Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok Ikhwanul Muslimin menyerukan agar angkat kaki dari Mesir sebelum 11 Februari, mengancam akan adanya aksi kekerasan jika permintaan mereka tidak dipenuhi.
Dilansir Sputnik pada Senin (1/2), seorang penyiar di televisi jaringan Ikhwanul Muslimin Rabia, yang disiarkan melalui Turki, mengeluarkan pernyataan itu pada Sabtu (31/1) dan merujuk “Kepemimpinan Pemuda Revolusioner" dari Ikhwanul Muslimin.
Menurut pernyataan itu, orang asing, berikut perusahaan, kedutaan besar dan konsulat juga harus mengakhiri aktivitas mereka di negara itu, mengancam kekerasan fisik jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Sabtu (31/1) malam, halaman Facebook Rabia mengeluarkan pernyataan bahwa Rabia “menentang kekerasan" dan bahwa "pernyataan sensasional itu seharusnya hanya menjadi topik diskusi di studio."
Representatif dari saluran televisi itu tidak dapat memastikan apakah pernyataan memiliki “berdasar pada realitas” menurut laporan media.
Ini bukan ancaman pertama terhadap orang asing yang telah dikeluarkan oleh militan di Mesir. Tahun lalu, ekstremis yang beroperasi di Sinai utara juga berjanji untuk melukai para wisatawan asing yang berkunjung ke negara tersebut.
Pada Senin (2/2), pengadilan Mesir memvonis mati 183 pendukung Ikhwanul Muslimin atas gugatan pembunuhan polisi dua tahun lalu. Vonis ini dijatuhkan sebagai upaya pemerintah Mesir memberangus kelompok Islam garis keras.
Ratusan tervonis mati ini dituduh terlibat dalam pembunuhan 16 polisi di kota Kardasa pada Agustus 2013 selama kerusuhan usai digulingkannya Mohammed Mursi, presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis. Tidak semua terdakwa hadir di pengadilan, 34 di antaranya divonis
in absentia. (stu)