Pasca Serangan Teror, Charlie Hebdo Hiatus

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 02 Feb 2015 14:52 WIB
Melalui pengumuman di situs resmi Charlie Hebdo, tim redaksi berterima kasih atas dukungan masyarakat, namun baru akan terbit kembali pekan depan.
Sejumlah pengunjukrasa dari Jama'ah Ansharusy Syariah membawa poster bertuliskan Stop Charlie saat melakukan aksi solidaritas umat Islam
Jakarta, CNN Indonesia -- Pasca serangan teroris di kantor mereka pada 7 Januari lalu, pihak redaksi majalah satire Charlie Hebdo memutuskan untuk hiatus. Hal tersebut diumumkan melalui situs resmi majalah Perancis ini pada Senin (2/2).

"Kepada pembaca, segenap tim Charlie Hebdo ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian atas dukungan besarnya dan semua simpati yang telah kami terima beberapa minggu belakangan. Kami tidak melupakan kalian dan akan kembali di kios berita pekan depan," demikian pengumuman yang terpampang di situs resmi Charlie Hebdo.

Setelah serangan yang menewaskan 12 orang pada 7 Januari dan memicu serangan lainnya di sekitar Paris itu, Charlie Hebdo masih sempat menerbitkan satu eksemplar pada 14 Januari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sampul depan edisi setelah serangan itu, terlihat gambar kartun Nabi Muhammad memegang papan "Je Suis Charlie" yang berarti "Saya Charlie" di bawah naungan tulisan "Tout Est Pardonne" yang berarti "Semua Diampuni."

Keputusan redaksi ini tak pelak kembali menuai kontroversi. Pihak yang setuju menggunakan nama kebebasan berekspresi sebagai tameng. Maskapai penerbangan Air France misalnya. Mereka membagikan Charlie Hebdo secara cuma-cuma kepada para penumpang.

Sementara itu, aliran protes juga terus menyeruak. Tak hanya di luar negeri, di Indonesia sendiri Jama'ah Ansharusy Syariah menggelar aksi protes terhadap Charlie Hebdo di depan Kantor Kedutaan Besar Perancis untuk Indonesia di Jakarta pada 23 Januari lalu.

Terlepas dari kontroversi tersebut, edisi terbaru Charlie Hebdo ludes terjual di kios-kios majalah di Perancis.

Sejak serangan teroris pertama terjadi pada 7 Januari, setidaknya 17 nyawa melayang di Perancis. Sebanyak 12 orang tewas dalam gempuran di kantor Charlie Hebdo, seorang polwan meninggal dalam penembakan terpisah sehari setelahnya, dan empat lainnya dibunuh dalam penyanderaan di swalayan Yahudi. Tiga tersangka teror terbunuh dalam operasi polisi.

Akibat gempuran ini, sentimen anti-Islam di Perancis meningkat sekitar 110 persen. Merujuk pada data The National Observatory Against Islamophobia, NOAI, ada ratusan laporan insiden yang masuk ke kepolisian sejak penyerangan Paris terjadi, dengan 28 serangan di tempat beribadah dan 88 ancaman lain.

Selain ancaman kekerasan, Muslim di Perancis juga kerap menjadi sasaran serangan verbal dari warga lainnya.

Pemerintah Perancis akhirnya melansir peringatan yang menunjukkan ciri-ciri seseorang jika telah dirasuki paham Islam radikal dan berpotensi menajdi teroris. Salah satunya adalah perubahan pola makan, yaitu tidak lagi memakan baguette, roti panjang khas Perancis.

Menurut infografis yang dijadikan acuan pemerintah, orang yang radikal juga tidak mendengarkan musik agar fokus menjalankan misi.

Tanda-tanda teroris lainnya versi Perancis adalah tidak pergi ke bioskop, tidak berolahraga, mengubah cara berpakaian, menjauhi keluarga, mencurigai kawan lama, sering membuka situs jihadi dan keluar dari sekolah. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER