Jadi Bintang di Korsel, Kesaksian Pembelot Korut Diragukan

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 03 Mar 2015 14:49 WIB
Sebagian besar pembelot Korea Utara menjadi bintang televisi di Korea Selatan. Hal ini menimbulkan keraguan atas kebenaran cerita mereka ketika melarikan diri.
Di Korea Selatan, terdapat sekitar 27 ribu orang pembelot dari Korea Utara yang dipimpin Kim Jong-un. (Reuters/KCNA)
Seoul, CNN Indonesia -- Pada 1994 silam, Kang Myung-do, menantu dari Perdana Menteri Korea Utara melontarkan klaim spektakuler tentang kemampuan nuklir Pyongyang ketika dia membelot ke Korea Selatan. Kala itu, Kang menyatakan bahwa Korea Utara tengah membuat lima bom atom secara rahasia.

Kesaksiannya Kang dalam sebuah konferensi pers tersebut terjadi 12 tahun sebelum Korea Utara melakukan uji coba nuklir pertama namun tidak pernah terbukti.

Ditanya soal kebenaran klaim ini, Kang, 56 tahun, Kang menyatakan kepada Reuters bahwa dia hanya memberitahukan informasi yang dia tahu saat itu. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kang, yang kini kerap muncul di acara berita yang disiarkan oleh salah satu dari empat stasiun TV Korea Selatan yang berbeda setiap hari, mendapatkan penghasilan sekitar 100 ribu Won atau Rp1,1 juta setiap kali tampil.

"Saya pikir penyiar yang kadang-kadang memaksa narasumber yang salah adalah salah satu masalah (dalam siaran berita di Korea Selatan)," kata Kang.

Kang mengaku memeroleh bayaran tambahan sebesar 500 ribu Won, atau sekitar Rp5,8 juta untuk muncul di acara hiburan mingguan yang kerap menghadirkan pembelot Korea Utara lainnya.

Kesaksian pembelot mulai diragukan

"Ada terlalu banyak orang yang muncul di TV mengaku sebagai dokter untuk Kim Il Sung. Saya tidak yakin itu benar," kata Kang, mengacu pada pendiri Korea Utara.

Kesaksian para pembelot Korea Utara kini mendapat pengawasan yang tinggi sejak pembelot Korea Utara lainnya, Shin Dong-hyuk, menarik kembali kisahnya dalam buku "Escape from Camp 14" oleh mantan koresponden Washington Post, Blaine Harden.

Sebagaian besar dari pembelot Korea Utara yang jumlahnya mencapai 27 ribu orang di Korea Selatan, khawatir bahwa kesaksian yang dibesar-besarkan oleh beberapa pembelot dapat meruntuhkan kredibilitas mereka dan melemahkan upaya advokasi hak asasi manusia.

Kim Young-soon, pembelot Korea Utara yang selamat dari penjara Yodok, atau yang disebut juga dengan Camp 15, menyatakan bahwa acara hiburan yang berfokus di TV kurang memberikan empati untuk para pembelot.

"Beberapa pembelot membumbui, membesar-besarkan atau memperdagangkan cerita mereka uang. Banyak yang minta uang agar dapat diwawacarai," kata Kim.

"Saya tidak menyalahkan acara TV karena mereka memberitahu orang-orang tentang Korea Utara dan memberikan wawasan kritis. Tapi saya benci ketika mereka membuat Korea Utara terlihat seperti tempat di mana hanya binatang aneh yang hidup," kata Kim.'

Sementara, sebagian besar memoar dan kesaksian pembelot Korea Utara tidak dapat diverifikasi secara independen karena Korea Utara terisolasi.

Kisah para pembelot laku dijual di sejumlah TV nasional Korea Selatan,  meskipun sebagian besar dari mereka tidak memercayai kesaksian pembelot itu untuk menghindari masalah bagi anggota keluarga masih tinggal di Korea Utara.

Kementerian Unifikasi Korea Selatan mencatat pembelot menghasilkan dua pertiga dari penghasilan rata-rata Korea Selatan. Namun, pembelot rata-rata memiliki waktu kerja yang lebih lama, dan tiga kali lipat lebih berpotensi mendapat pekerjaan sementara.

Terkait buku "Escape from Camp 14", Shin membagi royalti secara sama rata dengan Harden. Shin menyatakan kepada Reuters bahwa dia tidak memiliki keberanian untuk menceritakan seluruh pengalamannya karena kenangan penyiksaan yang dia alami terlalu menyakitkan.

Shin, yang pernah memberikan kesaksian untuk PBB, menyatakan hingga dua tahun lalu dia memiliki sedikit uang. Namun sekarang, kondisi finansial Shin didukung oleh istri dan kontribusi individu lainnya.

Cinta dan mara bahaya

Lima saluran TV Korea Selatan yang diluncurkan pada 2011, memberikan kesempatan bagi para pembelot untuk berbagi cerita tentang pelarian diri yang menantang maut hingga soal dinasti Kim yang berkuasa.

Selain acara berita, para pembelot juga hadir dalam acara hiburan. Salah satunya, adalah acara berjudul "Love Unification: Southern Man, Northern Woman," yang menyajikan fitur pernikahan fiktif antara selebriti pria Korea Selatan dan para pembelot Korea Utara.

Acara tersebut terinsipirasi dari pepatah Korea bahwa Korea Selatan adalah rumah bagi laki-laki tampan dan Korea Utara adalah tempat para wanita cantik.

Ahn Chan-il, seorang pejabat militer Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan pada 1979, menyatakan dia memiliki tiga segmen reguler pada berbagai tayangan berita, dan mendapat antara 150 ribu Won (Rp1,7 juta) hingga 500 ribu Won (Rp5,8 juta) setiap kali tampil.

Ahn juga kerap didapuk menjadi komentator ketika ada berita soal Korea Utara.

Ahn, yang mengatakan sebagian besar keluarganya meninggal di kamp penjara Yodok, menolak untuk tampil di acara hiburan.

"Anda bisa menjadi penjahat atau diminta untuk berbohong. Saya telah melihat begitu banyak orang berbohong di depan kamera. Orang-orang hanya peduli tentang cerita yang sensasional," kata Ahn.

Sementara itu, Kang bekerja untuk sebuah perusahaan perdagangan yang menjual mobil dari Jepang ke Tiongkok untuk mengumpulkan dana bagi pendiri Korea Utara Kim Il Sung ketika dia membelot pada tahun 1994.

Kang melarikan diri ke Korea Selatan ketika melakukan perjalanan bisnis di Tiongkok, meninggalkan keluarganya di Korea Utara.

Kang, yang telah menikah untuk kedua kalinya di Korea Selatan, tampak lihai ketika tampil di depan kamera, ketika diminta menjadi komentator terkait gaya rambut Kim Jong Un hingga kisahnya melarikan diri.

Kang mengakui bahwa terdapat celah verifikasi dalam kisah para pembelot Korea Utara.

"Saya telah melihat banyak orang dipecat setelah menceritakan kisah mereka yang sebenarnya. Lihatlah Shin Dong-hyuk. Ini memalukan," kata Kang. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER