Islamabad, CNN Indonesia -- Remaja pemenang nobel perdamaian asal Pakistan, Malala Yousafzai, mengecam aksi penyanderaan oleh Taliban di sebuah sekolah militer di Peshawar, Pakistan, pada Selasa (16/12).
Diberitakan Reuters, drama penyanderaan berlangsung lebih dari delapan jam. Hingga saat ini, sebanyak 126 orang tewas, sebagian besar adalah anak-anak.
"Hati saya hancur melihat aksi teror yang tidak masuk akal dan berdarah dingin di Peshawar," kata Malala, yang sekarang tinggal di Inggris, dalam sebuah pernyataan yang diterima Reuters, Selasa (16/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Malala, 17 tahun, penerima hadiah nobel perdamaian untuk aksinya mengkampanyekan pendidikan. Dia bahkan pernah ditembak di kepala ketika Taliban membajak bus sekolah yang ditumpanginya, pada 2012 silam.
Malala juga meraih pujian dari dunia internasional atas usahanya untuk mengkampanyekan pentingnya pendidikan untuk perempuan.
"Anak-anak tak bersalah dan tak pantas mendapatkan teror seperti ini. Saya mengutuk tindakan pengecut dan mengerikan ini. Sejauh ini, langkah tentara pemerintah Pakistan untuk mengatasi peristiwa ini sungguh terpuji," kata Malala melanjutkan.
Setelah beberapa jam drama penyanderaan oleh Taliban berlangsung pada Selasa (16/12), telah terdengar tiga kali ledakan dari dalam sekolah militer negeri tersebut. Suara desing peluru juga terdengar dari luar komplek sekolah tersebut.
Helikopter militer terlihat berpatroli dari udara, sementara polisi di luar sekolah coba mencegah para orang tua yang ingin menyelamatkan anaknya dari keganasan Taliban.
Juru bicara Taliban yang tak disebutkan namanya mengaku bertanggung jawab atas penyanderaan ini. Dia mengatakan serangan ini merupakan aksi balasan atas operasi militer pemerintah terhadap para gerilyawan di penjuru Pakistan.
"Saya, bersama dengan jutaan orang lain di seluruh dunia, meratapi nasib anak-anak ini. Mereka saudara-saudara saya. Namun, kami tidak akan pernah bisa dikalahkan," kata Malala.
Hingga berita ini ditulis, operasi militer untuk menyelamatkan sandera telah berakhir. Sebanyak enam orang pelaku penyanderaan, yang sebelumnya mengaku memakai rompi yang dilengkapi peledak, dinyatakan tewas. Sementara, dua tentara Pakistan terluka.