Pasca Penembakan, Warga Yahudi Denmark Makin Khawatir

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 16 Feb 2015 10:52 WIB
Pasca penembakan di kafe dan sinagoga di Kopenhagen makin khawatir, meningkatkan kewaspadaan meski menolak kembali ke Israel.
Umat Yahudi bersembunyi di bawah sinagoga ketika penyerangan terjadi. (Reuters/Mathias Oegendal)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anat Taboul duduk di lantai di sebuah ruangan pengamanan di sebuah sinagoga di Kopenhagen, Denmark, pada Sabtu (14/2) malam. Di sebelahnya, duduk pula anaknya yang berusia 13 tahun, Noah. Mereka adalah korban selamat dari serangan oleh seorang pria yang menewaskan satu warga di sinagoga tersebut.

Taboul mengerahkan segala daya untuk mencegah anak-anak di sekitarnya agar tidak merasa ketakutan di tengah kegentingan.

"Semua orang dewasa melihat mata orang lain dan kami berpikir bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Kami takut ada teroris di dalam bangunan, tapi kami tidak bisa mendiskusikannya karena kami mau melindungi anak-anak," tutur Taboul seperti dikutip The Independent pada Minggu (15/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taboul kemudian mengisahkan awal mula malam mencekam tersebut. Kala itu, pesta disko dalam rangka merayakan Bar Mitzvah dari seorang anak baru saja dimulai ketika Tobias, salah satu dari dua penjaga sukarelawan, tiba-tiba mematikan musik dan menyuruh semua orang lari ke ruang bawah tanah.

"Ia mengatakan bahwa polisi telah memberikan informasi kepadanya bahwa kami harus berada di sini (ruang bawah tanah) dan itu hanya sebuah prosedur keselamatan," ujar Taboul.

Namun, para orang dewasa menganggap ini hanyalah cerita yang diciptakan untuk menghindari kepanikan anak-anak.

Dentum musik disko ternyata meredam suara tembakan yang akhirnya menewaskan rekan Tobias, Dan Uzan, dan melukai lima petugas kepolisian lainnya.

"Kami tidak mendengar apapun, tapi kami bisa melihat dari sorot matanya bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi," ucap suami Taboul, Yoav.

Saking tebalnya dinding ruang bawah tanah, hingga hanya satu orang yang dapat menerima sinyal telepon. Namun, para orang dewasa cukup mengerti bahwa seluruh Kopenhagen sedang dijaga ketat oleh polisi.

"Kami berdiam di dalam ruang kecil selama dua jam. Kami sangat kepanasan tanpa apapun di dalam. Kami hanya duduk di sana dan anak-anak menangis, kami menjaga kami," kata Yoav.

Setiap anak yang datang tanpa teman didampingi oleh seorang dewasa.

Setelah dua jam, Tobias akhirnya mengevakuasi mereka dengan aman. Di luar, pasukan khusus Denmark telah bersiaga untuk mengantar mereka ke kantor polisi di luar Kopenhagen.

Di kantor polisi, mereka ditempatkan bersama warga lain yang dievakuasi dari serangan di salah satu kafe di Kopenhagen yang terjadi sepuluh jam sebelum baku tembak di sinagoga. Serangan itu terjadi ketika kartunis penggambar Nabi Muhammad, Lars Vilks, tengah menjadi pembicara dalam diskusi kebebasan berpendapat di kafe tersebut.

"Di sana ada psikolog untuk membantu para anak. Saat itu situasi sangat krisis. Orang yang sama melakukan (penembakan) dua penembakan ini dalam satu hari. Ia berkata bahwa ini adalah hari terburuk dalam hidupnya," papar Yoav.

Menghadapi perkembangan anti-Semit yang pesat, umat Yahudi di Kopenhagen memang telah meningkatkan kewaspadaan. Taboul mengaku tidak lagi memakai kalung bintang Daud setelah ada ancaman berupa coretan  graffiti di tembok sekolah anaknya.

"Kami biasanya merasa aman datang ke sinagoga. Namun, kami selalu berpikir, 'Mungkin sesuatu akan terjadi suatu saat,' karena tidak pernah ada polisi di sini.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengajak umat Yahudi Eropa untuk mengungsi ke Israel.

"Yahudi layak mendapatkan pengamanan di semua negara, tapi kami berkata kepada umat Yahudi, kepada saudara-saudari kami, Israel adalah rumah kalian. Kami menyiapkan dan menyerukan penyerapan imigrasi besar dari Eropa," kata Netanyahu.

Kendati keamanan mereka terancam, namun masyarakat Yahudi di Denmark menolak ajakan Netanyahu tersebut.

"Kami menghargai undangan tersebut, tapi kami warga Denmark, ini adalah negara kami," kata Dan Rosenberg Asmussen, kepala Perhimpunan Yahudi di Denmark, usai menyampaikan belasungkawa di sinagoga tempat penembakan.

Seorang fotografer dan mantan sukarelawan penjaga Sinagoga Kopenhagen kemudian menjabarkan alasan pribadinya. Menurutnya, perlakuan umat Yahudi di manapun akan tetap sama.

"Kami akan mendapatkan serangan lain di sinagoga atau sekolah Yahudi. Anak saya berada di sana (Israel), tapi Anda tidak bisa melarang anak saya pergi ke sekolah Yahudi karena itu berarti Anda memotong kehidupan Yahudi. Anak saya tahu bahwa jika ia mendengar suara tembakan, mereka harus segera tiarap. Itu hanya bagian hidup seorang Yahudi. Warga Denmark lain hidup di dunia yang sangat berbeda. Saya bersimpati (dengan apa yang ditawarkan Netanyahu), tapi tentu saja kami memilih untuk tidak hidup di sana," paparnya. (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER