Jakarta, CNN Indonesia -- Jepang ingin berbicara soal sandera dengan ISIS. Namun bagaimana mereka bisa berhubungan dengan kelompok militan itu? Dan jika bisa berhubungan, apakah Jepang bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dua warga negaranya yang disandera?
Sementara itu, waktu terus berjalan dan tenggat waktu semakin dekat. ISIS merilis video penyanderaan pada Selasa (20/1), memberikan waktu kepada pemerintah Jepang selama 72 jam untuk membayar uang tebusan sebesar US$200 juta, atau Kenji Goto dan Haruna Yukawa—seperti tawanan ISIS yang lain—akan dibunuh.
Kepala Kabinet Jepang Yoshihide Suga, dikutip dari
CNN, mengatakan pada Rabu (21/1) bahwa pemerintah Jepang memperkirakan tenggat waktu akan jatuh pada Jumat besok (23/1) pukul 14.50 waktu Tokyo.
Hingga tenggat itu, pemerintah Jepang akan berusaha untuk menyelamatkan mereka. Suga mengatakan Jepang akan berusaha maksimal untuk berkomunikasi dengan ISIS melalui pihak ketiga, seperti pemerintah negara lain atau suku-suku lokal. Namun ia tidak mengatakan apakah Jepang akan membayar uang tebusan yang dituntut oleh ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum video penyanderaan dirilis, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sudah mengeluarkan pernyataan bahwa Jepang akan memberi bantuan non-militer sebesar US$200 juta kepada negara-negara yang memerangi ISIS.
Setelah penyanderaan, Abe yang saat itu melakukan konferensi pers di Yerusalem dalam rangka kunjungannya ke Timur Tengah, mengatakan Jepang akan tetap pada rencana semula untuk memberikan bantuan tersebut, yang ia sebut berupa makanan, obat-obatan dan infrastruktur bagi para pengungsi yang terkena dampak konflik.
“Pendekatan Jepang sama sekali tidak berniat untuk membunuh orang-orang Muslim, tidak seperti yang diklaim oleh penyandera,” kata Suga pada Rabu (21/1), seperti dilansir CNN. “Kami mendesak mereka untuk tidak melukai dua warga Jepang dan segera membebaskan mereka.”
Dalam video yang dirilis oleh ISIS, pria berpakaian hitam-hitam dengan akses Inggris kental itu mengatakan masyarakat Jepang harus mendesak pemerintahnya untuk berhenti mendukung pasukan koalisi yang menyerang ISIS di Irak dan Suriah.
Kedua sandera bersahabatKenji Goto, seorang jurnalis lepas dan Haruna Yukawa, seorang konsultan militer, dikabarkan bersahabat.
Yukawa yang ingin menjadi kontraktor militer pergi ke Suriah untuk melihat bagaimana kondisi di wilayah konflik. Kedua pria itu bertemu pada April tahun lalu dan kemudian bersama-sama ke Suriah pada Juni.
Saat itu Yukawa meminta Goto memandunya ke Irak dengan alasan ingin tahu cara bekerja di wilayah konflik.
"Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia perlu seseorang yang berpengalaman untuk menemaninya," kata Goto kepada Reuters Agustus lalu, mengisahkan pertemuannya dengan Yukawa.
Yukawa kemudian kembali ke Suriah pada bulan Juli, sementara Goto kembali ke Jepang. Ketika mendengar kabar bahwa Yukawa diculik, Goto merasa harus pergi ke Suriah untuk menyelamatkannya.
Namun Goto menemui takdir yang sama. Ia terakhir mem-
posting di akun Twitter miliknya pada 23 Oktober 2014, lalu menghilang hingga video ISIS dirilis Selasa kemarin.