Tokyo, CNN Indonesia -- Yuichi Sugimoto, wartawan foto yang dilarang meliput ke Suriah dan paspornya disita oleh pemerintah Jepang, menyatakan pelarangan tersebut merupakan preseden buruk bagi wartawan lain yang meliput perang di luar negeri.
"Saya prihatin bahwa kasus ini mungkin menjadi preseden yang sangat buruk bagi Jepang. Ke depan, wartawan lain mungkin dilarang meliput ke luar negeri dan paspor mereka disita," kata Sugimoto dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Kamis (12/2).
"(Pelarangan) ini bertentangan dengan kebebasan untuk melaporkan dan meliput berita," kata Sugimoto melanjutkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugimoto kerap meliput perang di kawasan konflik seperti Bosnia, Afghanistan, Irak dan Suriah selama dua dekade terakhir. Sugimoto berencana untuk meliput perang di kota Kobani, Suriah yang telah berhasil direbut kembali oleh pejuang Kurdi dari kendali ISIS.
Namun, rencana Sugimoto tersebut batal lantaran Kementerian Luar Negeri Jepang melarang dia ke Suriah dan menyita paspornya. Kemenlu Jepang menyatakan pelarangan ini dilakukan sebagai langkah pengamanan, utamanya pasca eksekusi dua warga Jepang, Haruna Yukawa dan Kenji Goto, oleh militan ISIS.
Sugimoto menyatakan para pejabat kementerian dan polisi mendatangi apartemennya di Niigata, Jepang utara, dan menyatakan dia akan ditangkap jika tidak menyerahkan paspornya.
"Saya meminta mereka agar saya bisa mendapatkan paspor saya kembali, namun mereka menyatakan akan menyimpan paspor saya untuk waktu yang belum bisa ditentukan," kata Sugimoto.
Kemenlu dan polisi Jepang tidak memberikan penjelasan terkait cara agar Sugimoto dapat memiliki paspornya. Padahal, Sugimoto telah menjelaskan bahwa dia tidak berencana untuk bepergian ke daerah-daerah yang dikuasai oleh ISIS.
Sementara, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga menyatakan pemerintah ingin menghormati kebebasan wartawan untuk meliput berita, namun pemerintah juga harus memenuhi tugasnya, yaitu menjamin keamanan warga negara Jepang.
Pasalnya, pasca eksekusi terhadap Yukawa dan Goto, ISIS bersumpah akan menargetkan lebih banyak warga Jepang sebagai sandera.
Di lain pihak, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bersumpah untuk tidak pernah "menyerah pada terorisme". Abe menyatakan bahwa Jepang akan terus memberikan bantuan kemanusiaan ke negara-negara memerangi kelompok ISIS dan menegakkan keadilan.
(ama/stu)