Perwakilan Yahudi Roma Terkunci di Kamp Auschwitz

Hanna Azarya Samosir/CNN | CNN Indonesia
Jumat, 30 Jan 2015 17:48 WIB
Komunitas Yahudi Roma berada di kamp Auschwitz dalam rangka peringatan Holocaust, terkunci di dalam, dan justru diinterogasi oleh penjaga.
Penjaga mengatakan perwakilan Yahudi Roma yang terkunci tak bekerja sama dan akhirnya dibawa ke kantor polisi. (Reuters/Laszlo Balogh)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kehebohan terjadi ketika perwakilan komunitas Yahudi Roma mengaku terkunci di dalam kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau dan diperlakukan layaknya pelaku kriminal. Kabar ini pertama kali merebak setelah juru bicara komunitas, Fabio Peruga, menuturkan kisahnya melalui kicauan di akun Twitter pribadinya.

Seperti dilansir CNN (29/1), insiden ini terjadi saat Peruga dan Ketua Komunitas Yahudi Roma, Riccardo Pacifici, bersama anggota lainnya diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi Italia, Canale 5, dalam rangka peringatan pembebasan kamp konsentrasi tersebut di Polandia pada Selasa (27/1).

Setelah merampungkan proses pengambilan gambar pada pukul 23.00 waktu setempat, mereka mencoba untuk keluar dari kamp. Namun, mereka ternyata terkunci di dalam ruangan dengan suhu udara di bawah 0 derajat Celsius dan tidak ada penjaga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Riccardo Pacifici kemudian mendorong jendela yang berada di gedung penjualan tiket dan jendela berhasil terbuka. Ia masuk dan membuka pintu untuk kami. Pada saat itu, alarm berhenti. Dan kami berpikir, 'Bagus, akhirnya seseorang dari keamanan akan datang untuk mengeluarkan kami," tutur Perugia.

Alih-alih diselamatkan, malam mereka malah kian buruk.

Diinterogasi

"Petugas keamanan akhirnya sampai, tapi bukan melepaskan kami, mereka malah menahan kami di sana. Selama berjam-jam, dan jam-jam selanjutnya. Mereka mulai menginterogasi kami dan mereka memperlakukan kami seperti pelaku kriminal," ujar Perugia melanjutkan kisahnya.

Menurut Perugia, para penjaga sangat tidak fleksibel dan memaksa untuk mengikuti prosedur. Mereka akhirnya dibawa ke kantor polisi Auschwitz, di mana mereka ditanyai satu persatu hingga pukul 5.30.

"Mereka tidak tahu bagaimana membedakan antara mana yang benar-benar pelaku kriminal dan mereka yang hanya melakukan wawancara dalam rangka peringatan hari pembebasan," keluh Perugia.

Insiden ini berakhir ketika mereka akhhirnya menuliskan kejadian yang dialami menurut versi masing-masing. Para umat Yahudi Roma ini juga menguraikan alasan mereka berada di dalam kamp konsentrasi.

Juru Bicara Auschwitz: Mereka tidak bekerja sama
Kamp Auschwitz adalah yang terbesar diantara 850 kamp konsentrasi yang lain. (Reuters/Laszlo Balogh)

Di sisi lain, Juru Bicara Museum Auschwitz, Pawel Sawicki, memaparkan cerita mengenai kejadian tersebut dengan versi berbeda.

Pawicki menjelaskan bahwa sejak awal kru televisi sudah mengantongi izin dengan ketentuan mereka akan keluar dari lokasi pukul 23.30. Mereka sepakat untuk bertemu dengan petugas di pintu keluar.

Namun, Sawicki mengatakan bahwa menurut rekaman kamera CCTV mereka selesai lebih awal dan pergi menuju pintu beberapa menit setelah jam 23.00. Bukannya menunggu petugas keamanan datang pada waktu yang telah disepakati, salah satu dari mereka malah memaksa masuk dan diikuti oleh anggota lain.

Hal ini memicu alarm berbunyi dan membuat petugas keamanan bergegas ke lokasi.

Sesuai ketentuan, para petugas meminta anggota komunitas untuk menunjukkan kartu identitas, tapi mereka menolak. Petugas keamanan yang hanya memiliki wewenang untuk meminta keterangan identitas akhirnya memanggil polisi.

Polisi tiba dan setelah itu, mengambil alih insiden itu.

Auschwitz harus dijaga

Ada alasan tersendiri para petugas keamanan begitu ketat menjunjung aturan.

"Saat berada di lapangan, kami harus mengikuti aturan. Jadi sebelum insiden itu, semua baik-baik saja karena mereka memiliki izin dari kami. Mereka bekerja sama dengan petugas keamanan kami dan mereka sudah mengetahui waktu yang disepakati untuk mereka keluar," kata Sawicki.

Sesungguhnya, menurut Sawicki, jika ingin keluar lebih awal, mereka bisa pergi menuju pintu lain yang berjarak sekitar 150 meter. Di sana ada pos petugas keamanan yang bisa mengeluarkan mereka.

"Namun, mereka memutuskan untuk bertindak tidak sesuai aturan dan memicu alarm berbunyi yang akhirnya menyebabkan reaksi lain dan menolak untuk bekerja sama," ujar Sawicki.

Sawicki kemudian melontarkan alasan ketatnya penjagaan dengan berkata, "(Auschwitz adalah) tempat bersejarah yang berharga. Ini harus dijaga dan harus ada petugas keamanan." (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER