Tanpa Pekerja Indonesia, Perekonomian Malaysia Terganggu

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Kamis, 05 Feb 2015 12:16 WIB
Sebuah iklan alat pembersih di Malaysia telah menghina PRT Indonesia. Padahal, pekerja Indonesia punya kontribusi besar dalam perekonomian Malaysia.
Sebuah iklan alat pembersih di Malaysia telah menghina PRT Indonesia. Padahal, pekerja Indonesia punya kontribusi besar dalam perekonomian Malaysia. (Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pembantu rumah tangga, PRT, asal Indonesia dihina dalam sebuah iklan alat pembersih di Malaysia. Padahal, PRT Indonesia berkontribusi tidak langsung namun cukup besar terhadap laju perekonomian Malaysia.

Menurut Direktur Migrant Care Malaysia, Alex Ong, persepsi rasis soal PRT asal Indonesia sudah muncul dalam iklan sejak dua atau tiga tahun lalu. Namun Alex mengatakan warga Malaysia harus mengubah persepsi ini, karena sesungguhnya PRT Indonesia berjasa bagi perekonomian negara tersebut.

"Peran mereka dalam sosial masyarakat sangat penting. Dengan adanya PRT yang bekerja di rumah, ibu-ibu di Malaysia yang memiliki kemampuan bisa bekerja dan menyumbang pada pembangunan ekonomi Malaysia. Walau pekerjaan PRT terdengar sangat rendah, namun kontribusi tidak langsungnya sangat besar terhadap perekonomian Malaysia," kata Alex kepada CNN Indonesia, Kamis (5/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alex menjelaskan, media di Malaysia juga memicu buruknya persepsi terhadap warga Indonesia. Di Malaysia, pemberitaan positif terhadap para pekerja Indonesia sangat jarang, padahal banyak hal-hal baik dari mereka.

"Berita yang kita dengar hanya soal TKI yang tertangkap, ditahan polisi karena melakukan pidana. Tapi itu hanya segelintir kecil, tanpa TKI tidak akan ada jalan tol yang menghubungkan utara dan selatan Malaysia, gedung-gedung besar, KL Sentral dan bandara Malaysia yang megah itu. Bangunan yang menjadi landmark itu adalah hasil keringat dan darahnya TKI," lanjut Alex lagi.

Selain itu, ratusan ribu TKI di Malaysia tidak hanya bekerja dan menerima upah, tapi juga menjadi konsumen yang membantu keberlangsungan usaha mikro ekonomi di negara tersebut. Sumbangan TKI terhadap proyek pembangunan fisik Malaysia, kata Alex, memiliki efek hingga 24 kali lipat terhadap modal yang dikeluarkan untuk pembangunan tersebut.

"Tiga tahun lalu pemerintah Malaysia memberlakukan izin tiga tahun untuk pekerja Indonesia, lebih dari itu yang tanpa izin akan dipulangkan. Keputusan ini langsung menuai protes dari proyek darma niaga kontruksi yang mengatakan proyek mereka terancam terbengkalai jika para pekerja Indonesia dipulangkan," jelas Alex.

Indonesia merupakan salah satu negara penyalur tenaga kerja asing terbanyak di Malaysia. Menurut laporan BNP2TKI November lalu, saat ini tenaga kerja Indonesia di Malaysia berjumlah lebih dari 325 ribu orang.

Tahun 2002, kata Alex, jumlah TKI mencapai puncaknya yaitu hingga 400 ribu orang di Malaysia, jauh melampaui pekerja asal Kamboja, Filipina dan Sri Lanka.

Tapi kondisi TKI sangat berbeda dengan pekerja Filipina yang bisa begitu bangga dengan pekerjaan mereka sebagai PRT di jiran. Menurut Alex, hal ini disebabkan oleh persiapan keterampilan dari pemerintah Filipina yang cukup baik, salah satunya soal pengetahuan hak asasi manusia selain pengetahuan dasar mengurus rumah.

Mayoritas pekerja Filipina, lanjut Alex, tahu persis soal hak asasi mereka. Sehingga jika dipekerjakan hingga belasan jam atau dibayar di bawah upah minimum, mereka mengetahuinya dan melapor. Selain itu pemerintah Filipina juga tegas dalam menetapkan persyaratan gaji pekerja asal negaranya. Jika majikan tidak mampu membayar upah yang ditetapkan, Filipina tegas menolak tidak akan mengirimkan warganya.

"Bandingkan dengan PRT WNI yang sering dicaci dan dihina martabatnya. Hal ini karena persiapan keterampilan PRT yang buruk. Itu soal kesungguhan pemerintah Indonesia dalam menyediakan balai latihan, sertifikat yang benar, dan menyalurkan melalui PJTKI resmi yang baik," kata Alex. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER