Dresden, CNN Indonesia -- Polisi Dresden mengatakan pawai anti-Islam oleh gerakan PEGIDA di kota itu pada Senin dibatalkan akibat ancaman terhadap salah seorang pemimpin mereka.
Juru bicara kepolisian kota Dresden di Jerman mengatakan menerapkan “larangan umum” untuk pertemuan publik pada Senin. Dan ini juga meliputi kelompok yang menyebut dirinya sebagai “Patriot Eropa Melawan Islamisasi Barat” atau PEGIDA.
“Polisi Dresden menerima informasi terkait ancaman kongkrit terhadap pawai mingguan PEGIDA,” bunyi pernyataan tertulis kepolisian Dresden yang merujuk pada informasi dari kantor kejahatan Federal Jerman dan kantor kejahatan Saxony.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pembunuh diminta bergabung dengan para pengunjuk rasa PEGIDA dan kemudian membunuh individu yang memimpin pawai tersebut,” kata polisi.
Permintaan yang berhasil dibongkar ini “sama dengan cuitan dalam bahasa Arab yang menyebut para pengunjuk rasa PEGIDA musuh Islam.”
Pembunuh diminta bergabung dengan para pengunjuk rasa PEGIDA dan kemudian membunuh individu yang memimpin pawai tersebutPolisi Dresden, Jerman |
Pembatalan ini dilakukan setelah pihak keamanan Jerman mengatakan pada Jumat (16/1) bahwa mereka mendapat peringatan spesifik terkait dengan risiko serangan militan di stasiun keteta utama di Berlin dan Dresden.
Seorang sumber keamanan mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pawai PEGIDA di dekat stasiun kereta Dresden adalah yang paling berisiko.
“Sayang sekali kami harus membatalkan pawai ke-13 karena alasan keamanan,” tulis PEGIDA di laman Facebooknya.
“‘Ancaman abstrak’ menurut istilah polisi ini telah diubah menjadi ‘ancaman pembunuhan kongkrit’ terhadap salah satu anggota organisasi kami.”
Pawai Dresden ini dimulai pada Oktober sebagai aksi unjuk rasa di kota itu yang menentang perumahan bagi pengungsi dan berkembang setelah jumlah pengikut gerakan ini bertambah.
Aksi PEGIDA ke-12 minggu lalu yang diadakan setelah serangan Islmis ke majalah Charlie Hebdo di Paris, diikuti oleh 25 ribu orang. Meski aksi demonstrasi tandingan diikuti lebih banyak lagi peserta yang menentang gerakan ini.
Para pemimpin PEGIDA menyangkal mereka rasis dan mencoba membedakan kelompok Islamis dengan empat juta warga Muslim di Jerman.
Ketegangan di Dresden semakin tinggi setelah seorang pencari suaka berusia 20 tahun asal Eritrea ditemukan tewas ditusuk pada Selasa (13/1).
Jaksa penuntut Dresden mengatakan telah mengerahkan 25 penyidik polisi untuk memecahkan kasus ini.
(yns)