Partai Sayap Kiri Yunani Menang Pemilu

Reuters | CNN Indonesia
Senin, 26 Jan 2015 09:03 WIB
Partai Syriza yang berhaluan sayap kiri memenangkan pemilu Yunani dengan janji mengakhiri kebijakan penghematan ekonomi keras yang merugikan rakyat.
Partai Syriza pimpinan Alexis Tsiparas meraih kemenangan setelah berjanji untuk mengakhiri kebijakan penghematan besar-besaran yang disyarakt oleh para kreditor asing di Yunani. (Reuters/Marko Djurica)
Athena, CNN Indonesia -- Pemimpin sayap kiri Yunani Alexis Tsipiras berjanji bahwa lima tahun masa penghematan, “memalukan dan menyulitkan” yang diterapkan oleh para kreditor internasioal kini berakhir setelah partai Syriza pimpinannya memenangkan pemilu pada Minggu.

Dengan 92 persen suara telah dihitung, Syriza akan meraih 149 kursi dari 300 kursi parlemen, dengan mendapatkan 36,3 persen suara, sekitar 8,5 persen di atas partai Demokrasi Baru pimpinan Perdana Menteri Antonis Samaras.

Samaras sendiri sudah mengaku salah, tetapi hasil penghitungan akhir yang akan memperlihatkakan apakah Syriza berhasil mendapatkan 151 kursi parlemen untuk memerintah negara itu sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, Tsipiras yang berusia 40 tahun sudah hampir dipastikan menjadi perdana menteri negara zona euro yang secara terbuka menentang kebijakan penghematan besar-besaran yang diterapkan oleh Uni Eropa dan Badan Moneter Internasional, IMF, di Yunani sebagai persyaratan penyelamatan ekonominya.

“Yunani meninggalkan penghematan yang membawa bencana, negara ini meninggalkan ketakutan dan sikap otoriter, negara ini meninggalkan lima tahun masa dipermalukan dan kesedihan,” ujar Tsipras didepan ribuan pendukungnya di Athena pada Minggu (25/1).

Pasar finansial bereaksi dengan tegang atas kemenangan Tspiras, yang sebelumnya berjanji untuk merundingkan ulang kesepakatan hutang Yunani, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan konflik antara pemerintah-pemerintah zona euro yang bisa menekan lebih jauh blok mata uang ini.

Nilai mata yang euro turun ke titik terendah dalam 11 tahun dan pasar derivatif AS jatuh ketika bursa Asia mulai dibuka pada Senin (26/1).

Jerman, perekonomian terbesar Eropa, berkeras bahwa Yunani harus menghormati persyaratan pinjaman senilai 240 miliar euro, yang berhasil menyelamatkan negara itu dari kebangkrutan tetapi menyebabkan pengorbanan luar biasa dari rakyat Yunani.

Sementara ribuang pendukung Syriza turun ke jalan-jalan di Athena sambil melambaikan bendera Yunani, Bank Sentral Jerman mengingatkan Yunani perlunya reformasi untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi negara itu.

Slogan kampanye Syirza “Harapan Kini Datang!” selarang dengan warga Yunani yang kesulitan akibat pemotongan anggaran besar-besaran dan kenaikan pajak dalam krisis yang terjadi selama enam tahun, sementara pengangguran naik menjadi lebih dari 25 persen dan menyebabkan jutaan warga menjadi miskin.

“Kami ingin harapan kami bisa dipenuhi,” ujar Efi Avgoustakoushe, seorang guru. “Kami tidak akan boleh berkomentar dan berpihak di depan kelas pada Senin. Tetapi kami akan tersenyum.”

“Harga Diri yang Hilang”

Tsipras megnatakan akan bekerja sama dengan para pemimpin zona euro untuk “mendapatkan jalan keluar yang adil dan saling menguntungkan” tetapi dia menegaskan kepentingan rakyat Yunani harus yang utama.

“Prioritas kami dari hari pertama adalah mengatasi luka mendalam akibat krisis ini. Prioritas utama kami adalah agar negara dan rakyat kami mendapatkan kembali harga diri yang hilang.”

Dia berjanji akan mempertahankan keanggotaan Yunani dalam zona euro dan memperhalus retorikanya, tetapi kemenangan Tsipras akan menjadi tantangan terbesar pada pendekatan terhadap krisis yang diterapkan oleh pemerintah zona euro.

Kemenangan Syizia akan membuat partai-partai yang menentang penghemtan di Eropa mendapat dukungan luas, seperti gerakan Podemos di Spanyol.

Tetapi hal ini juga akan memperkuat cengkraman pemimpin-pemimpin Eropa arus utama seperti Presiden Perancis Francois Hollande dan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi yang mengatakan bahwa kebijakan penghematan ortodoks gagal mendorong pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan Eropa untuk bisa benar-benar kelaur dari krisis finansial global. (yns)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER