Menlu Australia: Pengantin ISIS Bukan Petualangan Romantis

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Kamis, 26 Feb 2015 13:00 WIB
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop meminta wanita Australia untuk tidak bergabung dan menikah dengan kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah.
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop meminta wanita Australia untuk tidak bergabung dan menikah dengan kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah. (Reuters/Sean Davey)
Sydney, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop pada Kamis (25/2) melontarkan kekhawatirannya terkait dugaan banyaknya wanita Australia yang bergabung dan menikah dengan anggota kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah.

Pasalnya, setidaknya 110 warga Australia diperkirakan bergabung dengan kelompok militan ISIS, dan 40 perempuan di antaranya bergabung aktif dengan ISIS, atau mendukung simpatisan ISIS di Australia.

"Sayangnya terdapat kelompok pemuda yang ingin bergabung dengan konflik di Suriah dan Irak, dan banyak di antara mereka adalah wanita muda," kata Bishop, dikutip dari Channel NewsAsia, Jumat (26/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Fenomena) ini di luar logika. Keluarga dan teman-teman harus menjangkau pemuda yang berisiko (bergabung dengan ISIS) sebelum terlambat," kata Bishop melanjutkan.

Kecemasan ini dilontarkan Bishop di tengah kisruh tiga gadis Inggris yang pekan ini menyebrang ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, diperkirakan untuk menikah dengan anggota militan tersebut.

Bishop mencontohkan kasus Amira Karroum, gadis berusia 22 tahun yang meninggalkan rumahnya di Sydney sebelum Natal tahun lalu dan dinyatakan tewas dalam pertempuran di Suriah.

"Kematiannya bukanlah mati syahid, melainkan kerugian yang tak masuk akal dan tragis," kata Bishop.

Bishop menyatakan bahwa terdapat beberapa penyebab wanita tertarik menuju daerah konflik. Faktor pertama adalah karena tertarik dengan anggota teroris asing.

Faktor kedua, ingin menemani pasangannya yang tertarik bergabung dengan militan.

Ketiga, karena ingin mencari suami. Pencarian di internet membuat para wanita percaya bahwa mereka bisa mendapatkan suami di Suriah dan Irak.

Bishop memperingatkan para wanita bahwa mereka dapat terjebak dalam perang dan rezim brutal yang memperlakukan wanita dengan tidak baik.

"Ini adalah sebuah organisasi teroris yang memiliki rekam jejak yang mengerikan terkait perlakuan terhadap perempuan," kata Bishop kepada radio ABC, dikutip dari Channel News Asia.

"Mereka bahkan memiliki petunjuk secara daring tentang bagaimana memperlakukan budak seks. Mereka melakukan kekerasan seksual pada anak-anak yang bahkan belum mencapai pubertas," kata Bishop melanjutkan.

"Jadi sikap mereka terhadap perempuan benar-benar mengerikan. Perempuan muda jangan percaya bahwa ada petualangan romantis dengan mendukung Daesh (ISIS) dan organisasi teroris lainnya."

Diperkirakan terdapat 550 wanita dari seluruh Eropa yang bergabung dengan militan. Bishop menyatakan Australia tengah bekerja sama dengan masyarakat Muslim untuk menghindari fenomena serupa.

"Kami memiliki sejumlah inisiatif dan program masyarakat setempat, sekolah, dan keluarga," kata Bishop.

"Inisiatif kami dalam menanggulangi penyebaran konten ekstrimis daring di website juga merupakan bagian dari upaya tersebut. Kami bekerja sama dengan masjid-masjid lokal dan kelompok masyarakat."

Pernyataan Bishop tersebut menyusul laporan tewasnya seorang pria Australia yang melakukan perjalanan ke Suriah untuk memerangi militan. Sang pria yang namanya tidak dipublikasikan tersebut diduga menjadi warga Barat pertama yang tewas ketika berjuang bersama pasukan Kurdi.

"Seorang pria Australia tewas dalam serangan pada hari Selasa (24/2) oleh ISIS yang menyerang Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di dekat Tal Hamis, Provinsi Hasakeh," bunyi pernyataan dari kelompok pemerhati konflik Suriah, Syrian Observatorium for Human Rights.

Departemen Luar Negeri Australia menyatakan pihaknya menyadari laporan tersebut namun "belum dapat mengkonfirmasi laporan kematian di Suriah atau Irak".

"Warga Australia yang terlibat dalam konflik di luar negeri menempatkan diri mereka sendiri dalam bahaya," bunyi pernyataan dari Deplu Australia. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER