Pendukung Kaos Merah Thailand Bersikap Menunggu

Reuters | CNN Indonesia
Senin, 02 Feb 2015 18:58 WIB
Pendukung mantan perdana menteri Yingluck Shinawatra memilih bersikap menunggu hingga pemerintah militer menyerahkan kembali kekuasaan kepada pemerintah sipil.
Pemakzulan mantan PM Yingluck Shinawatra membuat warga pedesaan di Thailand utara dan timur laut geram, namun memilih bersikap menunggu. (Reuters/Chaiwat Subprasom)
Khon Kaen, CNN Indonesia -- di Kota Khon Kaen, Thailand, Pongpint Onlamai seorang anggota “kaos merah” penentang pemerintah militer, menunjuk pada seorang pria yang duduk di pojok kafe sambil memainkan telepon genggamnya.

“Tentara selalu mengikuti saya,” kata Pongpit, seorang penyiar radio kaos merah sebelum ditutup setelah kudeta militer pada Mei lalu.

“Hari ini, pria itu yang mengawasi saya,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang mengenakan pakaian sipil itu pun sempat mengangkat telpon genggamnya seperti sedang mengambil foto Pongpit.

Di daerah pedesaan yang menjadi basis kekuatan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra yang disingkirkan, dan kakaknya Thaksin, para pendukung marah besar dengan keputusan dewan nasional bentukan pemerintah militer melarang Yingluck berlaga di panggung politik selama lima tahun.

Tetapi tekanan militer, dan kebijakan Thakin - untuk saat ini - adalah menghindari konfrontasi yang berarti sedikit kemungkinan terjadi kembali aksi protes yang seringkali berakhir dengan kekerasan yang selama satu dekade mewarnai Thailand.

“Kendali militer sangat kuat karena mereka memiliki senjata,” ujar Pongpit kepada Reuters.

Sejak mengambil alih kekuasaan dan menerapkan undang-undang militer, pihak penguasa berhasil mengatasi aksi perlawanan dengan membatasi pertemuan publik dan menutup media partisan.

Human Rights Watch melaporkan bahwa lebih dari 300 orang, seperti pegiat, wartawan dan politisi, ditahan sejak kudeta tersebut.

Sadar dengan basis dukungan Thaksin di pedesaan, militer mengerahkan penjagaan di provinsi-provinsi Thailan utara dan timur laut.

Pongpit mengatakan strategi pendukung Thaksin adalah menahan diri hingga militer mengembalikan kekuasaan kepada sipil, meski pemimpin pemerintah militer Jenderal Prayuth Chan-ocha tidak dengan tegas mengatakan waktunya.

“Kami harus mengawasi pernyataan para pemimpin (pro-Thaksin) sebelum bertindak.”

“Menunggu Waktu yang Tepat”

Provinsi Khon Kaen mungkin menjadi provinsi Thailand yang paling merasakan tekanan militer.

Skema subsidi beras bernilai miliaran dolar yang merugikan negara dari pemerintah Yingluck sangat populer di provinsi ini.

Fakta bahwa tuduhan korupsi dalam skema ini menjadi penyebab kejatuhan Yingluck, dan program ini sekarang sudah dihapus, meninggalkan bekas yang mendalam.

Seperti juga bagian negara lain setelah kudeta, para pemimpin kaos merah setempat ditahan oleh militer dan dipaksa menandatangani perjanjian untuk meninggalkan panggung politik.
Pemerintah Militer Thailand semakin mengukuhkan kekuasaan dengan memanggil sejumlah mantan pemimpin kaos merah dan anggota kabinet Yingluck setelah pemakzulan mantan PM ini. (Reuters/Chaiwat Subprasom)
Dua puluh enam pegiat setempat, sebagian besar berusia lanjut, diadili di pengadilian militer Khon Kaen dengan tuduhan menumpuk senjata dan berencana melakukan aksi terorisme, tuduhan yang menurut kaus merah dibuat-buat.

Pemerintah militer melanjutkan pemakzulan Yingluck, dan berita bahwa dia menghadapi tuduhan korupsi, dengan memperkuat kekuasaannya dengan antara lain memanggil anggota pemerintah yang disingkirkan.

Di Khon Kaen, pemerintah militer mengeluarkan perintah kepada pihak aparat menjelang persidangan terhadap Yingluck, agar mengawasi kaum pembangkang dengan ketat.

“Saya yakin ada warga yang tidak puas. Tetapi saya juga memandang warga semakin pintar,” ujar Gumtorn Thavornstit, gubernur yang ditunjuk oleh pemerintah militer.

Waskil Komando Oeprasi Keamanan Internal di provinsi ini Kolonel Jaturapong Bokbon, menyangkal terdapat perubahan keamanan sejak pemakzulan Yingluck.

“Warga Khon Kaen menjalani hidup mereka seperti biasa,” katanya.

Sabina Shah Presiden Kelompok Kaos Merah 51 Khon Kaen mengatakan sejak kudeta militer, para pegiat setempat menghindari pertemuan. Tetapi pemakzulan di Bangkok menyebabkan peningkatan di media sosial seperti rencana untuk kembali mengenakan kaos merah dalam beberapa hari ke depan.

“Tidak besar, tetapi ini satu awal. Langkah ini memberi harapan pada warga bahwa kami akan melawan,” ujarnya.

“Kami tidak berdiam diri. Kami menunggu waktu yang tepat.”

“Petani Harus Bangkit”

Jika waktu itu tiba, para pemimpin kaos merah bisa memanfaatkan perasaan benci yang semakin besar di kalangan pemilih pedesaan yang berhasil membuat Yingluck menang mutlak dalam pemilu 2011.

Di desa-desa di sekitar Khon Kaen, warga menggambarkan pemakzulan Yingluck sebagai pukulan kedua dalam pukulan satu-dua. Penghentian subsidi beras yang menguntungkan petani membuat mereka kehilangan sebagian besar pendapatan.

Di desa Kampea, Pikul Nuang Chompoo mengatakan mendapat jaminan harga sebesar 15 ribu baht atau US$460 per ton untuk beras harum, dan 12 ribu baht untuk satu ton beras ketan.
Militer dan pendukung kaos merah sama-sama bersikap menunggu, namun ledakan bom di pertokoan Bangkok membuat militer mengetatkan keamanan di Thailand. (Reuters/Chaiwat Subprasom)
Pada November, harga itu turun menjadi masing-masing 9.000 baht dan 7.000 baht di pasar. Pikul mengatakan sekarang keuntungan sebesar 130 ribu baht per tahun kini berubah menjadi hutang.

“Pemerintah Thaksin bersimpati dengan petani dan warga pedesaan. Pemerintah sekarang hanya memperhatikan warga kota,” ujarnya. “Petani harus bangkit.”

Di desa Phomnimit, Manon Puangraya tidak terlalu terkena dampak perubahan ini. Seperti kebanyakan petani di wilayah Thailand timur laut, pertanian hanya pekerjaan sampingan saja, sebagian besar pendapatannya diperoleh dari pekerjaan sebagai penyemir sepatu di Bangkok.

Tetapi kebijakan keras militer dan perilaku elit Bangkok mulai membuatnya marah.

“Hanya di masa Thaksin berkuasa, tempat ini dibangun. Sebelumnya, yang ada hanyalah sawah.”

Namun, situasi di Thailand semakin tidak menentu setelah terjadi ledakan dua bom kecil di pusat perbelanjaan Siam Paragon di Bangkok. 

Pihak berwenang menyatakan akan terus mengejar pelaku, dan larangan berkumpul semakin ketat diberlakukan.  (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER