LAPORAN INTELIJEN AS

Senat: Dua Psikolog CIA Tidak Cukup Kualifikasi

CNN Indonesia
Rabu, 10 Des 2014 10:53 WIB
Laporan Senat AS mengkritik dua ahli psikologi sewaan CIA karena tidak berpengalaman di bidang interogasi dan kontra-terorisme untuk interogasi tersangka. 
CIA menyerahkan teknik interogasi tersangka teroris pada perusahaan dua ahli psikologi yang tidak berpengalaman menginterogasi. (Getty Images/Mark Wilson)
Jakarta, CNN Indonesia -- CIA mengeluarkan dana sebesar US$80 juta untuk perusahaan yang dikelola oleh dua mantan ahli psikologi Angkatan Udara AS yang tidak memiliki pengalaman di bidang interogasi atau kontra terorisme yang merekomendasikan metode simulasi tenggelam, penamparan wajah dan simulasi penguburan pada tersangaka teroris.

Laporan Senat AS mengenai praktek interogasi brutal yang dilakukan CIA mempertanyakan kualifikasi kedua ahli psikologi tersebut dan menuduh mereka melanggar kode etik profesional karena menjadi arsitek praktek penyiksaan para tahanan CIA.

Laporan ini menyebut kedua ahli psikologis ini sebagai "Dunbar" dan "Swigert" tetapi disebut oleh sumber-sumber intelijen AS sebagai James Mitchell dan Bruce Jessen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CIA men-subkontrakkan lebihd ari 80 persen program interogasi pada perusahaan ini, Mitchell Jessen & Associates dari Spokane, Washington, dari 2005 hingga 2009.

CIA juga membayar US$ 1 juta untuk melindungi perusahaan itu dan pegawainya tidak bisa dituntut secara hukum.

"Tidak satupun dari ahli psikologi ini yang memiliki pengalaman sebagai interogator atau memiliki pengetahuan khusus mengenai al Qaidah, latar belakang di bidang kontra-terorisme, atau pengalaman terkait budaya atau bahasa," tulis laporan yang dirilis pada Senin (9/10).

Salah satu pengalaman penyiksaan dialami oleh Abd al-Rahim al-Nashiri yang ditangkap pada 2002 karena diduga menjadi dalang pengeboman kapal USS Cole di Aden pada 2000.

Saya tidak bisa membenarkan atau menyangkal bahkan jika saya terlibat. Tanyakan pada CIA.James Mitchell, mantan psikolog yang dikontrak CIA
Di satu penjara rahasia pada 2003, Al-Nashiri berulang kali mengalami simulasi tenggelam, waterboarding, dipaksa berdiri dengan tangan di kepala selama berjam-jam, ditutup matanya dan dipaksa mendengar suara mesin bor yang dinyalakan dekat kepalanya.

Sejumlah personel CIA yang terlibat dalam episode ini memutuskan bahwa Nashiri tidak memegang informasi penting terkait rencana terorisme.

Bahkan setelah itu, seorang ahli psikologi yang hadir mendesak agar Nashiri terus menjalani metode penyiksaan lain untuk menciptakan "perasaan kalah."

Kepala interogasi CIA juga merasa terganggu ketima menerima usul interogasi sehingga mengirim surat elektronik ke rekan-rekannya yang menyatakan bahwa program itu "kecelakaan kereta" yang tinggal menunggu waktu, dan dia tidak mau lagi terlibat di dalamnya.

"Mengapa kamu terus mengganggu saya?" tanya Mitchell, yang sudah pensiun di Florida, ketika dikontak melalui sambungan telpon oleh kantor berita Reuters.

"Saya tidak bisa membenarkan atau menyangkal jika saya pun terlibat. Tanya ke CIA."

Dia dikutip mengatakan kepada harian Guardian pada April bahwa dia tidak merasa harus minta maaf, dan bahwa "saya melakukan yang terbaik sesuai kemampuan saya."

Nilai Tinggi

Laporan ini menyebut bahwa kedua ahli psikologi ini diijinkan menilai hasil kerja mereka sendiri, dan mereka memberi nilai tinggi.

"Para kontraktor membuat evaluasi resmi apakah keadaan psikologi para tahanan masih bisa menjalani teknik-teknik interogasi, bahkan penilaian bagi tahanan yang mereka interogasi sendiri," ujar Dianne Feinstein, ketua Komite Intelijen Senat.

Dalam kata pengantar laporan ini, Feinstein menulis bahwa "kesimpulan pribadinya" sejumlah tahanan CIA telah disiksa.

Di depan Senat, dia mengatakan kesepakatan dimana para pakar psikologi ini menilai sendiri hasil kerja mereka merupakan "konflik kepentingan dan pelanggaran dari panduan profesional."

Mitchell dan Jessen, yang disewa oleh CIA membantu mendapatkan informasi dari tersangka setelah serangan 11 September 2001, menyebut pengalaman mereka dalam program era Perang Dingin yang mengajarkan tentara AU Amerika Serikat melawan interogasi keras jika ditangkap.

Pada 2002 keduanya membuat satu pendekatan yang pada dasarnya "rekayasa terbalik" dari program Ketahanan, Penolakan, Perlawanan, Melarikan Diri, SERE, milik Angkatan Udara AS.

"Saya hanya orang yang diminta berbuat sesuatu bagi negara oleh orang-orang yang duduk di pemerintah, dan saya berbuat semampu saya," ujarnya dalam wawancara dengan koran Guardian pada April.
Al-Nashiri tersangka teroris terakhir yang menjalani teknik interogasi kejam CIA kini berada di penjara Guantanamo. (Getty Images/Petty Officer 1st class Shane T. McCoy/U.S. Navy)
"Saya tidak peduli pendapat Feinstein tentang saya," ujarnya. "Saya sudah pensiun…Saya sudah berbakti pada negara dan sekarang sudah selesai. Saya melakukannya untuk siapapun yang memerintahkan, dan sekarang saya sudah tidak melakukannya lagi."

Laporan Senat menyebutkan bahwa pada Oktober 2004, 21 bulan setelah Nashiri menjadi tahanan terakhir yang menjalani teknik interogasi tersebut, satu penilaian oleh salah satu ahli psikologi ini dan seorang interogatir CIA menyimpulkan bahwa tahanan tidak memiliki "informasi penting."

Keputusan ini menggambarkan kesimpulan umum laporan Senat itu bawha interogasi di penjara-penjara rahasia CIA tidak efektif.

Senat melaporkan bahwa selama beberapa tahun, Nashiri yang sekarang berada di penjara Teluk Guantanamo setelah ditahan di sejumlah penjara rahasia CIA, menudup personel AS memberi obat atau meracuninya dan menjalani aksi mogok makan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER