Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS di Irak mungkin saja berada di bawah tekanan karena serangan yang bertubi-tubi dari militer Irak, Suriah, pasukan Peshmerga dan koalisi serangan udara. Meskipun demikian, nampaknya ISIS ini menyebarkan terornya ke negara-negara Afrika Utara, utamanya di Mesir dan Libya.
Pada Senin (16/2), ISIS merilis sebuah video yang memperlihatkan eksekusi pemenggalan kepala 21 warga Kristen Koptik Mesir yang ditangkap di Libya.
Rekaman video eksekusi tersebut memperlihatkan kemampuan kelompok ini untuk memanfaatkan situasi yang tidak stabil di negara-negara Afrika Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, terdapat dugaan bahwa eksekusi dilakukan di kota Sirte, yang berjauhan dengan daerah simpatisan ISIS di Derna, Libya.
ISIS diduga hadir di Sirte, kota dengan 50 ribu penduduk. Sementara, penculikan warga Mesir di Libya diduga terjadi pada bulan November. Belakangan ini, sejumlah ekstremis ISIS memperkuat kehadiran mereka dengan mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan stasiun radio.
Berkembang di Libya sejak musim gugurDilaporkan
CNN, ISIS pertama kali mengumumkan keberadaan mereka di Libya pada bulan Oktober lalu. Sebuah video amatir memperlihatkan sejumlah militan berpakaian serba hitam berada di Derna, dan berafiliasi dengan Dewan Syura untuk Pemuda Islam.
Dalam video tersebut, terlihat para militan menyanyikan kesetiaan mereka kepada Baghdadi. Sumber mengatakan kepada CNN, ISIS memiliki hingga 800 pejuang di daerah tersebut dan memiliki fasilitas pelatihan di sekitar Green Mountains.
Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah, karena terdapat laporan bahwa sebanyak 300 anggota ISIS di Irak dan Suriah datang ke Libya.
Beberapa saat kemudian, Baghdadi memproklamirkan tiga provinsi di Libya, yaitu Provinsi Barqa (di timur), Tripolitania (barat) dan Fezzan (selatan) sebagai bagian dari "kekhalifahan".
Sejak itu, ISIS kerap meningkatkan kehadirannya di Libya. Akhir bulan lalu, serangan bom bunuh diri dan serangan senjata di sebuah hotel di ibukota, Tripoli, menewaskan 10 orang, termasuk satu orang warga AS.
Serangan tersebut diklaim oleh Wilayat al-Tarabulus, nama kelompok ISIS untuk provinsi tersebut. Namun, klaim ini dibantah oleh politisi di Tripoli.
ISIS juga aktif di Libya selatan, menyerang sebuah pos pemeriksaan militer Libya di Sokhna pada bulan Januari yang menewaskan 16 orang.
Sementara afiliasi ISIS terus tumbuh di Afrika Utara, pengamat menilai kemampuan mereka masih jauh di bawah kelompok ISIS di Suriah dan Irak, baik dari segi birokrasi maupun dari segi struktur.
"Bahkan dalam kubu jihad dari Derna, (ISIS) tidak memimpin simpatisannya yang meluncurkan serangan mirip, namun tetap berbeda dengan ISIS," kata Geoff Porter, konsultan bencana di Afrika Utara, dikutip dari CNN.
 SIS pertama kali mengumumkan keberadaan mereka di Libya pada bulan Oktober lalu. (Ilustrasi/CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani) |
"Meskipun ISIS mungkin terbukti menjadi ancaman teroris di Libya, sangat tidak mungkin ISIS dapat mengembangkan (serangan) dengan mengendalikan sejumlah wilayah penting," kata Porter melanjutkan.
Namun, seperti halnya di Irak dan Suriah, ISIS telah meluncurkan kampanye media sosial yang efektif di Libya. Kampanye ini juga merupakan sebuah upaya untuk menarik pejuang berpengalaman dari kelompok lain, seperti Ansar al-Sharia.
Afiliasi ISIS di Libya juga mulai melaksanakan beberapa bentuk kontrol sosial di sejumlah daerah.
"Kelompok ini telah mempublikasikan kegiatan radikal, seperti membakar karton rokok, menghancurkan pipa air yang digunakan untuk merokok, menghancurkan patung-patung dan kuil," kata Andrew Engel dari Washington Institute.
"Terorisme menjadi masalah di timur Libya. Ancaman ini mulai menyebar ke bagian barat dan selatan. Dari bagian barat, mereka bisa pergi ke Tunisia dan Aljazair," kata Bernardino Leon, utusan PBB di Libya.
Diperkirakan, terdapat ratusan warga Tunisia yang bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak, dan pemerintah memperkirakan sejumlah militan radikal terdapat di Pegunungan Chaambi.
"Meskipun layanan keamanan Tunisia telah meningkat dalam 24 bulan terakhir, mereka takut akan kewalahan dengan munculnya ancaman lintas batas yang berasal dari Libya," kata Porter.
Pemberontakan ramai di Semenanjung SinaiMeskipun Libya menjadi negara di Afrika Utara yang paling menonjol dalam ekspansi ISIS, simpatisan kelompok militan ini juga kerap menebarkan pemberontakan di Semenanjung Sinai, Mesir.
Kelompok pemberontak utama di Sinai merupakan sayap ISIS yang ditugaskan di provinsi tersebut, yaitu Ansar Beit al-Maqdis.
Akhir bulan Januari lalu, kelompok tersebut menewaskan sedikitnya 30 orang dalam serangkaian serangan terkoordinasi pada pos-pos keamanan. Akibat serangan tersebut, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengerahkan kekuatan militer di Sinai.
Pekan lalu, kelompok tersebut merilis sebuah video yang menunjukkan pemenggalan delapan orang yang diduga sebagai mata-mata.
Dengan pemerintah yang didominasi militer di Kairo, simpatisan ISIS di Provinsi Sinai berpotensi menjadi semakin kuat.
"Jika pemerintah Mesir terus beroperasi militer, akan lebih banyak anggota militan lokal yang memperkuat ISIS di Sinai," kata pakar gerakan jihad, Aaron Zelin.
Nigeria, Afghanistan dan Pakistan Sementara, perkembangan yang paling menarik dalam beberapa bulan terakhir adalah kelompok pemberontak Boko Haram yang terlihat ingin segera mengibarkan bendera ISIS di Nigeria.
Boko Haram telah menguasai beberapa daerah dan berencana untuk mendirikan kekalifahan sendiri di Nigeria utara. Selain itu, pemimpin kelompok Boko Haram, Abu Bakr Shekau, telah mengungkapkan kekagumannya pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
Meskipun pergerakannya kecil, ISIS juga mengembangkan sayap hingga ke Pakistan dan Afghanistan, khususnya di Provinsi Khorasan. Salah satu simpatisan ISIS adalah mantan komandan Taliban, Mullah Abdul Rauf, yang tewas pekan lalu dalam serangan pesawat tak berawak di Provinsi Helmand.
Beberapa komandan Taliban Pakistan juga diduga telah berbaiat kepada Baghdadi, meskipun belum jelas apakah dukungan mereka terkait dengan pecahnya kedua kelompok militan tersebut dalam dua tahun terakhir.
Untuk saat ini setidaknya, Libya menjadi negara yang berpotensi kuat menjadi negara incaran ISIS, dengan kurangnya kendali dari pemerintah Libya dan longgarnya daerah perbatasan.
(ama)