters/Yuri Gripas)
Ketiga, CIA menolak memberi gambaran yang akurat terkait apa yang mereka lakukan terhadap tahanan, seperti misalnya di penjara Abu Ghraib di Irak.

Fakta menunjukkan bahwa para tahanan di salah satu lokasi disekap dalam keadaan gelap gulita, dibelenggu dalam sel yang terisolasi dengan suara keras atau musik dan hanya dilengkapi ember untuk kotoran manusia.

Kurangnya panas di salah satu fasilitas kemungkinan berkontribusi pada kematian seorang tahanan. Beberapa tahanan berjalan telanjang dengan tangan mereka diborgol di atas kepala mereka.  Beberapa yang lain terkadang menggunakan penutup kepala namun tetap telanjang, diseret di koridor sambil ditampar dan dipukuli.

Tahanan kemudian menujunjukkan gejala masalah psikologis, termasuk halusinasi, paranoia dan berupaya menyakiti diri sendiri.

Keempat, CIA tidak memberikan informasi akurat tentang program dan efektivitas kepada pihak pembuat kebijakan, termasuk Gedung Putih, Kongres dan Departemen Kehakiman AS.

Beberapa anggota parlemen sempat menyatakan keberatan terhadap beberapa metode interogasi CIA. Senator John McCain, yang pernah disiksa sebagai tahanan perang Vietnam, mengatakan kepada CIA ia percaya waterboarding dan kurang tidur adalah penyiksaan.

Senator lainnya juga menyatakan keberatan secara tertulis.

Namun CIA tetap mencari cara untuk bisa menggunakan teknik itu dan mengatakan kepada Departemen Kehakiman bahwa tidak ada senator yang keberatan.

Baca juga:
Marinir AS Siaga Satu Antisipasi Laporan Intelijen
CIA Gunakan Ancaman Seksual untuk Interogasi
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER