Sydney, CNN Indonesia -- Salah satu sandera dalam insiden penyanderaan satu kafe di Australia bulan lalu tewas akibat pantulan peluru yang ditembakkan polisi, yang juga melukai tiga sandera lain.
Satu penyelidikan terhadap kematian korban mendengar kesaksian ahli forensik Negara Bagian New South Wales Jeremy Gormly, bahwa Katrina Dawson terkena enam pecahan peluru polisi dan salah satunya mengenai pembuluh darah utama.
“Dia dengan segera kehilangan kesadaran dan meninggal tidak lama kemudian,” ujar Gormly pada Kamis (29/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi menyerbu Kafe Lindt Chocolate di pusat kota Sydney pada 16 Desember dini hari, untuk mengakhiri drama penyanderaan selama 17 jam oleh Man Haron Monis setelah dia menembak Tori Johnson, manajer cafe itu.
Gormly mengatakan saat eksekusi Johnson, dia diperintah berlutut dan kepalanya ditembak dari jarak dekat tanpa peringatan terlebih dahulu, terlihat oleh penembak jitu polisi.
Monis, 50 tahun, yang melepas 12 tembakan, tewas seketika oleh sejumlah peluruh yang ditembakkan polisi dan juga serpihan peluru di bagian kepala dan tubuhnya.
Penyelidikan ini berjalan bersamaan dengan penyelidikan pemerintah atas bagaimana Monis bisa mendapatkan senjata dan mengapa dia dibebaskan dengan jaminan dalam dakwaan bersekongkol membunuh mantan isterinya.
Ketika itu, dia juga menghadapi 40 dakwaan serangan seksual.
Pada 2012 dia dinyatakan bersalah mengirim surat ancaman kepada keluarga delapan tentara yang tewas di Afghanistan sebagai protes atas keterlibatan Australia di negara itu.
Gormly mengatakan sejauh ini penyelidik belum bisa menemukan bukti keberadaan kontak antara Monis dan ISIS sebelum dia menyandera kafe itu.
Dia menambahkan, ada bukti bahwa penyusunan masalah psikiatri Monis “akan menjelaskan” motivasi perilakunya.
Monis memesan dan mengkonsumsi coklat setelah masuk ke kafe Lindt pada 15 Desember pagi.
Setengah jam kemudian dia meminta pindah ke meja lain dan berbicara dengan manajer kafe yang kemudian meminta para pegawai mengunci pintu.
Setelah pintu dikunci, Monis berdiri, mengenakan rompi anti peluru dan pengikat kepala, dan mengatakan kepada staff: “Ini Serangan. Saya membawa bom.”
(yns)