Mensesneg: Australia dan Brasil Masih Butuh Indonesia

Resty Armenia | CNN Indonesia
Selasa, 24 Feb 2015 21:30 WIB
Di tengah protes eksekusi mati warga Australia dan Brasil,Menteri Sekretaris Negara Pratikno berpandangan bahwa kedua negara itu masih membutuhkan Indonesia.
Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, berharap permasalahan soal pemberantasan narkoba di Indonesia tak lagi menghadapi masalah yang signifikan dalam hubungan perdagangan dan diplomasi. (Antara Foto/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, berpandangan bahwa Australia dan Brasil masih membutuhkan Indonesia, terlepas dari gencarnya protes yang dilakukan kedua negara itu, terkait eksekusi mati terhadap warganya. 

Pandangan tersebut bukannya tak beralasan. Menurut Pratikno, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada dalam 16 besar di dunia menjadi posisi tawar yang tinggi.

"Indonesia selalu mengutamakan agar kerja sama tetap baik dengan negara-negara mana pun. Itu komitmen. Tentu saja kita harus punya kemampuan untuk menego apa yang menjadi kepentingan kita, karena Indonesia ekonominya cukup besar, 16 besar di dunia," ujar dia di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (24/2) petang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga lulusan Flinders University, Australia, itu menilai bahwa hubungan bilateral yang dilakukan Indonesia dengan negara-negara yang diajak bekerjasama merupakan hubungan dua arah, atau resiprokal yang saling menguntungkan.

"Ini kan hubungan resiprokal, hubungan antar negara adalah hubungan resiprokal dua belah pihak. Jadi bukan hanya mereka saja yang memperoleh, tetapi juga kita harus peroleh," kata dia.

Tak hanya dengan Australia, Pratikno pun memandang bahwa Indonesia memiliki kepentingan besar untuk meningkatkan kerja sama dengan Brasil.

"Sama-sama negara selatan, sama-sama emerging countries, sama-sama negara khatulistiwa," ujar dia.

Oleh sebab itu, Pratikno berharap permasalahan soal pemberantasan narkoba di Indonesia tak lagi menghadapi masalah yang signifikan dalam hubungan perdagangan dan diplomasi.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan, keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang telah menolak grasi dua warga Australia terpidana mati terkait kasus narkoba, dapat mempengaruhi pariwisata Indonesia.

Sedangkan Menteri Luar Negeri Brasil Mauro Vieira mengumumkan penundaan penyerahan credentials (surat kepercayaan kepada Duta Besar) Indonesia.

Penundaan ini merupakan salah satu cara Brasil memprotes pemerintahan Indonesia yang tetap menghukum mati warga negaranya dan akan dieksekusi dalam waktu dekat, Rodrigo Gularie. Ia terbukti mengedarkan narkotika.

Menanggapi hal itu, Presiden Jokowi melalui Kementerian Luar Negeri menarik Duta Besar Indonesia untuk Brazil, Toto Riyanto pada 20 Februari 2015, tepatnya pada pukul 22.00 WIB. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER