Sydney, CNN Indonesia -- Pemerintah Australia melarang warganya pergi ke Mosul, Irak Utara, dalam upaya mengatasi radikalisasi di kalangan muda Muslim Australia yang sebagian telah bertempur dengan kelompok-kelompok militan di luar negeri.
“Pemerintah bertekad menghentikan warga Australia bergabung dalam konflik teroris di Irak dan Suriah, dan mendukung organisasi teroris,” ujar Bishop dalam pernyataan tertulis.
Langkah ini diambil menjelang serangan untuk merebut kembali Mosul oleh 20 ribu hingga 25 ribu pasukan Irak dan Kurdi yang dilatih oleh AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan itu diperkirakan akan dilakukan pada April atau Mei.
Ini untuk kali kedua Australia menerapkan peraturan keras yang melarang warganya berkunjung ke wilayah tertentu, setelah larangan pergi ke Raqqa, Suriah yang merupakan kota strategis bagi ISIS.
Berdasarkan kekuasaan keamanan baru yang diloloskan oleh Perdana Menteri Tony Abbott pada Oktober, warga Australia diancam dengan hukuman penjara maksimal 10 tahun jika pergi ke wilayah di luar negeri yang dinyatakan terlarang.
Larangan ini merupakan bagian dari aksi lebih luas dalam mengatasi ancaman dari warga Australia yang menjadi radikal ketika bertempur di luar negeri bersama kelompok-kelompok militan Islamis seperti ISSI, atau berbagai kelompok yang berafiliasi al Qaidah.
Pada September, PBB meminta semua negara di dunia membuat perilaku berperang dengan kelompok militan di luar negeri, atau merekrut sesama warga negara untuk melakukan itu, sebagai tindak kejahatan berat.
Para analis keamanan memperkirakan jumlah pejuang asing di Irak dan Suriah dari sejumlah negara di dunia mencapai ribuan orang.
Australia menyatakan keadaan waspada tinggi dari ancaman serangan muslim yang menjadi radikal, atau militan dalam negeri yang kembali dari petempuran di Timur Tengah.
Pada Desember dua sandera dan satu orang sheikh yang menyatakan diri beraliansi dengan ISIS tewas setelah terjadi aksi sandera di Sydney.
(yns)