KRISIS POLITIK YUNANI

Taruhan PM Yunani Digagalkan IMF dan Uni Eropa

Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 21 Jan 2015 16:50 WIB
Para peminjam internasional yang tuntut Yunani melakukan penghematan dengan memotong anggaran menggagalkan rencana PM Samaras merebut kembali suara rakyat.
Partai Syriza yang berhaluan kiri diperkirakan akan memenangkan pemilu Yunani dan akan mengeluarkan negara itu dari zona euro. (Reuters/Marko Djurica )
Athena, CNN Indonesia -- Setelah melaksanakan penghematan ekonomi selama empat tahun Yunani berharap bisa dengan cepat melunasi hutang internasionalnya, namun negara ini justru memasuki ketidakpastian politik setelah berselisih dengan para pemberi hutang di Paris.

Yunani memicu krisis finansial regional pada 2009 ketika terjadi defisit anggaran yang lebih tinggi dari perhitungan semula.

Kebuntuan dalam perundingan di Paris pada 26 November ini memicu serangakaian peristiwa selama sebulan yang berakhir dengan pemilu minggu depan, dan membuktikan bahwa Yunani masih merupakan titik lemah wilayah Eropa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemilu diperkirakan akan dimenangkan oleh Syriza, partai kiri estrim yang menentang program penyelamatan finansial Eropa, dan ini membuat investor dan pemberi hutang khawatir.

Sumber-sumber yang hadir dalam pertemuan antara kabinet Yunani dengan para pejabat IMF dan Uni Eropa yang berlangsung tegang ini, Yunani dituntut melakukan pemotongan tambahan atau meningkatkan pendapatan dalam anggaran 2015.

Para pejabat Yunani menentang tuntutan itu, karena pemerintah konservatif pimpinan Perdana Menteri Antonis Samaras sebelumnya telah menerapkan pembekuan kenaikan gaji, mengurangi tenaga kerja dan pajak khusus.

Langkah-langkah penghematan baru untuk memenuhi tuntutan itu berarti bunuh diri secara politik.

“Mereka memberi kesan bahwa apapun yang kami perbuat, mereka tidak akan menyelesaikan penilaian itu,” ujar seorang pejabat Yunani yang tidak mau disebutkan namanya.

“Setelah pertemuan Paris itu, kami tahu segalanya sudah berakhir.”

Juru bicara Uni Eropa dan IMF menolak berkomentar.

Perundingan panas antara Athena dan pemberi pinjaman negara itu bukan hal aneh, tetapi para pejabat Yunani mengatakan posisi tak mau berkompromi dari para peminjam internasional ini berakar pada hal yang tidak mau diakui oleh kedua kubu: ketidakpastian apakah pemerintah Samaras bisa bertahan dalam pemilu presiden yang dijadwalkan Februari.

Bagi para pemberi pinjaman, lebih masuk akal untuk menyatakan bahwa program bantuan sukses dan mencairkan gelombang terakhir bantuan bernilai 7 miliar euro jika pemerintah baru yang anti pinjaman asing akan berkuasa dan membatalkan janji-janji yang telah dikemukakan sebelumnya.

Tetapi bagi Samaras, kegagalan keluar dari perjanjian itu lebih cepat akan membuatnya tidak memiliki senjata untuk mendapat dukungan parlemen dalam pemilihan presiden Februari itu.

Hal ini juga membuatnya terlihat lemah di mata pemilih sehingga mereka memberi suara kepada partai Syriza.

Dalam upaya meningkatkan modal politiknya yang semakin pupus, dia memutuskan untuk mengadakan pemilihan presiden lebih cepat menjadi pada Desember, tetapi kalah sehingga pemilihan umum harus diadakan pada 25 Januari.

Para investor dan pemberi pinjaman ke Yunani khawatir Syriza akan mengubah berbagai program reformasi yang telah diterapkan dalam beberapa tahun, sehingga posisinya di Eropa semakin lemah dan kemungkinan menarik Yunani keluar dari wilayah mata uang euro.

Nilai saham pun anjlok sementara bunga obligasi 10 tahun naik melewati 10 persen pada awal Januari.

“Kebijakan-kebijakan Syriza tidak akan memuaskan para pemberi pinjaman,” ujar Blanka Kolenikova, analis senior di IHG Global.

“Program kebijakannya akan memperumit perundingan Yunani dengan para peminjam dan kemungkinan tidak akan diterima dengan baik.”

Ancaman Krisis

Meski krisis Yunani ini tampaknya muncul tiba-tiba, pemerintah Samaras sudah menghadapi masalah sejak Mei.

Situasi di Yunani saat itu seharusnya bisa menguntungkan Samaras: Yunani baru saja kembali ke pasar obligasi setelah empat tahun tersingkir, negara itu baru melaporkan surplus anggaran pertama dalam beberapa dekade dan muncul pertanda akan perbaikan ekonomi.

Tetapi warga Yunani mengalami kesulitan akibat pengurangan gaji dan pensiun selama empat tahun terakhir.
Perdana Menteri Antonis Samaras kalah bertaruh dalam mengumumkan percepatan pemilihan presiden dan diperkirakan kalah dari partai Syriza dalam pemilu mendatang. (Reuters/Alkis Konstantinidis)
Tingkat pengangguran lebih dari 25 persen, kesulitan ekonomi membantu Syriza menang dalam pemilihan parlemen Eropa Mei lalu.

Pajak properti yang baru diterapkan pertengahan tahun lalu menambah tekanan pada pemerintah.

Pada September, jajak pendapat memperlihatkan Syriza berada di posisi depan, sementara pemberi pinjaman internasional menuntut reformasi pensiun lebih besar dan kenaikan pajak agar anggaran bisa semakin seimbang.

Samaras begitu yakin tidak akan ada langkah-langkah penghematan baru yang akan diloloskan parlemen.

Dan dalam upaya memanfaatkan kembali perbaikan ekonomi itu, pada September secara mengejutkan Samaras mengumumkan akan keluar dari program penyelamatan yang tidak populer itu setahun lebih cepat dari jadwal.

Tetapi perundingan dengan pemberi hutang tidak berjalan seperti yang dia harapkan.

Pertengahan November, kedua pihak semakin berbeda pendapat mengenai anggaran 2015. IMF dan Uni Eropa mengatakan Athena harus mencari penambahan anggaran sebesar 2,5 miliar euro.

Para pejabat Yunani mengatakan mereka hanya perlu menambah anggaran dengan menghemat sekitar 500 juta euro.

Para pejabat negara ini marah dengan permintaan pemberi pinjaman untuk menyediakan dana cadangan daurat sebesar 1,2 miliar euro, naik dari 1 miliar euro tahun sebelumnya, karena bertentangan dengan peraturan ekonomi.

“Peraturan ini mengindikasikan bahwa pada 2015 cadangan darurat harus berkurang. Tetapi diasumsikan bahwa dana itu harus naik 200 miliar euro!,” tulis Gikas Hardouvelis, menteri keuangan Yunani, dalam dokumen yang dikirim Athena ke pengawas.

Sikap para peminjam ini mengindikasikan bahwa mereka ingin ada cadangan dana jika terjadi ketidakpastian politik dan jika hasil pemilu menunda kembali reformasi sehingga target yang disasar akan lebih jauh dari jangkauan.

“Perundingan (penyelamatan) bersinggungan dengan pemilihan presiden…sehingga kami berada dalam situasi sulit,” ujar Evangelos Venizelor, wakil perdana menteri Yunani.

“Kami telah berupaya sebisa mungkin.” (yns)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER