Paris, CNN Indonesia -- Kantor majalah Charlie Hebdo menyatakan akan kembali menampilkan karikatur Nabi Muhammad dalam edisi berikutnya, setelah penembakan yang menewaskan 12 orang pada pekan lalu.
Diberitakan Reuters, Senin (12/1), edisi ini akan dicetak sebanyak satu juta eksemplar di awal, dan akan mencetak lebih banyak lagi hingga 3 juta eksemplar jika permintaan membludak. Jumlah ini jauh lebih banyak ketimbang sebelumnya yang hanya 60 ribu eksemplar dan hanya terjual sekitar 30 ribu.
Menurut Patrick Pelloux, salah satu kontributor majalah ini, Charlie Hebdo yang akan diterbitkan Rabu atau Kamis besok akan diterjemahkan ke dalam 16 bahasa dan disebarkan ke berbagai negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mendapatkan permintaan 300 ribu eksemplar di seluruh dunia dan permintaan terus bertambah," kata Michael Salion, juru bicara MPL, perusahaan distributor majalah Charlie Hebdo. Sebelumnya, kata dia, majalah tersebut hanya punya 4.000 klien internasional.
Koran Liberation yang saat ini sementara menampung operasional Charlie Hebdo mengatakan edisi berikutnya akan kembali menampilkan karikatur Nabi Muhammad yang sebelumnya selalu menuai kecaman dari seluruh dunia.
Nabi Muhammad akan digambarkan membawa papan bertuliskan "Je Suis Charlie" dengan headline bertuliskan "Tout Est Pardonne" (Semuanya dimaafkan). Selain kartun Nabi, edisi berikutnya juga akan menampilkan karikatur politisi dan tokoh agama lain, seperti disampaikan pengacara Charlie Hebdo, Richard Malka.
Sikap mediaKematian para kartunis Charlie Hebdo memicu solidaritas di Perancis dengan turunnya jutaan orang ke jalan-jalan Paris, diikuti juga oleh beberapa kepala negara.
Karikatur Nabi Muhammad dalam kasus sebelumnya juga menuai kontroversi dan kecaman, bahkan protes besar di seluruh dunia. Salah satu aksi terbesar adalah saat koran Denmark Jyllands Posten menampilkan kartun Nabi umat Islam itu, yang disusul protes massa yang berakhir ricuh, menewaskan 200 orang di seluruh dunia.
Kebanyakan media besar di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat menolak menampilkan sampul depan Charlie Hebdo. Di antaranya adalah ABC News, New York Times, CNN, Reuters, Associated Press (AP), Reuters dan media Telegraph asal Inggris.
CNN dalam pernyataannya mengatakan langkah itu diambil demi keamanan para stafnya dan menjaga perasaan umat Muslim karena gambar tersebut sangat sensitif. Dalam beberapa edisinya, AP memotong gambar
Stephane Charbonnier, pemimpin redaksi Charlie Hebdo -salah satu korban tewas, sehingga tidak terlihat sampul depan majalah yang dibawanya, atau bahkan menyensor dengan gambar buram tampilan sampul tersebut. "Kami mengambil sikap tidak akan mempublikasikan kalimat kebencian atau gambar yang menyinggung, memprovokasi atau mengintimidasi, atau apapun yang menghina simbol agama atau memicu kemarahan orang-orang dengan agama atau etnis tertentu. Kami rasa menampilkan gambar itu tidak berguna," kata Santiago Lyon, wakil presiden AP.
(stu)