Menilik Sumber Pundi-pundi Uang ISIS

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Jumat, 20 Feb 2015 07:50 WIB
Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS disebut sebagai kelompok militan paling kaya dengan nilai kekayaan hingga senilai triliunan rupiah.
Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS disebut sebagai kelompok militan paling kaya dengan nilai kekayaan hingga senilai triliunan rupiah. (Ilustrasi/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS disebut sebagai kelompok militan paling kaya dengan nilai kekayaan hingga senilai triliunan rupiah.

ISIS memang dikenal menggunakan taktik barbar dalam bernegosiasi yang kerap berujung eksekusi. Namun menurut para ahli, ISIS punya metode yang kompleks dalam hal mengumpulkan pundi-pundi uang.

Dikutip dari CNN, ini adalah cara ISIS menghasilkan uang hingga jutaan dollar:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Produksi dan penyelundupan minyak

ISIS menghasilkan antara US$1 juta (Rp12,8 miliar) hingga US$2 miliar (25,7 miliar) setiap hari dari penjualan minyak, seperti disampaikan beberapa sumber

CNN. Minyak itu berasal dari kilang dan sumur yang dikuasai ISIS di Irak dan Suriah.

ISIS diperkirakan memproduksi sekitar 44 ribu barel per hari di Suriah dan 4.000 barel per hari di Irak, berdasarkan laporan majalah Foreign Policy.

Salah satu cara ISIS menjualnya adalah melalui selatan Turki kepada orang-orang yang memerlukan minyak dengan harga murah.

Sebuah koran Kurdistan mempublikasikan nama-nama orang yang terlibat dalam penjualan minyak ISIS. Beberapa di antara mereka adalah pemain lama di bawah rezim Saddam Hussein di Irak.

Menurut Luay al-Khatteeb, pendiri dan direktur Iraq Energy Institute, melalui operasi minyak ini, ISIS mencoba mendirikan negara yang mandiri.

Saat ini, kata dia, ISIS memimpin sekitar 6 juta orang di Irak dan Suriah, dan "orang yang banyak ini membutuhkan bahan bakar."

Tangki penyimpanan minyak di Kilang Minyak Irak. ISIS menjadikan minyak sumber utama penghasil uang mereka. (Getty Images)
Penculikan dan tebusan

Pada tahun 2012, Departemen Keuangan AS memperkirakan al-Qaidah dan afiliasinya telah mengumpulkan uang US$120 juta dari tebusan dalam delapan tahun terakhir.

ISIS pada awalnya tergabung dalam al-Qaeda. Kedua kelompok ini beroperasi terpisah namun punya banyak kesamaan.

Penyelidikan New York Times tahun 2014 menemukan bahwa sejak tahun 2008 al-Qaidah dan afiliasinya mendapatkan US$125 juta dari tebusan, termasuk US$66 juta pada tahun 2013.

Perusahaan Swedia dilaporkan telah membayar US$70 ribu untuk menyelamatkan karyawan mereka yang diculik ISIS.

Perancis juga dilaporkan telah membayarkan tebusan kepada ISIS walau pemerintahnya membantah. ISIS menahan empat warga Perancis Nicolas Henin, Pierre Torres, Edouard Elias dan Didier Francois pada 2013 di Suriah dan dibebaskan April tahun berikutnya.

Sebelumnya, ISIS meminta tebusan ratusan juta dollar untuk pembebasan jurnalis James Foley. Namun Amerika Serikat menolak berkompromi dengan teroris dan tidak memenuhi tuntutan tersebut. Akibatnya, Foley dieksekusi ISIS.

ISIS juga menuntut tebusan US$200 juta pada pemerintah Jepang untuk pembebasan Kenji Goto dan Haruna Yukawa. Kedua sandera dibunuh setelah Jepang menolak membayar tebusan.

ISIS menyandera dua warga Jepang Kenji Goto dan Haruna Yukawa. Dari penculikan dan tebusan, ISIS bisa dapat banyak uang. (Reuters/Social media website via Reuters TV)
Penjualan barang antik

Menurut kesaksian tiga orang yang bekerja di wilayah kekuasaan ISIS, dikutip dari New York Times tahun 2014, ISIS mengizinkan warga untuk menggali situs bersejarah untuk menjarah barang-barang antik di dalamnya.

ISIS mendapatkan bagian dari penjualan tersebut oleh warga. Menurut saksi, ISIS punya cara yang rumit dalam hal penggalian dan pemasaran barang antik tersebut.

ISIS bahkan menyewa penggali benda bersejarah semi profesional untuk menemukan barang antik di sepanjang Sungai Eufrat, 

Menurut Qais Hussain Rashid, direktur jenderal museum Irak, ISIS memotong relief-relief kuno yang berusia ribuan tahun dan "menjualnya pada kriminal dan pedagang barang antik.

Pajak

Di wilayah-wilayah yang dikuasai ISIS, warga harus membayar pajak. Misalnya, para pelaku usaha membayar pajak untuk listrik dan keamanan. Contoh lainnya, mobil dikenakan pajak jika melewati pos pemeriksaan.

Pencurian

Pada Juni 2014, ISIS menyerbu beberapa bank di Mosul dan mencuri sekitar US$500 juta, walaupun jumlah ini belum dikonfirmasi. ISIS juga mencuri dan menguasai fasilitas kilang minyak yang mereka rebut dari kelompok pemberontak al-Nusra di Suriah.

Perdagangan organ manusia?

Duta besar Irak untuk PBB, Mohamed Alhakim, memicu perhatian pekan ini saat mengatakan bahwa mereka menemukan mayat-mayat dengan bekas bedah di tubuhnya.

Alhakim mengatakan, ada indikasi beberapa organ tubuh dari mayat-mayat itu telah hilang, diduga dikumpulkan dan dijual oleh ISIS.

Ada pertanyaan besar soal tuduhan ini, terutama soal bagaimana ISIS menyimpan organ-organ tubuh tersebut agar tidak rusak di medan perang.

Duta Besar Inggris untuk PBB, Mark Lyall Grant mengatakan tidak ada bukti-bukti soal pernyataan Alhakim tersebut.

Pengendalian pertanian

Mouaz Moustafa, direktur eksekutif Gugus Tugas Darurat Suriah di Washington mengatakan bahwa Raqqa, ibukota de facto ISIS, adalah "lumbung padi" kelompok ini.

"Mereka punya kapas dan gandum," kata Moustafa.

Selain ladang minyak, lumbung-lumbung padi ini juga merupakan target utama penyerangan udara Amerika Serikat dan koalisinya.

Sistem ekonomi terpisah

Tahun lalu ISIS mengumumkan bahwa "Departemen Keuangan" mereka akan mulai membuat koin emas, perak dan tembaga sebagai alat tukar di "Sistem Keuangan Resmi Negara Islam".

Tidak jelas apakah mata uang ISIS ini punya nilai internasional. ISIS mengatakan akan melepaskan Muslim dari jerat riba sistem keuangan global.

ISIS mengatakan akan membuat alat tukar mereka sendiri, berupa koin emas, perak dan tembaga. (Ilustrasi/Pixabay)
(den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER