Islamabad, CNN Indonesia -- Aksi penyanderaan oleh Taliban di sebuah sekolah militer di Peshawar, Pakistan, pada Selasa (16/12) akhirnya berakhir setelah berlangsung lebih dari delapan jam. Setidaknya 130 orang tewas dalam serangan ini, sebagian besar adalah anak-anak.
Militer Pakistan mengkonfirmasi bahwa sebanyak sembilan anggota militan Taliban yang menjadi pelaku penyanderaan tewas. Sementara, dua tentara militer pemerintah terluka.
"Operasi militer telah berakhir," kata sumber militer, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (16/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, menurut saksi mata, sekelompok anggota militan bersenjata memasuki gedung Sekolah Negeri Angkatan Darat milik militer di Peshawar.
Mereka berhasil lolos dari penjagaan ketat sekolah, karena memakai seragam militer.
Militan Taliban kemudian melepaskan serentetan tembakan membabi buta ke arah guru dan ratusan murid. Mereka juga menyandera sejumlah guru dan sekitar 500 murid yang sebagian besar merupakan anak dari personel militer Pakistan.
Wartawan Reuters yang berada di lokasi melaporkan terdengar serentetan suara tembakan kembali terdengar dari dalam sekolah ketika tentara Pakistan mengepung.
Juru bicara Taliban, Muhammad Umar Khorasani, mengaku kelompoknya bertanggung jawab atas penyanderaan ini.
Khorasani mengatakan serangan Taliban ke jantung militer Pakistan ini merupakan aksi balasan atas operasi militer pemerintah terhadap para gerilyawan di penjuru Pakistan.
"Kami memilih menyerang sekolah militer karena tentara pemerintah menargetkan keluarga dan para wanita kami. Kami ingin mereka merasakan sakitnya," kata Khorasani.
Taliban menyatakan bahwa pelaku penyanderaan telah dilengkapi dengan rompi peledak, dan mereka tak ragu untuk melancarkan bom bunuh diri.
Ketika aksi penyanderaan terjadi, tiga ledakan terdengar dari dalam sekolah, menimbulkan kekhawatiran atas sandera. Suara desing peluru juga terdengar dari luar komplek sekolah tersebut.
Sementara di luar gedung sekolah, helikopter militer terlihat berpatroli dari udara, sementara polisi di luar sekolah coba mencegah para orang tua yang ingin menyelamatkan anaknya dari keganasan Taliban.
Pejabat militer setempat menyatakan 122 orang terluka. Rumah sakit setempat mengatakan mereka yang tewas dan terluka berusia antara 10 sampai 20 tahun.
Sejumlah siswa melaporkan beberapa dari penyandera menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi.
"Mereka nampaknya berbicara dalam bahasa Arab atau Farsi," kata Shahrukh Khan, siswa remaja, yang terluka di kedua kakinya.
"Kelas 8 hingga kelas 10 tengah menghadiri sebuah seminar khusus tentang pertolongan pertama di ruang utama ketika siswa mendengar suara tembakan," kata Khan melanjutkan.
Siswa lain menyatakan bahwa pelaku memiliki jenggot panjang dan mengenakan pakaian tradisional shalwar kameez.
Kelompok militan Taliban berperang melawan Pakistan sebagai upaya untuk menggulingkan pemerintah dan mendirikan negara Islam.
Serangan mengerikan ini mengingatkan kepada aksi penyanderaan serupa di daerah Beslan, Rusia, oleh militan Chechnya pada tahun 2004 silam, menewaskan lebih dari 330 siswa.