Istanbul, CNN Indonesia -- Pemerintah Inggris harus bertanggung jawab jika ketiga siswi asal London yang dicurgai pergi ke Turki untuk menuju Suriah tidak dapat ditemukan, begitu pernyataan yang diutarakan oleh deputi perdana menteri Turki, Bulent Arinc, seperti yang dikutip dari Reuters pada Selasa (23/2).
Arinc juga mengatakan kalau pencarian ketiga gadis tersebut tetap dilakukan, meski pemerintah Inggris telah terlambat menginformasikan kepada Turki mengenai hal tersebut sebelumnya.
Ribuan warga asing, dari lebih 80 negara di Eropa, Amerika dan Asia, diketahui telah bergabung dengan pejuang ISIS dan kelompok radikal lainnya di Suriah dan Irak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak diantara mereka yang memulai perjalanannya dari Turki.
Tiga gadis yang disebut sebagai pelajar “kelas A” itu meninggalkan rumah mereka pada Selasa (17/2) sekitar pukul 08.00 pagi, pergi ke Bandara Gatwick bersama, naik penerbangan Turkish Airlines dan tiba di Istanbul pada pukul 18.40 waktu Turki.
Tiga pelajar yang bersekolah di Bethnal Green Academy di timur London itu kini menjadi berita utama di Inggris, dan keluarga mereka meminta mereka pulang ke rumah.
Namun sumber intelijen Turki, dikutip dari The Telegraph, mengatakan bahwa Shamima Begum, 15, Kadiza Sultana, 16, dan Amira Abase, 15, sepertinya telah pergi ke perbatasan dengan menggunakan mobil pada Jumat (20/2), menuju kota Tal Abyad yang dikontrol oleh ISIS.
Sumber intelijen Turki mengatakan mereka bertiga terlihat di Tal Abyad pada Jumat. Mereka bepergian dengan seorang pria Suriah di dalam mobil pribadi. Mereka juga menggunakan kartu identitas Suriah.
Masih belum jelas bagaimana proses radikalisasi terjadi pada ketiga gadis itu. Namun pada 15 Februari lalu, Shamima disinyalir menggunakan Twitter untuk berhubungan dengan Aqsa Mahmood, 20, seorang wanita dari Glasgow yang menikah dengan salah satu anggota ISIS.
Tal Abyad adalah kota yang dikontrol ISIS dan berada di perbatasan dengan Turki. Kota Turki di seberangnya, Sanliurfa, memang dikenal menampung banyak anggota ISIS. Hayat Boumeddiene, wanita Perancis yang menjadi istri Amedy Coulibaly yang terlibat dalam penyerangan Charlie Hebdo dan swalayan di Paris Januari lalu, dipercaya mengambil rute yang sama.
(ard/ard)