Peshawar, CNN Indonesia -- Penyanderaan di sebuah sekolah militer di Peshawar, Pakistan, sudah menewaskan 126 orang, kebanyakan anak-anak, sementara ratusan lainnya masih disandera. Diperkirakan korban tewas akan bertambah jumlah seiring operasi penyelamatan yang masih berlangsung.
Diberitakan Reuters, setelah beberapa jam drama penyanderaan oleh Taliban berlangsung pada Selasa (16/12), telah terdengar tiga kali ledakan dari dalam sekolah militer negeri tersebut. Suara desing peluru juga terdengar dari luar komplek sekolah tersebut.
Helikopter militer terlihat berpatroli dari udara, sementara polisi di luar sekolah coba mencegah para orang tua yang ingin menyelamatkan anaknya dari keganasan Taliban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahramand Khan, direktur informasi untuk kantor sekretariat menteri Peshawar mengatakan selain 126 tewas, 122 orang terluka. Korban tewas dan luka berusia antara 10 dan 20 tahun.
"Jumlahnya akan bertambah," kata Khan.
Kelompok garis keras Taliban membenarkan bahwa mereka berada di balik penyerangan tersebut. Mereka mengaku telah mengirimkan enam orang dengan rompi peledak untuk menyerang sekolah itu.
"Kami memilih sekolah militer untuk diserang karena pemerintah membunuhi keluarga dan wanita kami. Kami ingin mereka merasakan sakit yang kami rasakan," kata juru bicara Taliban Muhammad Umar Khorasani.
Militer Pakistan mengatakan empat penyerang terbunuh dalam penyerbuan pembebasan. Operasi militer masih berlangsung untuk mencari penyerang lainnya.
"Operasi pembersihan masih berlangsung," ujar militer dalam pernyataannya.
Perdana Menteri Nawaz Sharif mengecam penyerangan tersebut dan mengatakan dia tengah dalam perjalanan menuju Peshawar.
"Saya tidak bisa tetap tinggal di Islamabad. Ini adalah tragedi nasional akibat kebiadan. Mereka cuma anak-anak," kata Sharif dalam pernyataannya.
Sekitar 500 anak dan guru diyakini berada di dalam komplek sekolah itu saat penyerangan terjadi.
Taliban Pakistan yang berupaya menggulingkan pemerintah dan mendirikan negara Islam bersumpah meningkatkan penyerangan sebagai balasan operasi militer terhadap mereka.
Mereka mengincar aparat keamanan, pos pemeriksaan, pangkalan militer, bandara, namun penyerangan warga sipil tanpa alasan yang jelas jarang dilakukan.
Pada September 2013, puluhan orang, termasuk anak-anak, terbunuh dalam penyerangan di gereja Peshawar, memicu kekerasan di kota yang berbatasan dengan Afghanistan itu.