Mumbai, CNN Indonesia -- Seorang militan ISIS asal India yang ditangkap di Turki dan diinterogasi oleh dinas rahasia India menyatakan dia telah mundur dari ISIS, karena tak menerima upah.
Dalam proses interogasi yang berlangsung selama 8 jam dengan Pasukan Anti-Terorisme India (ATS), Badan Investigasi Nasional (NIA) dan Badan Intelijen, Areeb Majeed, pria berusia 23 tahun ini mengaku telah membunuh 55 orang ketika masih bergabung dengan ISIS.
Menurut media India, Mid-Day, Majeed kemudian tampil di pengadilan pada Sabtu (29/11) dan dia diputuskan berada dalam tahanan Badan Investigasi Nasional hingga Jumat (8/12) sebelum diputuskan apakah akan dipindahkan ke tahanan lembaga lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil interogasi menunjukkan terdapat laporan yang bertentangan tentang bagaimana Majeed direkrut oleh ISIS di Irak dan kontribusi Majeed dalam serangkaian serangan yang diluincurkan ISIS.
"Dia diduga telah membunuh sekitar 55 orang ketika bergabung dengan ISIS dan dia keluar karena tidak dibayar oleh kelompok teroris itu," kata seorang pejabat senior Badan Intelijen, seperti ditulis Mid-Day, yang dikutip Russian Today, akhir November lalu.
Namun, media India lain, Hindustan Times, melaporkan ISIS memberi upah kepada Majeed sebesar US$ 2.000 untuk berobat karena Majeed menderita sejumlah luka ketika dia bertempur di Irak. Jika laporan ini benar, maka diduga ISIS mempunyai agenda tersembunyi dengan mengirim Majeed pulang ke India.
"Selama pertempuran, dia tertembak di dada dan bagian tubuh lainnya. Ketika fasilitas medis yang merawatnya hancur dalam serangan udara, dia menyeberang ke Turki," kata seorang perwira kontraterorisme yang tidak ingin namanya disebut.
Majeed kemudian menghubungi keluarganya dan menyatakan keinginan untuk kembali pulang.
"Kami punya alasan untuk mencurigai pernyataan Majeed. Tak hanya dia diberi uang oleh ISIS, namun juga diperbolehkan mundur dan meninggalkan markas ISIS," kata pejabat itu.
Penjabat itu kemudian menyatakan bahwa pihaknya harus mengecek kembali semua pernyataan yang dilontarkan oleh Majeed, untuk menghindari informasi yang tidak benar.
Majeed, pria asal dari Kalyan, India, ini memutuskan untuk bergabung dengan ISIS setelah melakukan riset dan mengunjungi lebih dari 20 ribu situs jihad. Pencarian informasi dengan mengunjungi situs jihad diyakini menjadi motif radikalisasi dalam diri Majeed.
Seperti dilaporkan media INdia lainnya, DNAIdia, Majeed bersama dengan tiga temannya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Irak untuk bergabung dengan kelompok militan ISIS.
"Majeed mengatakan kepada interogator, bahwa perekrutan ISI dilakukan secara online. Pihak ISIS mengunjungi situs jihad dan mengkontak kandidat jihad melalui media sosial," kata seorang pejabat lainnya, seperti ditulis Hindustan Times.
Setelah direkrut, salah satu anggota ISIS akan mengirimkan uang untuk menutupi biaya perjalanan dari negara asal sang militan ke Irak.
Majeed dan tiga temannya tiba di Baghdad pada akhir Mei lalu. Mereka kemudian menerima instruksi untuk naik taksi ke wilayah Fallujah, yang diduga berdekatan dengan markas ISIS di Mosul.
Sesampainya Majeed di kamp calon militan, dia dan sejumlah simpatisan ISIS lainnya menerima serangkaian propaganda sebagai aksi cuci otak kelompok tersebut.
Setelah itu, mereka berpindah ke sebuah kamp pelatihan ISIS, di mana keempatnya diajarkan bagaimana menggunakan AK-47 dan berbagai bahan peledak.
Sementara pengakuan Majeed masih membingungkan dan samar, cerita Majeed cukup menarik. Apalagi tiga temannya yang masih bergabung ketika dia melarikan diri, kini juga dalam perjalanan pulang ke India.