Baghdad, CNN Indonesia -- Sejumlah wanita dan anak perempuan etnis Yazidi yang ditangkap dan dipaksa menjadi budak seks oleh kelompok militan ISIS memilih untuk bunuh diri, ketimbang terus menjalani nasib mereka di bawah kendali ISIS.
Menurut kelompok hak asasi manusia Amnesty International, sejak bulan Juni ISIS yang mengerahkan upaya terornya di Irak dan Suriah, telah menangkap berbagai kelompok minoritas seperti etnis Yazidi dalam upaya mereka untuk membersihkan suku-suku yang tidak sesuai dengan interpretasi Islam garis keras yang mereka anut.
"Banyak wanita dan anak-anak perempuan Yazidi berusia 14 tahun, 15 tahun, atau bahkan yang lebih muda dari usia tersebut diculik dan dijadikan budak seks," kata Donatella Rovera, penasihat senior Amnesty untuk respon krisis, seperti ditulis Al-Arabiya, (23/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amnesty mengatakan bahwa pelaku penculikan bukan hanya para pejuang ISIS, namun para pendukung kelompok militan ini.
"Para perempuan Yazidi ini mengalami kekerasan fisik, psikologis dan seksual. Banyak dari mereka yang disiksa dan diperlakukan sebagai budak, namun trauma akan terus menghantui mereka bahkan jika mereka berhasil melarikan diri," kata Rovera.
Amnesty memberikan contoh bahwa seorang remaja berusia 19 tahun bernama Jilan memilih untuk bunuh diri karena takut diperkosa. Informasi ini didapat Amnesty dari kakak Jilan.
Seorang remaja perempuan yang pernah diculik ISIS namun berhasil melarikan diri mengkonfirmasi info tersebut.
"Suatu hari kami diberi pakaian yang tampak seperti kostum tari. Kami disuruh mandi dan memakai baju tersebut. Jilan bunuh diri di kamar mandi," kata seorang remaja perempuan yang tak mau disebutkan namanya.
"Dia memotong pergelangan tangannya dan gantung diri. Dia sangat cantik, saya rasa dia tahu dia akan dibawa pergi oleh seorang pria dan itulah sebabnya dia bunuh diri," kata si remaja menambahkan.
Mantan tawanan ISIS lainnya mengatakan dia dan adiknya mencoba bunuh diri agar terhindar dari pernikahan paksa. Namun usaha mereka berhasil dihentikan.
"Kami mengikat leher kami dengan syal dan berusaha menarik diri satu sama lain sekeras yang kami bisa, sampai saya pingsan. Saya tidak bisa berbicara selama beberapa hari setelah kejadian itu," kata Wafa, wanita berusia 27 tahun.
Amnesti Internasional juga menceritakan kisah 16 tahun Randa, yang diculik bersama dengan keluarganya dan diperkosa oleh seorang pria yang berusia dua kali dari usianya.
"Yang mereka lakukan kepada saya dan keluarga saya sangat menyakitkan," kata Randa.
Awal Desember lalu, ISIS bahkan telah mengeluarkan sebuah pedoman untuk menangkap, menghukum serta memperkosa perempuan dan menjelaskan tentang bagaimana menjadikan mereka sebagai budak seks.
Pedoman sederhana berjudul 'Tanya Jawab dalam Mengambil Tawanan dan Budak' ini diterbitkan oleh Departemen Penelitian dan Fatwa ISIS, yang memperbolehkan pemerkosaan terhadap anak.