Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak sulit untuk masuk ke jantung kota ISIS di Raqqa, Suriah. Yang sulit adalah keluar dari kota tersebut. Seorang aktivis bernama Abu Ibrahim al-Raqqawi menuturkan kisahnya selama hidup di ibukota ISIS ini.
Suaranya sangat tenang ketika berbicara kepada
CNN. Namun, cerita horor tersembul di baliknya.
Serangan udara. Eksekusi. Pemaksaan donor darah dan pernikahan dengan pejuang ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Al-Raqqawi bukan nama sebenarnya. Ini adalah identitas yang dipakai seorang pelajar medis salah satu penggagas kelompok aktivis bernama Raqqa is Being Slaughtered Silently. Menurut Raqqawi, ISIS telah menyiksa dan mengeksekusi salah satu anggota dari kelompoknya. ISIS menginginkan lebih banyak korban dari kelompok tersebut.
Namun, ancaman tersebut tidak dapat membungkam mulut Raqqawi untuk tetap menceritakan apa yang ia lihat.
"Saya kehilangan hidup saya. Saya tidak bersekolah. Saya tidak punya masa depan. Saya tidak punya semuanya, tapi saya tidak ingin itu terjadi pada saya dan negara saya. Situasi yang memaksa saya menjadi seperti ini. Saya tidak ingin menjadi terkenal. Saya tidak ingin orang mengetahui siapa saya atau apa yang saya kerjakan. Ini semua bagi kota saya dan bagi keluarga saya serta penduduk yang tak bersalah. Kami mencoba upaya terbaik. Kami mencoba menyelamatkan kota kami," tuturnya.
Ini adalah gambaran kondisi Raqqa yang diceritakan Raqqawi. CNN belum bisa memberikan konfirmasi secara independen, tapi penuturannya menunjukkan transformasi dramatis dari kota yang dahulu dikenal paling liberal di Suriah.
Eksekusi massalDalam dua bulan, setidaknya 40 orang telah dieksekusi di Raqqa sebagai ganjaran dari beberapa alasan seperti bergabung dengan tentara pemberontak Free Syrian Army, menjadi homoseksual, atau membunuh. Aktivis, menurut Raqqawi, juga menjadi target.
"Jika Anda adalah seorang aktivis di dalam kota Raqqa, itu akan membawa Anda ke kematian," katanya.
Pemaksaan donor darahDi Raqqa, kata Raqqawi, satu hari dapat diawali dengan perjalanan ke pengadilan dan diakhiri dengan pemaksaan donor darah.
"Jika Anda memiliki masalah di pengadilan Islam, mereka akan berkata, 'Pergi ke rumah sakit dan donorkan darah Anda dan berikan saya tanda terimanya, dan jika Anda tidak membawanya, saya tidak bisa membantu Anda.' Mereka akan berkata kepada Anda, 'Kami tidak membantu Anda sebelum Anda pergi ke rumah sakit. Banyak serangan udara, banyak pejuang ISIS yang terluka," papar Raqqawi.
Perempuan dipaksa menikahBagi perempuan, kata al-Raqqawi, kota ini seperti penjara besar. Perempuan di bawah 45 tahun tidak diperbolehkan keluar dari Raqqa. Menurut data yang dihimpun kelompok aktivis al-Raqqawi, ada lebih dari 270 kasus gadis dipaksa menikahi tentara ISIS.
"Tentara ISIS sangat gila seks. Beberapa dari mereka memiliki dua dan tiga istri, dan belum cukup dengan itu, mereka masih mencoba mencari budak dari gadis Kurdi," ucap Raqqawi.
Gedung-gedung dipoles dengan tak terdugaOrang tidak akan menduga ada upaya untuk mengecat ulang bangunan dengan warna yang lebih cerah di lokasi di mana eksekusi, pemenggalan, dan penyaliban terjadi. Namun, menurut Raqqawi, itulah yang terjadi di Raqqa beberapa pekan lalu.
Menurut Raqqawi, perubahan ini sangat kentara karena saat ISIS pertama kali datang ke kota tersebut, mereka mengecat semua bangunan dengan warna hitam. Kini, suasana cerah dari cat merah muda, putih, emas, dan hijau mewarnai beberapa ruas kota. Raqqawi beranggapan, ini bisa jadi cara ISIS untuk mengelabui koalisi serangan udara agar tidak membidik tempat itu.
Pejuang asing membanjiri kota
"Ada dinding tinggi antara penduduk dan pejuang asing. Ini seperti dua kehidupan berbeda di dalam kota Raqqa. Ya, ini merupakan surga bagi beberapa pejuang asing karena mereka ISIS memberikan mereka banyak uang. ISIS memberikan mereka rumah mewah. ISIS memberikan mereka mobil mewah," papar al-Raqqawi.
Namun, bagi beberapa pejuang asing, ini bukanlah surga yang mereka dambakan. Rumor beredar, kata Raqqawi, para pejuang asing dibunuh setelah dilumpuhkan.
"ISIS mengambil paspor mereka dan jika ada yang berusaha kabur, ISIS akan membunuh mereka sesegera mungkin. Masalahnya, bukan bagaimana cara masuk ke Kota Raqqa. Masalahnya adalah bagaimana cara keluarnya," ucap Raqqawi menutup pembicaraan.
Raqqawi memang kerap membocorkan keadaan ISIS di Suriah, baik kepada media massa maupun melalui jejaring sosial. Hal ini mengundang curiga dari beberapa netizen.
Pemilik akun Twitter @adnanhobalah, misalnya. Ia menyangsikan posisi Raqqawi sebagai aktivis. Menurutnya, Raqqawi terlalu fasih berbahasa Inggris sebagai seorang warga Kota Raqqa.
(den)