Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun 2014 mungkin menjadi tahun paling berduka untuk negara-negara di wilayah Afrika barat. Tiga negara di wilayah tersebut, yaitu Liberia, Sierra Leone dan Guinea ditetapkan sebagai tiga negara pandemi virus Ebola, virus mematikan yang sampai saat ini belum juga ditemukan obatnya.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO mencatat lebih dari 19 ribu orang telah didiagnosa terinfeksi virus Ebola. Sementara, korban tewas akibat Ebola hingga akhir Desember 2014 mencapai 7.588 jiwa.
Virus mematikan yang sebelumnya hanya diketahui menyerang hewan ini dinamai dari Sungai Ebola, lokasi di mana virus ini pertama kali diidentifikasi menyerang manusia pada 1976.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan sejumlah kasus awal di Sudan dan Kongo pada 1976, virus ini mulai menyerang manusia dan menular lewat kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, atau jaringan pada manusia atau hewan yang terinfeksi.
Gejala Ebola umumnya muncul antara dua hingga 21 hari setelah terinfeksi, yang berarti terdapat kemungkinan seseorang yang terinfeksi Ebola tidak menunjukkan gejala infeksi saat dites.
Tingkat kematian bagi orang yang telah terjangkit virus Ebola dapat mencapai 90 persen.
Kasus Ebola pertama pada 2014 teridentifikasi di hutan terpencil di Guinea tenggara pada bulan Maret. Sejak saat itu, virus ini terus menyebar dengan cepat ke sejumlah negara Afrika, antara lain Nigeria, Senegal, Kongo, Mali, Liberia dan Sierra Leone.
Namun, beberapa bulan setelahnya, virus ini hanya mewabah di Liberia, Sierra Leone dan Guinea. Sementara, Nigeria dan Senegal dinyatakan bebas Ebola sejak Oktober lalu. Kongo juga bebas Ebola sejak bulan November.
Menyebar ke luar Afrika Virus Ebola pertama kali dideteksi masuk ke Amerika awal Oktober dari seorang warga Liberia yang mengunjungi kerabatnya di AS. (Reuters/Joe Raedle) |
Ancaman virus Ebola juga telah menyebar ke hingga di luar Afrika. Petugas kesehatan yang bertugas di negara pandemi Ebola tanpa dilengkapi dengan proteksi memiliki resiko tinggi akan terjangkit virus ini.
Sejak awal Agustus tahun 2014, terdapat delapan kasus Ebola di Amerika Serikat. Virus ini sampai AS ketika Thomas Eric Duncan, seorang pria Liberia mengunjungi keluarganya di Dallas, AS pada akhir September lalu.
Duncan akhirnya meninggal pada Rabu (8/10) dalam sebuah perawatan isolasi di Rumah Sakit Texas Health Presbyterian di Dallas. Dua perawat yang merawat Duncan, Nina Pham yang berusia 26 tahun dan Amber Vinson yang berusia 29 tahun juga terinfeksi Ebola.
Selain itu, satu orang warga AS yang tak terungkap identitasnya, bersama dengan juru kamera media NBC asal AS, Ashoka Mukpo, dan tiga misionaris yang menjalankan misi kemanusiaan di Liberia, juga tewas akibat virus ini.
Pasien Ebola telah dirawat di Amerika Serikat, Spanyol, Jerman, Perancis, Norwegia, dan Inggris.
Selain di AS, penyebaran virus Ebola juga telah melebar hingga ke Spanyol. Teresa Romero Ramos, seorang asisten perawat di Spanyol berhasil disembuhkan karena deteksi dini dan dikarantina selama 42 hari, serta menjalani dua kali periode maksimum inkubasi virus.
Vaksin Belum Ditemukan Felix Baez, dokter asal Kuba yang terinfeksi Ebola di Sierra Leone tiba di Havana, dinyatakan bebas Ebola setelah menerima pengobatan eksperimental di Jenewa, Swiss. (Reuters/Yamil Lage/Pool) |
Hingga saat ini peneliti masih melakukan serangkaian tes untuk menemukan vaksin yang tepat dan aman untuk penggunaan umum.
Terdapat tiga vaksin yang disebut-sebut akan menjadi kandidat. Pertama adalah vaksin GlaxoSmithKline atau GSK yang sudah diujicobakan pada manusia di Swiss, Inggris, Mali dan Amerika Serikat.
Di Liberia, vaksin GSK telah diujicobakan kepada 30 ribu partisipan. Namun, vaksin GSK masih harus melalui pengujian pada Februari 2015 mendatang.
"Diperlukan dokumen tambahan dari produsen vaksin GlaxoSmithKline, sebelum penyetujuan penelitian lebih lanjut," kata WHO dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters, Jumat (19/12).
Vaksin lainnya adalah dari NewLink Genetika, yang juga masih dalam tahap awal percobaan. Namun, uji coba vaksin ini di Jenewa telah dihentikan pada awal bulan ini akibat pasien mengeluh nyeri sendi.
Sementara vaksin ketiga dari Johnson & Johnson belum melalui uji klinis.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, CDC, memperkirakan bahwa jumlah infeksi bisa naik sampai dengan 1,4 juta orang pada awal tahun depan jika vaksin Ebola tidak juga ditemukan