Mantan Napi Guantanamo Sulit Beradaptasi di Kehidupan Bebas

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 26 Feb 2015 06:52 WIB
Mantan narapidana Guantanamo yang dikirim ke Uruguay untuk memulai kembali kehidupan mereka kesulitan untuk beradaptasi dan memulai kembali hidup mereka.
Presiden Mujica mengatakan para napi itu sudah terlanjur hancur untuk memulai kembali hidup mereka. (Reuters/ Victor Ruiz Garcia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Enam mantan tahanan penjara Guantanamo yang dibebaskan dan dikirim ke Uruguay tampaknya tak bisa cepat menyesuaikan diri dengan kehidupan bebas mereka di tempat baru.

Presiden Uruguay Jose Mujica pada Rabu (25/2) mengatakan enam orang itu “sebentar lagi berubah menjadi sayuran,” idiom yang mengungkapkan bagaimana seseorang tak bisa lagi menggunakan akal sehat mereka.

Dalam sebuah wawancara empat hari sebelum pendahulunya Tabare Vazquez mengambil alih kembali posisi Mujica sebagai presiden Uruguay, Mujica mengatakan enam orang mantan napi itu tidak memiliki cukup kekuatan untuk belajar bahasa Spanyol dan mengintegrasikan diri mereka dengan masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Orang-orang ini sudah hancur," kata Mujica. "Mereka bisa berada di sini selama dua tahun dan mereka tidak akan mengerti apapun, karena meskipun anda ingin mengajar mereka bahasa Spanyol, mereka tidak memiliki kekuatan batin dan keinginan untuk melanjutkan kehidupan mereka. Mereka telah berubah menjadi setengah sayuran.”

Mujica, seorang mantan gerilyawan sayap kiri yang dipenjara selama kediktatoran militer pada 1973-1985, seringkai menyebut Teluk Guantanamo sebagai ”aib kemanusiaan.”

Enam narapidananya diterbangkan ke Uruguay pada Desember lalu, sebagai salah satu proses dari usaha Presiden AS Barack Obama untuk menutup fasilitas kontroversial Guantanamo.

Satu dari mereka, Jihad Diyab, menghabiskan sebagian besar dua tahun terakhir di Guantanamo dengan mogok makan, dan sekarang menderita sakit punggung parah yang menyebabkan ia kini ada adalam perawatan.

Para pria yang ditempatkan di sebuah rumah di pusat ibu kota pesisir Montevideo, belum menemukan pekerjaan atau dipersatukan kembali dengan keluarga mereka karena masih berjuang untuk beradaptasi dengan kehidupan baru mereka di pengasingan.

"Mereka harus memulihkan diri," kata Mujica. "Tapi saya tidak tahu apakah mereka akan bisa melakukannya."

Mujica adalah salah satu pemimpin paling populer di Amerika Latin karena gaya ceplas-ceplosnya dalam berbicara  dan empatinya terhadap warga miskin.

Sebagai seorang mantan pemberontak Marxis, ia menolak tinggal di istana presiden dan tinggal di rumah bobroknya di pinggiran Montevideo.

Ia hanya mengendarai VW Beetle tua dan menyumbangkan sebagian gajinya sebagai presiden untuk amal.

Mujica menempatkan Uruguay pada peta global dengan langkah-langkah radikal seperti keputusannya untuk mengambil Guantanamo serta melegalkan penanaman, distribusi dan penjualan ganja.

Namun kebijakannya soal ganja menemui tantangan besar.

Mujica mengakui bahwa ia akan sakit kepala jika harga yang ditetapkan oleh para petani legal melampaui harga ganja ilegal di jalanan.

"Petani akan mencoba dan mengambil uang sebanyak yang mereka bisa, seperti bisnis apapun," kata Mujica, menambahkan bahwa produsen akan diberikan tanah dan keuntungan lain untuk menjaga harga tetap rendah.

"Tujuan sebenarnya adalah untuk meninggalkan geng narkoba tanpa pasar," katanya. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER